I
───────────
Restore Me
───────────
***
I
***
Terbiasa dengan rasa sakit, sampai-sampai Kaia suka dengan kesakitan. Sehingga, dia tidak pernah betul merasa benar-benar sakit, walau rasanya sakit. Dan tidak merasa menderita, walau sebenarnya sangat menderita. Walau Kaia sudah berusaha, jalan perlahan-lahan demi keluar dari rasa sakit itu, ternyata rasa sakit itu kian menggerogotinya hingga habis, tak bersisa.
Terkadang, orang-orang tidak pernah menghargai apa yang menjadi milik mereka, hingga akhirnya kehilangan semuanya. Dunia itu penuh kebohongan, dan diantara semua kebohongan yang Kaia terima ada satu kebohongan terbesar yang dia yakini. Yaitu, Mamanya.
Mamanya adalah pembohong ulung, rela dibuang dari keluarga, dan menikah dengan pria yang bahkan tidak bisa bersikap baik pada dirinya. Masih terus bisa tersenyum di hadapan anak-anaknya meskipun dalam keadaan sulit.
Benar apa kata orang pintar; saat cinta tulus hadir maka orang yang sedang jatuh cinta tidak akan memedulikan harga dirinya. Karena harga diri itu akan tersingkirkan oleh sebuah kata cinta. Yang dimana, makna cinta tersebut tidak bisa Kaia terima dari Papa maupun Mamanya.
Jika memang cinta, Papanya harus menghargai sang Mama, menjaganya, melindunginya, mengasihinya, menyayanginya.
Akan lebih baik jika manusia itu tidak diberikan kebahagiaan agar tidak menderita, dan akan lebih baik juga jika manusia tidak diberikan apa-apa agar tidak merasa kehilangan.
"Mama nggak mau cerai dengan Papamu, Kaia."
Kata-kata Mamanya itu adalah petir yang menyambar kepalanya di siang bolong, kepala Kaia sakit ketika dia mendapatkan telepon bahwa Papanya kembali memukul Mamanya hari ini dan terjadi keributan besar di rumahnya.
Pernikahan beda agama yang Mama dan Papanya lakukan ternyata berdampak sekian besarnya setelah dua puluh lima tahun saling mengenal. Apa semuanya jadi perdebatan sekarang? Ya. Ketika manusia dilanda ketakutan akan kematian, peninggalan, dan merasa bahwa orang-orang disekitar akan melupakannya.
"Kalau gitu Mama jangan ngeluh apa pun sama Kaia, Ma." balas Kaia dengan tegas, dia sudah lelah mendengarkan semua masalah rumahnya.
Terlebih, dia adalah samsak karena dia adalah anak sulung yang harus memikul masalah di dalam rumah. Berbeda dengan adik-adiknya, Kaia ibaratkan tong sampah yang harus menerima banyak sampah meskipun sudah penuh, dan dia dipaksa dijejali beberapa kantung yang berisikan sampah busuk.
"Kaia! Mama dan Papa itu sudah tua, kita berdua akan membutuhkan satu sama lain nantinya!" balas Mamanya kepada Kaia.
Kaia hanya menghela napas. "Oh, ya? Aku nggak yakin, Ma. Ya.. Semoga aja Mama dan Papa panjang umur."
"Keputusan Papa adalah keputusan Mama juga. Mama harap, kamu mau dengarkan Papa sekali saja, Kaia. Apa kamu tega membiarkan Papa memarahi Mama terus menerus?"
Ya pria macam apa yang tengah Mamanya bicarakan ini? Seorang istri jelas harus menuruti apa kata suami dengan catatan; suami itu waras, dan bisa menjadi kepala rumah tangga yang patut dijadikan contoh.
Kaia tidak habis pikir, makna dari sebuah kata hormati yang Mamanya pelihara itu apakah sebuah bentuk dari kebodohan atau ketakutan?
"Aku akan menikah ketika aku siap, dan aku ingin, Ma."
"Kaia─sayang, dengar Mama, Nak.. Tolong Mama sekali saja, Papamu─"
"Ya! Papamu, Papamu, dan Papamu!" balas Kaia sambil berteriak. "Terus saja seperti itu, Ma. But I am still I am, aku punya pilihan sendiri untuk hidupku!"
"Kamu nggak kasihan sama Mama, Kaia?" pertanyaan Mamanya berhasil membuat Kaia terdiam.
Kasihan? Lebih dari kasihan, Kaia menyayangi Mamanya, bahkan dia ingin melindungi Mamanya dan Kalya adiknya. "Aku capek, Ma."
Setelahnya, Kaia menutup telepon dari sang Mama, menghapus air mata yang turun dan kembali melakukan touch up pada riasan wajahnya. Sebagai salah satu anggota divisi kreatif tidak sebaiknya dia berpenampilan acak-acakan seperti ini.
All out! Dia sudah lepas dari Zac Pradipta dan kini kabar putus antara dia dan Zac sudah tersebar di kantor. Apa lagi, kini sang pelakor utama, selingkuhan Zac sudah muncul di tengah-tengah kabar putusnya Zac dan Kaia.
Daughter of bitch, Kristie, sahabatnya sendiri.
Apa Kaia sedih? Tidak. Ketika mengetahuinya, Kaia mengirimkan satu buket mawar merah pada Kristie dan mengucapkan selamat atas keberhasilannya menarik perhatian pria lain untuk dirinya. Kristie memang mengenaskan sekali.
Tidak ada kata teman di lingkungan pekerjaan, semuanya hanya kebohongan semata. Dan betapa bencinya Kaia pada dua manusia yang kini tengah tertawa di kubikel mereka. Zac Pradipta dan Kristie Agustin masih bisa tertawa.
Dimana rasa malu mereka sebenarnya?
Tapi tenang, Kadek Namashvi Kaia Wijaya tidak akan membalas, menuntut, menunjukkan, mempermalukan, apa lagi melemah, tidak. Itu semua, tidak ada dalam kamusnya, Zac salah, dia sudah terbiasa dengan rasa sakit dan tidak seharusnya Zac memberikan rasa sakit yang bagaikan peringatan bagi Kaia untuk lebih aware pada dirinya sendiri.
Zac, bukan lawan gue.
***
a/n:
Mau update tiap hari ah..
27, Juli 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro