IV
──────────
Restore Me
──────────
***
IV
***
Kaia tidak pernah mengharapkan hal ini sebelumnya, Mamanya menyiapkan satu dress panjang yang menutupi seluruh tubuhnya, tapi tetap memperlihatkan lekukan tubuhnya. Dress itu berwarna hitam, dengan bahan velvet yang sedikit menyiksa pemakainya karena bahannya yang tidak elastis.
Maaf-maaf sebelumnya, tubuh Kaia ini cukup terbilang montok, untuk ukuran perempuan Kaia bisa pastikan dia bisa membuat perempuan lain mengiri dengan porsi tubuhnya. Selain payudaranya yang berisi, dia punya pinggul yang besar dan bodynya membentuk seperti gitar spanyol.
Itu juga yang Kaia manfaatkan selama bertahun-tahun, laki-laki banyak yang meliriknya karena tubuh yang dia miliki, termasuk di Brengsek Zac Pradipta pun ikut menoleh padanya selama tiga tahun karena tubuhnya.
Dipikir-pikir, Kaia merasa rugi telah menghabiskan waktu selama tiga tahun bersama Zac dan mereka hanya share betapa panasnya kegiatan ranjang mereka. Cih, sepertinya Kaia harus lintas jalur mencari hal yang lebih baik daripada Zac. Sudah banyak contoh dan rasa dari setiap cowok brengsek yang dia temui dan dia kencani. Nah, kalau dia harus mendapatkan suami brengsek lagi? Mati sudah.
Sepertinya Kaia harus sering-sering ikutan majelis taklim biar dapat suami yang bisa membimbingnya ke surga. Benar apa kata Andrea, dia harus mengurangi mendatangi kelab setiap minggu.
"Kakak makan apa sih? Semua makanan kayaknya lari ke pantat sama payudara." celetuk si polos Kalya yang belum berhenti mengagumi kemolekan tubuh kakaknya itu.
Seperti biasa, Kaia dengan sikap persuasifnya membalikkan badan dan mengibaskan rambutnya. "Kenapa? Sirik? Makanya, sering olahraga."
"Olahraga apa, Kak?" tanya Kalya lagi.
Maunya Kaia jawab, olahraga ranjang, naik turun dengan posisi woman on top─tapi ya gila juga, kalau dia menjawab seperti itu pada Kalya, bisa-bisa Kaia digantung hidup-hidup oleh Mamanya.
"Olahraga lah, ada kan aplikasi buat olahraga agar body goals! Jangan bilang lo nggak tahu, ya."
Kalya malah tertawa mendengarnya. Memang, apa yang lucu dari jawabannya? "Kayak yang iya aja, baru dua menit plank aku angkat tangan, Kak."
"Ya itu sih, lo." lalu Kaia membubuhkan sedikit blush pada tulang pipinya yang menonjol. "Mama udah siap belum, sih? Jangan kelamaan gitu.."
"Kakak naik mobil apa taksi? Pakai aja mobil Mama." perintah si polos itu lagi.
Kaia menghela napas. "Naik mobil lah, malu amat ke Langham naik taksi. Gitu-gitu, mobil kita punya derajat sedikit di komplek."
"Mesti deh Kakak ini.." omel Kalya yang tidak suka jika Kaia mulai membandingkan ekonomi keluarganya dengan orang lain. "Yang ada itu harus disyukuri, Kak."
"SIAP SISTUR!" jawab Kaia dengan sigap, dia merapikan tatanan rambutnya dan menutupi dada dengan helaian rambut, pintar juga Mamanya mencari dress untuknya.
Kaia pergi menuju garasi, memanaskan mobil yang jarang dipakai. Mobil itu adalah mobil keluarga, satu dari sekian mobil yang Papanya punya dan Mamanya hanya membawa BMW M5 berwarna hitam itu.
Namanya ekonomi dalam pernikahan ya tidak bisa ditebak, itu juga sebagai ujian dalam pernikahan. Kaia berharap, dia tidak mengalami hal yang serupa dengan Mamanya. Sudah punya suami agak-agak, lalu harus menghadapi cobaan pernikahan yang berat. Kayaknya, kalau Kaia jadi Mamanya dia tidak akan sekuat itu.
Papanya memang gila kerja, dan beberapa tahun ke belakang menjadi tahun terberat karena, satu; Papanya ditipu oleh sahabatnya sendiri hingga mengalami kerugian puluhan milyar, dua; Papanya terjerat kasus fitnah penggelapan dana yang mana tidak Papanya lakukan.
Selama cobaan yang datang menghampiri Papanya, tidak ada sekalipun Mamanya berpikir untuk meninggalkan Papanya. Hebat, bukan? Tapi sialnya, adik-adik Papanya yang sangat menyebalkan itu ikut campur dan membuat Mamanya menjadi wanita yang tidak bisa diandalkan sama sekali─kenyataannya? Mamanya adalah support pertama yang tidak pernah meninggalkan Papanya. Tapi Papanya, gelap mata hanya karena mendengarkan ucapan semua saudaranya.
So? Skip! Kaia sudah tidak memiliki respect sebesar itu pada Papanya. Dia hidup jauh di Jakarta dan hanya bisa mendapatkan kemarahan yang Papanya berikan selama jangka waktu yang bukan sebentar. Dan selama itu juga, Zac Pradipta ada bersamanya.
Tuhan, kenapa harus ingat si Brengsek satu itu lagi?
"Kaia, Mama sudah cocok belum?" tanya Mamanya yang baru saja keluar dari rumah dan berpose dengan salah satu tangan yang membawa hand bag Charles and Keith dan satu tangannya lagi mampir di pinggang.
Pakaiannya lebih sopan dibandingkan yang Kaia pakai. Dress lengan tiga perempat, dan panjang dibawah lutut, warnanya sama lagi dengan yang Kaia pakai. Jangan bilang, malam ini temanya; like Mom like daughter. Iw!
"Cocok," balasnya singkat lalu segera masuk ke dalam mobil.
"Eh, eh!" cegah Mamanya menahan daun pintu. "Sebentar, jangan masuk dulu, fotoin Mama dulu."
Astaga? Sejak kapan Mama gue jadi camera addict begini? "Ma, kita keburu—"
"Buruan, fotoin Mama." serunya tak kalah heboh, Kaia menerima ponsel milik Mamanya itu dan Mamanya tengah berpose anggun di sisi pilar garasi yang hampir membuat Kaia tercengang.
"Ma, buat apa—"
"Mau dikirim ke Papa nanti."
Ish! Kaia mengambil foto Mamanya dengan cepat, sebenarnya dia sedikit tidak rela jika tahu Mamanya akan mengirim foto pada Papanya. Ya Tuhan.. Kenapa sih, apa di sini hanya dia yang benci pada Papanya? Mungkin, Mamanya masih memiliki rasa cinta.
"Sudah? Berangkat sekarang ya." putus Kaia. Dia masuk ke dalam mobil, dan entah karena apa, Kaia merasa tidak enak hati karena harus menemani Mamanya malam ini.
***
Hotel The Langham begitu ramai malam ini, sebagian tamu undangan ada yang pulang, dan sebagian ada yang datang. Mamanya, mengisi amplop digital dengan aplikasi, dan memasukkan nominal uang yang akan diberikan untuk sang pengantin.
Kaia tidak bisa tersenyum sama sekali, dia masih merasa tidak enak hati sejak tadi. Meskipun sudah mengalihkan diri dengan cek ponsel berkali-kali, tapi tetap saja Kaia tidak bisa bersikap tenang.
"Ma, buruan sapa pengantin udah gitu pulang," bisik Kaia dibelakang tubuh Mamanya.
Mamanya mengerutkan kening. "Mau kemana kamu buru-buru?"
"Ck, nggak betah."
Melihat suasana pernikahan saja rasanya Kaia muak. Kok, bisa-bisanya dua pengantin yang ada di pelaminan itu tersenyum pada semua orang?
Kaia memutuskan untuk tidak ikut ke pelaminan, dia sudah mengambil tempat terujung dimana dia bisa mengamati orang-orang yang sibuk akan undangan pernikahan ini. Yang menikah siapa, yang heboh siapa, cibirnya dalam hati.
"... Yang mana Jeng Sandra?"
"... Itu anak saya yang lagi duduk sendirian."
Kaia merasakan tepukan pada pundaknya dan dia bisa melihat Mamanya bersama orang lain berdiri di sisinya dengan senyuman yang paling lebar malam ini, seakan-akan dia baru saja mendapatkan lotre.
"Ya ampun.. Ternyata benar, cantik sekali, Jeng Sandra." puji wanita itu setelah melihat wajah Kaia.
Mamanya, mengangguk jumawa dengan senyumannya. "Anak sulung saya ini, Kaia, wajahnya lebih mirip seperti Papanya."
What? Kaia ingin mengamuk sekarang, tapi sebaiknya dia tahan dulu, dia ingin tahu apa maksud dan tujuan wanita di sisi Mamanya ini tersenyum dengan sangat lebar kepadanya. Apa dia akan diberikan sesuatu? Atau mungkin, Kaia harus membantu dirinya?
"Kenalkan, saya Kamila, panggil saja Tante Mila, Sayang.."
Kaia tersenyum tipis, wanita itu memiliki wajah oriental yang cantik, kerut halus pada wajahnya begitu samar, tubuhnya juga tidak gendut seperti ibu-ibu biasanya. Bahkan, perhiasan yang dipakainya rata-rata Cartier, jam tangan Omega dan yang bisa Kaia lihat lagi adalah anting burma juntai berwarna hijau emerald.
Gile, berapa harga tuh? Tanya Kaia penasaran. Wah, kenalan Mamanya oke juga.
Ini sih, persis seperti gaya Ibu-ibu konglomerat menengah ke atas, pasti kelas pergaulannya juga bukan di komplek lagi. Tapi, kok bisa kenal dengan Mamanya? Apa Mamanya sekarang gaul dengan kaum high class? Wah, tidak bisa dibiarkan ini, bahaya.
"Saya Kaia, Tante." jawab Kaia dengan mencium tangan Tante Mila dengan sopan.
Tante Mila tertawa pelan, dia merangkul bahu Kaia dengan hangat. Kaia agak curiga nih, masa iya manusia macam Tante Mila langsung memberikan sikap hangat, padahal Kaia sangat minus akhlak. Apa karena penampilannya malam ini? Hm, first impression itu memang penting, ya. Kaia jadi penasaran, sehebat apa sih, dress yang Mamanya berikan sampai membuat seorang Tante Mila dengan anting berlian, mutiara dan batu emerald ini merangkulnya?
"Tante sudah banyak dengar cerita kamu dari Mamamu, kamu kerja di FGM, kan?" tanya Tante Mila.
Kalau sudah tahu kenapa tanya lagi? Kaia mengangguk dan memberikan senyuman sesaat. "Iya, Tante.. Saya kerja di FGM."
"Oalah.. Arya Atmodjo pemilik FGM, kan? Dia teman anak saya, lho.."
Eh buset, teman Pak Arya? Anaknya? Wah bukan maen, gue harus bersikap baik. "Oh ya, Tante?" tanya Kaia antusias, sikapnya tidak semalas tadi. "Siapa namanya?"
"Indra, Indra Kesuma." ulang Tante Mila begitu bangga mengucapkan nama anaknya. "Sebentar, Tante panggil anak Tante dulu, ya."
Lalu dengan begitu, Tante Mila memanggil anaknya dengan panggilan ponsel. Kaia hampir saja menuntut jawaban dari Mamanya, apa maksud dari semua ini. Tapi tertahan, karena Indra-Indra yang Tante Mila panggil itu sedang berjalan ke table mereka.
"Eh itu dia! Anak Tante, Kaia." ujar Tante Mila sengaja memperlihatkan anaknya.
Kaia bisa melihat laki-laki berusia matang, sama seperti Arya Atmodjo, direktur perusahaannya. Penampilannya necis abis, jas berwarna navy yang bisa Kaia tebak—that's a Brioni, oh my Godness.. Wajahnya tampan, garis rahang tegas, dan ada bayangan halus yang menghiasi rahang tegas itu. Sekarang, Kaia ingin mengusapnya dan mencium rahang pria itu.
Persetan, setelah putus dengan Zac lima bulan yang lalu dia kesetanan dan kurang belaian dari pria. Ck, menyedihkan.
"Indra, ini lho... anaknya Tante Sandra, yang Mama kasih tahu sama kamu tadi siang, Kaia namanya." ujar Tante Mila memperkenalkan Kaia pada anaknya itu.
Indra, namanya, yang menjulurkan tangan lebih dulu pada Kaia. Kaia tercengang untuk sesaat, lalu dia mengendalikan air wajahnya. "Oh, hai.. Saya Kaia."
"Indra," ujar pria itu singkat.
Tangannya besar dan hangat, Kaia suka. Dia sampai-sampai berusaha setengah hati menjaga attitudenya saat ini. Sial, jiwa-jiwa jalangnya berteriak karena ingin ndusel di dada bidang nan kokoh sang Indra itu.
"How?" tanya Tante Mila pada anaknya.
Maksudnya, how apa nih?
"Cantik,"
"Tuh kan.. Apa Mama bilang, she's gorgeous. Mana Mama tuh cuman dikasih lihat dari foto, aslinya ternyata sangat cantik."
Gimana? Kaia hanya tersenyum tipis mendengarkan pujian tentang dirinya. Padahal, jiwa raganya ini sedang menuju colaps, tatapan mata Indra juga—hng.. Meresahkan.
Mamanya tersenyum dan mengusap lengan Kaia yang dingin. "Kaia, Nak Indra mau kenalan sama kamu, kamu mau, kan?" tanya Mamanya dengan sengaja.
Huh, hah.. Masih aja nanya. Jelas mau lah, jangan sok nggak ngerti anakmu ini deh, Ma. "Boleh, kenapa harus tanya segala sih, Ma? Kayak apa saja.."
Tante Mila tersenyum senang mendengarnya, then.. Entah angin darimana, Indra melepaskan jas Brioni miliknya dan menyampirkan di pundak Kaia.
"Eh, Mas—" Kaia ingin menolak, padahal dia masih bisa menahan dingin AC yang menerpa kulitnya, daripada tatapan Indra yang siap menelanjangi dirinya. "—Nggak usah, saya nggak apa-apa."
"No, it's fine, saya lebih khawatir kamu masuk angin."
Jing! Adegan apa ini?! Jerit Kaia dalam hati.
Mamanya dan Tante Mila malah tersenyum, yah.. Anggap saja opera sabun. "Nanti kamu bisa kembalikan jas Indra, Kaia." kata Tante Mila memberitahu.
Oh, apakah ini cara baru untuk melanjutkan pertemuan selanjutnya? Hm, menarik. "Oh, pasti saya kembalikan kok."
"Nanti Mama send kontak Nak Indra, Kaia." kata Mamanya kini.
Ibu Sandra Paramitha ini memang luar biasa. Kaia ingin memeluk Mamanya, secara mendadak, ah dia senang!
"Oke, nanti saya kembalikan ya, Mas." ujarnya kini beralih pada Indra.
Indra tersenyum, lalu mengangguk. "Nice to meet you, Kaia."
Kaia tentu saja membalas senyuman Indra tak kalah manisnya. "Nice to meet you too, Mas Indra."
Malam itu, Kaia merasa tidak menyesal karena telah menemani Mamanya. Rezeki anak sholehah.
***
a/n:
Mari kita lihat apakah di masa depan nanti ada Indra Kesuma atau Zac Pradipta:)
30, Juli 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro