Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

satu [#]

"Tak ada pertemuan yang kebetulan, semua punya arti, kau mengetahuinya bahkan pada pertemuan pertama, tetapi bodohnya kau tak mengerti"

------

Setelah turun dari bus, perempuan itu berlari kecil menuju gerbang sekolah yang sudah mulai ditutup, wajahnya mulai panik saat sedikit lagi ia sampai namun gerbang telah sepenuhnya ditutup.

Gadis itu meringis kesal melihat hal itu, ingin rasanya ia membanting gerbang yang ada dihadapannya itu.

"Pak bukain dong kan saya hanya telat beberapa detik pak," rayu perempuan itu kepada satpam penjaga.

Namun bukannya mendapat perhatian, satpam itu malah tidak menggubris sedikitpun perkataan dari perempuan itu.

"Pak tolongin saya dong pak sekali ini aja," pinta perempuan itu lagi. Namun sama seperti sebelumnya tidak sedikitpun satpam itu peduli.

Perempuan itu menghela nafas pasrah. ia tahu kini ia akan mendapat hukuman jika begini, ini juga bukan pertama kalinya ia terlambat, jadi ia sudah tahu jika terlambat ujung-ujungnya akan di suruh membersikan sekolah setelah itu disuruh hormat bendera sampai satu les mata pelajaran selesai, itu sebabnya ia sangat menghindari kata terlambat.

"Hei kamu," ujar seseorang siswa yang berseragam sama seperti dia. Namun seragamnya dilapisi lagi dengan sebuah seragam yang bertuliskan 'polsek' yang artinya ia adalah seorang polisi sekolah yang biasanya mengurus anak murid yang terlambat.

Perempuan itu menoleh kearah suara berasal, "ya, saya," ucapnya.
Sejenak laki-laki itu melihat kanan kiri, mendapati hanya perempuan itu yang terlambat.

"Masuk," katanya membukakan gerbang sekolah itu.

Wajah perempuan itu yang awalnya muram berubah menjadi cerah seketika.

"Untuk kali ini kau dimaafkan, tapi lain waktu kau tau sendirikan apa yang akan terjadi."

"Ah, iya makasih banyak," ucapnya segera masuk kesekolah, tanpa pikir panjang ia berlari kecil menuju kelasnya.

------

Selama pelajaran Amira masih memikirkan kejadian tadi pagi. Ia masih memikirkan tentang hal tersebut biasanya jika polsek itu identik dengan kejam dan disiplin berbeda dengan laki-laki tadi ia sangat kenal dengannya.

Kevin Ardana Abiputara adalah ketua dari anggota polsek yang ia idolakan tampangnya yang ganteng ditambah dia juga salah satu murid berprestasi di sekolah harapan bangsa.

Perempuan itu hanya bisa memandang wajahnya dari jauh tak berani jika suatu ketika matanya bertemu pandang, di dekatnya saja sudah membuat detak jantungnya tak terkontrol apalagi menatap mata hitam legam itu.

"Mira kamu dengar ibu menjelaskan!" Suara keras membuyarkan lamunan Mira.

Mira yang tersadar menjadi linglung dan gelisah sendiri,
"Ya, Bu?" tanyanya kebingungan.

"Coba kamu ulangi apa yang ibu bilang," ucap guru tersebut sambil menatap lekat mira.

Mampus pernyataan itu adalah yang paling ia hindari.

"Apa Bu? Ta-di saya kurang jelas dengarnya," ucap Mira gelagapan.

"Sudah ibu duga, sekarang kamu cepat cuci muka, dari pada kamu ngelamun terus, biar segar juga siapa tau kamu belum mandi," ucap Bu Ani guru geografinya, dan perkataan terakhir itu sukses membuat seisi kelas tertawa.

Mira segera keluar sambil tersenyum menahan malu, ia agak terburu-buru jalannya sehingga ia tidak terlalu memperhatikan jalannya. Karenanya kemudian ia menubruk sesuatu. Ia seperti sedang menabrak sesuatu yang sangat keras, sehingga ia meringis sedikit menahan kepalanya yang sakit.


"Kau lagi?" ucap seseorang dihadapannya. Mira sedikit mendongak ke atas untuk melihat siapa yang ditabrak nya.

Ia segera merunduk mengetahui siapa pemilik suara tersebut. Yang pastinya telah sukses membuat detak jantungnya berdetak tidak normal.

"Maaf," ujar Mira masih keadaan merunduk ia takut untuk melihat wajahnya.

Laki-laki itu berdecak sebelum akhirnya membalas perkataan Mira. "Kalau minta maaf jangan nunduk dong, gak sopan banget tau."

"Maaf," ucap Mira lalu segera pergi meninggalkan laki-laki itu yang masih memandang kearahnya.

-------


"Mimpi apa lo Mir," ucap Mira pada dirinya sendiri sambil menepuk-nepuk pipinya.

Ia membasuh wajahnya dengan air berkali-kali, dua kali bertemu Kevin membuat pipinya memanas tak karuan. Ini juga sangat bahaya bagi jantungnya, jantungnya serasa melompat dari tempat setiap laki-laki itu berbicara kepadanya.

"Vin kenapa sih lo buat jantung gue deg-degan terus," katanya pada cermin dihadapannya,
Mengingat saja membuat hatinya begitu sangat bahagia.

"Mira..." ucap seseorang, membuat ia seketika menoleh pada seorang perempuan yang entah sejak kapan berada di sana.

"Jasmine..., kamu ngapain disini?" tanyanya sedikit khawatir melihatnya perempuan itu, ia takut jika Jasmine mendengar ucapannya barusan.

Jasmine tertawa renyah mendengar ucapan mira. "Menurutmu saja,buat apa orang pergi ke kamar mandi?" tanya Jasmine memutar pertanyaan memutar matanya

"Ah iya juga," Mira sedikit salah tingkah jadinya. "Kalau gitu aku duluan ya," ucap Mira melangkah keluar kamar mandi.

"Tunggu," ucap Jasmine membuat Mira harus menghentikan langkahnya.

"Kau tadi gak sedang bicarain Kevin Ardana Abiputara, kan?" sambung Jasmine.

Mampus, ucap Mira dalam hati

Mira segera menggeleng cepat, "hah, enggak, kok," ucap Mira mencoba meyakinkannya.

"Oh, ya, benar juga, seharusnya aku tau itu," Jasmine tersenyum miring. "Lagi pula kau juga gak ada pantas-pantasnya mikirin cowok yang gak selevel denganmu."

Nyess.... Perkataan sukses menembus uluh hati Mira.

Mira hanya menyunggingkan seulas senyum lalu pergi meninggalkan Jasmine.

Benar katanya emang siapa Mira berani menyukai Kevin yang jauh di atas dirinya. Tapi bukankah cinta itu tulus tidak memandang bulu pikirnya kembali meluruskan pikirannya, ia tak boleh negative thinking.

[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro