VI
─────────
Restore Me
─────────
***
VI
***
Melepas penat setelah jadwal yang hebring itu membuat Kaia tidak lagi mampu melepaskan seluruh tenaga yang ada pada tubuhnya untuk menuruti keinginan sang Mama. Sandra Paramitha itu maunya aneh-aneh saja, anaknya baru pulang kerja sudah disuruh aneh-aneh, padahal kan niat Kaia itu berendam di bathub dengan bath bomb yang sudah dia beli.
Ck, memang tidak ada kesempatan untuk dirinya agar bisa hidup dengan tenang. Tadi lagi, dia dicegat oleh Zac di basement, dengan berusaha tidak memedulikan Zac, Kaia tetap berjalan dan berlari menuju mobilnya. Lagi pula, untuk apa juga Zac ingin bertemu dan bicara dengannya?
"Sini," kata Mamanya lagi.
Duh, apa lagi kali ini? Pukul sepuluh malam bukan waktu yang bagus untuk berbincang-bincang, apa lagi posisi Kaia sedang lelah.
"Apa sih, Ma?" omel Kaia kesal. "Nggak bisa besok pagi aja bicaranya? Aku ngantuk."
"Ini penting.. Tadi Mama sudah bicara sama Papa kamu."
"Soal apa lagi?" tanyai Kaia curiga.
"Soal kamu, Tante Mila sudah lamar kamu, dan minta kamu secara langsung lewat telepon ke Papamu."
Buset, Kaia ketinggalan berita besar. Bisa-bisanya Kaia tidak tahu kalau hari ini ada seseorang yang memintanya untuk menjadi menantu dari keluarga seseorang. Ya Tuhan.. Dia belum melakukan research mendalam, keluarga seperti apa Kamila Kesuma itu. Dan bagaimana watak, sikap anaknya Indra Kesuma.
Main ambil keputusan saja. Kenapa Tante Mila tidak bicara dengannya secara langsung?
"Kenapa nggak kasih tahu aku, Ma? Tante Mila yang tertarik sama aku, bukan anaknya kali! Yang ngebet kok emaknya." gerutu Kaia.
Mamanya memukul paha Kaia dengan gemas. "Kamu ini lho, Nak.. Namanya jodoh, rezeki ya dijemput. Mama cuman memberi jalan dan membantu kamu, apa masih salah?"
"Nggak salah," sela Kaia dengan berat hati, lagipula dia juga ingin menikah. Mendengar Andrea sedang persiapan menikah saja hatinya pontang-panting. "Aku mau menikah, tapi Ma.. Plis, Indra Kesuma anaknya Tante Mila itu kayak nggak ada usaha untuk menarik perhatian aku."
"Belum, Kaia.. belum." jawab Mamanya yang sangat positif thinking itu. "Indra memang punya sifat yang dingin, tapi kalau sudah dekat anaknya acts of service banget kok."
Buset, emak gue bahasanya.. "Mama tahu istilah begituan dari siapa sih?"
"Dari Papa." jawab Mama dengan senyuman yang ringan. "Papa kan bilang, love language-nya Papa itu acts of service."
NAJIS SEKALI KAWAN-KAWAN. Giliran sudah jauh saja mereka bisa bersikap manis.
"Terus, kata Papa apa?" tanya Kaia dengan gengsi, dia tidak boleh memperlihatkan sikap yang semangat hanya ingin dinikahi oleh Indra Kesuma si duda itu.
"Papa bilang boleh, terserah kamu, dan Papa juga sudah berpikir matang tentang wali pengganti buat akad nanti."
Kaia termenung, benar juga. Impiannya, Papanya yang akan menjadi wali nikahnya itu tidak akan pernah terkabul. Tuhan, memang satu, kita yang tak sama. Ah, basi.
Jadi Papanya sudah menyiapkan wali hakim? Hm, menarik. Berarti, pembicaraan tentang pernikahan dirinya sudah terjadi sejak lama. Yang mana, itu pun akan berlaku sama pada Kalya. Tapi ya, mana tahu, bisa saja Kalya memilih keyakinannya sendiri nanti.
Karena Mama dan Papanya tidak pernah memaksakan kehendak, karena jika Kaia bisa dan mampu—memilih kehendaknya sendiri asal tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, maka Mama dan Papanya akan memberikan toleransi sebesar apa pun.
"Ya soal itu.." Kaia menggigit bibirnya. "Gimana baiknya aja, Ma. Tanya Ustadz kek."
"Iya, nanti Mama tanya Ustadz mesjid komplek, Kaia. Jadi, gimana? Kamu mau menikah dengan Indra?"
Mamanya menatap Kaia dengan penuh harapan, setelah akhirnya dia berusia 27 tahun dan seseorang telah memintanya dari orang tuanya secara langsung. Akan jadi apa? Kenapa tiba-tiba hidupnya berubah karena manusia bernama Indra Kesuma yang ingin menikahi dirinya? Padahal, Kaia sama sekali tidak mengenalnya. Bahkan, Indra Kesuma pun tidak mengenalnya sama sekali.
Kaia sadar kok, nikah itu bukan suatu solusi. Mungkin, dengan berpacaran kita bisa kenyang makan cinta. But, Indonesian do the legal, not illegal. Dimana ada cinta, di situ ada hubungan yang sah di mata agama dan hukum negara.
Tapi, Kaia juga tidak lupa, bahwa banyak kejadian cinta berubah menjadi benci hanya karena kebutuhan yang tidak terpenuhi, sementara kehidupan berjalan terus menerus.
Ada yang sudah matang secara finansial saja bisa jadi tidak siap secara mental. Ada pula yang menjadi budak cinta saat berpacaran, tiba-tiba berubah jadi brengsek saat menjadi suami. Entah itu verbal abuse, ataupun ketidakcocokan karakter yang baru saja diketahui saat kehidupan pernikahan dimulai. Ada lagi, yang kelihatannya menjanjikan, matang, sempurna, dewasa─eh, tiba-tiba jadi tukang selingkuh saat sudah menikah.
So far, menurut Kaia semuanya tidak ada yang sempurna. Apa lagi, kalau pernikahan dilakukan tanpa persiapan sama sekali. Perkenalan, mengenal satu sama lain adalah sebagai gerbang pembuka dimana suatu hidangan yang akan diketahui bagaimana tekstur, rasa, porsi, dan manfaat yang terkandung di dalamnya bisa diketahui.
Harusnya, Tante Mila itu bertanya padanya. "Nak Kaia, mau nggak sama anak Tante yang namanya Indra Kesuma itu? Kalau mau, sebutkan alasannya."
Nah, kalau begitu akan terdengar dan terlihat normal dibandingkan yang bersikap sat-set-sat-set tapi mencurigakan.
"Nggak tahu, Ma. Pusing aku." jawab Kaia. Tidak dengan jawaban yang Mamanya inginkan.
Mamanya terlihat lesu, lalu tak lama pundaknya mendapatkan usapan. "Mama tahu, kamu sulit buat buka hati, jangankan buka hati, bagi cerita sama Mama aja sulit ya, Kaia?"
"..."
"Tapi Kaia, kalau sudah menikah, komunikasi adalah nomor satu. Nggak peduli seberapa buruk apa pun komunikasi kalian pada satu hari, kalian tetap harus melakukannya."
"Mama bicara gitu kayak yakin aku mau nikah sama Indra Kesuma aja."
"Lho?" alis Mamanya terangkat. "Memangnya nggak mau?"
"I have no idea, Ma." jawab Kaia lagi.
Jelas-jelas jawabannya sangat membuat Mamanya resah. Ya bagaimana lagi.. Harapan Kaia terlalu tinggi, dia ingin mendapatkan mertua baik, suami yang sangat mencintainya kelak, dijauhkan dari perselingkuhan dan perceraian, punya anak yang menggemaskan, dan hidup yang berkecukupan. Tapi Kaia sadar... Hidupnya bukan novel romantis yang dibuat oleh Author baik hati yang akan siap membahagiakan peran utamanya.
Kaia, bukan peran utama.
Sejak awal, dia bukan pemeran utama.
Buktinya, dia sudah merasai sakit dan kekecewaan terus menerus dibandingkan dengan rasa bahagia yang datangnya satu tahun sekali, mungkin?
Titik trauma terparah bagi Kaia adalah, ketika dimana dia sudah melewati begitu banyak hal yang menyakitkan lalu dia lupa dengan cara dan bagaimana agar dia bisa bahagia kembali. Bisa merasai hidup kembali. Bisa melupakan keterpurukan dengan mudah. Tapi, bagaimana? Kaia sudah kehilangan arah untuk sampai ke sana.
"Besok, kamu ketemu sama Indra. Mau?" tawar Mamanya lagi.
Kaia mengangkat bahunya dengan acuh. "Aku kerja, Ma. Indra sudah tahu aku kerja?"
"Sudah." jawab Mamanya lagi. "Dia kayaknya penasaran sama kamu."
Penasaran tapi nggak gerak, kenapa jadi emaknya yang minta gue ke Bokap Nyokap gue coba?
"Mm, ya sudah." putusnya, tidak ada salahnya dia mencoba.
"Kamu mau?" tanya Mamanya tidak sangka dengan keputusan Kaia yang cepat.
Kaia mengangguk, menatap manik hitam Mamanya yang kembali bersinar. "Mama suka aku sama Indra?"
Mamanya tersenyum lega. "Bukan suka lagi, tapi Mama percaya sama Indra, Kaia."
"Oh ya?"
"Ya.. Mama percaya, Indra bisa jaga kamu, bisa rubah hati kamu yang keras karena dampak yang Papa berikan pada kamu."
Oh Tuhan, Mamanya menyadari segalanya. Kaia selalu lupa, selama ini dia terlalu banyak hidup dalam kepalanya sendirian, pikirannya selalu penuh, padahal dunia tidak separah yang Kaia pikirkan sampai-sampai Mamanya tahu apa yang Kaia resahkan selama ini.
Beberapa manusia terkadang tidak sadar, bagaimana dia bisa jatuh cinta pada seseorang. Termasuk, Mamanya. Andai Kaia bisa, dia ingin memilih, mencintai yang seperti apa, memilih cara mencintai tersebut, dan akhirnya dia bisa menemui akad yang matang.
Begini-begini, Kaia akui dia tetap menganggap bahwa pernikahan adalah sebuah hal yang sakral. Menikah adalah satu kali, tidak ada pernikahan berkali-kali dilakukan jika cinta. Benar?
Maka dari itu, apakah Indra Kesuma bisa memenuhi segala ekspektasi pikirannya?
***
a/n:
Apakah Indra Kesuma bisa merubah hati Kaia yang keras? Mari kita tunggu hasilnya nanti kawan-kawan.
1 Agustus 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro