Prolog
“Kadangkala percaya pada kebohongan diperlukan agar kau tak sakit hati”
🌷🌷🌷
Suara sepatu heels beradu dengan lantai mengiringi setiap langkahnya. Ia menyusuri lorong itu dengan sepasang manik mata hitam yang mengamati sekitar dengan seksama. Kerinduan menyusup dadanya. Ia teramat sangat rindu masa itu.
SMA Talu Anas adalah salah satu sejarah dalam hidupnya. Lorong itu sepi, sebab jam kegiatan belajar mengajar telah berlalu sepuluh menit yang lalu. Hanya satu dua orang siswa yang terlihatnya. Setelah beberapa menit berjalan akhirnya ia sampai di depan pintu ruangan tersebut.
Wanita itu menarik napas dalam-dalam sebelum mengulurkan tangan membuka pintu tersebut. Perlahan ia tarik knop pintu itu, dan masuk dengan degup jantung berpacu pada setiap gerakan yang ia lakukan.
Murid-murid yang tadinya sempat ia dengan riuh mendadak hening. Semua mata mengarah kepada dirinya. Ia sedikit nervous, kendati jelas-jelas yang ia hadapi ini adalah murid-muridnya kelak, sifat dasarnya yang memang demam panggung masih menempel.
Sekali lagi ia tarik napas, mencoba agar bisa menjadi guru yang baik. Ia melengkungkan bibirnya, memberikan senyuman sebelum dengan suara lembut namun tetap kuat, menyapa para murid tersebut.
"Selamat pagi ...."
Sahutan 'pagi' bergemuruh menjawabnya.
"Pasti kalian terkejut melihat saya di sini dan bukan Bu Cia yang berdiri. Saya guru seni musik baru kalian, menggantikan Bu Cia yang telah memilih pindah tempat mengajar. Jadi mulai saat ini dan sampai seterusnya, saya yang akan mengajar kalian."
Para murid mendengarkan dengan seksama setiap penuturannya. Entah karena terkejut ada guru baru atau terpesona dengan guru pengganti cantik itu, yang pasti keadaan kelas begitu kondusif, tidak seperti hari-hari biasanya.
"Nama Saya Amira, saya akan mengajar kalian mulai saat ini. Saya harap kita dapat bekerja sama dengan baik."
Begitulah, akhirnya Mira menyudahi perkenalan mereka dan segera memulai kelas.
Setiap detik yang dilalui Mira serasa begitu menyesakkan. Ia berulang kali dibawa ke masa itu, masa ia bersama orang yang sangat di rindukan Mira.
Di kelas seni musik ini jugalah mereka bertemu, kenalan, juga saat itu juga Mira jatuh cinta pada pesonanya. Ia tidak pernah membayangkan ia akan kembali ke tempat ini sebagai guru.
Mira pikir seharusnya ia pergi saja sejauh-jauhnya dari tempat itu. Ia tidak ingin kembali membuka cerita lama. Namun takdir membawanya kembali. Seolah menegaskan bahwa cerita itu belum selesai, dan Mira merasa ia perlu meluruskan semuanya.
Ruangan musik kembali riuh saat Mira mengatakan bahwa Minggu depan ada tugas mereka mengaransemen lagu 'Kopi Dangdut' yang dilakukan per kelompok. Hal yang dulu membuat ia bertemu dengannya.
"Lihat, aku mengulang kisah kita. Kamu seharusnya sadar bahwa aku begitu mencintaimu, sampai aku tidak ingin kisah ini berakhir."
Mira sadar ia begitu gila mencoba menghidupkan kisah mereka kembali. Tapi lubuk hati terdalam ia tidak bisa pungkiri bahwa ia masih terikat kisah itu. Berdoa setiap malam agar dipertemukan lagi dengannya, menyelesaikan apa yang pernah mereka mulai.
"Hei bodoh! Di mana kamu? Kamu bilang kalau aku bisa, kamu akan muncul. Mana?!"
Mira mengigit bibirnya, berdiam diri di ruangan yang telah sepi-jam seni musik berakhir-karena para murid telah kembali ke kelas utamanya. Menyisakan dirinya dengan segenap rindu beratnya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro