Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

⭐ : INMARSESIBEL

──────────────────────
Abadi.
──────────────────────

──────────────────────

Isara Mao x Tenshouin Saiki
──────────────────────

Di dunia ini. Tidak ada yang abadi.

Kecuali untaian warita, tentang aku dan kamu, yang dipertemukan oleh takdir.

· ─────── ·♪· ─────── ·

"Suatu hari nanti, aku akan membawamu pergi melihat laut."

"Kau janji ...?"

"Janji!"

"Pembohong."

Kedua mata terbuka tiba-tiba; tampilkan dua buah netra sewarna zamrud milik si pemuda. Bulir-bulir keringat menghiasi setiap sudut kulitnya. Napas tak teratur. Tubuh dilanda gemetar.

Mimpi itu lagi.

Tangan terangkat; mengusap wajah secara kasar. Belakangan ini, ia dihantui oleh mimpi yang sama. Perihal dua insan yang berjanji, namun akhirnya terpaksa diingkari. Terada aneh. Sebab ia merasa bahwa hal itu merupakan kenyataan; bukan hanya bunga tidur belaka.

"Ah, Isara. Kau sudah bangun."

Si adam seketika tertarik kembali ke realita, tatkala suara familier memasuki gendang telinga. Kepala ia tolehkan, jadikan netra sewarna zamrud miliknya bersirobok dengan iris sewarna peridot milik sosok lainnya yang bersembunyi di balik bingkai kacamata.

"Huh, Fukukaichou¹?"

Netranya lantas mengedar; mengobservasi sekitar, tatkala sosok kakak kelasnya muncul entah dari mana. Langit-langit putih, tempat tidur empuk, pun tirai yang mengelilingi memasuki pandangannya. Ah, ternyata ia sedang berada di ruang kesehatan.

Tunggu, ruang kesehatan?

Seingatnya, dia tengah berjalan keluar ruang OSIS untuk kembali ke kelas sebelum pusing menyerang dan pandangan menjadi gelap.

"Isara? Kenapa diam saja? Ada yang sakit?"

Pikiran terputus seketika. Lantas dengan segera tegakkan badan kendati dicegah, kemudian berujar, "Tidak, aku ba─"

"Mao!"

Sebuah suara menyela. Menarik atensi keduanya untuk menoleh ke arahnya. Figur seorang gadis yang tak lagi asing memasuki pandangan kemudian.

Tenshouin Saiki.

Satu dari tiga produser yang ada di Yumenosaki. Merupakan putri bungsu dari keluarga konglomerat Tenshouin, yang mana artinya dia merupakan adik kandung dari sang ketua OSIS saat ini. Tenshouin Eichi.

"Saiki? Kenapa kau ada di si-"

"HUH?! KENAPA KAU MASIH BERTANYA ALASANNYA?!" Gadis itu berseru kesal, lagi-lagi tak memberikan kesempatan bagi Mao untuk menyelesaikan kalimatnya. Membuat si pemuda Isara terperanjat lantaran suara yang dikeraskan tiba-tiba.

Bahu kini tak lagi menegang, begitu melihat raut wajah si gadis. Khawatir. Satu kata yang menjelaskan seluruh perasaannya. Netra kembali memperhatikannya. Kedua mata berkaca-kaca; air mata seolah siap keluar kapan saja. Surai yang biasa ditata rapi, kini sedikit berantakan, menandakan ia baru saja berlarian. Senyum lantas dilukiskan. Tangan terangkat; mengacak pelan surai pirang di depannya, jadikan sang pemilik menggembungkan kedua pipinya.

Netra sewarna zamrudnya beradu dengan iris lazuardi milik si hawa dalam jarak yang terbilang dekat, membuat napas milik satu sama lain sedikit terasa. Mao menatap lamat-lamat netra biru milik Saiki, entah kenapa mengingatkannya akan mimpi yang akhir-akhir ini menghantui. Mulut terbuka; siap mengeluarkan aksara, namun tertunda sebab sakit kepala tiba-tiba menyerang. Ia meringis pelan, timbulkan kembali raut khawatir pada si gadis pirang.

"H-hei! Kenapa?!"

Pernyataan demi pertanyaan dilontarkan, namun tetap diabaikan. Ia mulai menggigit bibir bawahnya; menahan rasa sakit yang kian menguat. Di tengah itu semua, pecahan-pecahan memori yang dirasa tak pernah ada, terputar di kepala.

"Hei! Hei! Lihat! Aku membuat kalung dari kerang untukmu!"

" ... Kerang? Apa itu?"

"Itu benda yang ada di sekitar laut! Lihat! Cantik, bukan?"

"... Cantik .... Kalau kita pergi ke laut bersama suatu hari nanti, apa kau mau mengajariku cara membuatnya?"

"Tentu saja!"

Putaran memori berakhir, bersamaan dengan rasa sakit yang mulai terkikis. Membuka kedua mata, Mao sedikit tersentak tatkala wajah si gadis Tenshouin kini hanya berjarak beberapa mili darinya, membuat napas semakin jelas terasa. Rona merah lindap menghiasi pipi, didominasi rasa malu sampai tak menyadari bahwa cairan bening sudah dikeluarkan oleh Saiki.

"Mao! Kau tidak apa-apa?!" Saiki berseru khawatir. Air mata yang kian menderas telah menarik atensi si pemuda.

Mendorong sedikit tubuh si gadis, Mao berujar, "Ti-tidak apa-apa. Hanya pusing sedikit saja."

"Benarkah?"

"Iya."

Bletak!

Pukulan mendarat di kepala si pemuda. Rasa sakit kembali. Ia mulai meringis kesakitan untuk kedua kali. Ia mendongak perlahan; melihat figur Saiki yang mengepalkan tangannya dengan kedua mata yang sudah memerah. Bekas menangis. Kalau sudah sampai seperti ini, berarti hanya satu hal ....

Aku dalam masalah.

Saiki lantas membetulkan postur tubuhnya; menegakkan daksanya dengan anggun. Kemudian lontarkan kalimat, "Atas perintah Yang Mulia Tenshouin Saiki. Budak sekolah, Isara Mao. Dilarang untuk bekerja sampai waktu sekolah usai," Gadis bermahkotakan surai pirang itu menarik napas sebelum melanjutkan, "sampai waktu tersebut, Isara Mao diwajibkan untuk beristirahat di ruang kesehatan. Terima kasih atas perhatiannya." Bersamaan dengan selesainya kalimat yang diucapkan, Saiki berbalik; meninggalkan Mao yang masih duduk termangu di ruang kesehatan sendiri.

"Saiki, tung-"

"Tidak menerima penolakan."

Pintu kemudian tertutup; sosok si hawa hilang sepenuhnya dari pandangan. Mao menghela napas, kemudian membaringkan daksanya yang memang terasa berat. Beristirahat. Sama seperti yang diperintahkan. Daripada menghadapi amukan, bukan?

· ─────── ·♪· ─────── ·

Bruk!

Tubuh Saiki terduduk di lantai yang dingin. Selepas meninggalkan ruang kesehatan, ia bergegas pergi ke ruang klub kerajinan. Yang untung saja tidak ada orang di dalamnya. Kepala ditenggelamkan di lekukan lengan, kemudian mulai menangis dalam diam. Ia tahu, apa penyebab si pemuda pingsan tiba-tiba. Dan ia tahu, bahwa itu terjadi karena kesalahannya yang seminggu lalu memperlihatkan kalung miliknya secara tidak sengaja.

Tangan lantas mengeluarkan kalung yang dimaksud secara perlahan, lantas ditatapnya benda yang memiliki hiasan dari kerang itu dalam-dalam. Sedang pikiran kini mulai berkelana, ke ingatan, yang terjadi di kehidupan sebelumnya, yang menjadi awal dari cerita mereka berdua. Tentang seorang anak perempuan, yang terlalu dikekang, bertemu dengan cahaya yang kemudian menariknya keluar dari lubang kesendirian.

Mao sangat menyukai kalung. Baik di kehidupan sekarang, maupun di kehidupan yang sebelumnya. Oleh sebab itu, ia yang tadinya sama sekali tidak mengingat tentang kehidupannya yang dahulu, kini mulai dihantui pecahan memori kala itu. Hanya karena melihat sebuah kalung, yang mungkin secara tidak sengaja sangat mirip dengan yang diberikannya dulu.

Padahal, Saiki-yang telah memiliki memori tentang ini sejak lahir-berniat memulai ulang semua kembali. Ia tak ingin cerita mereka yang kedua kali, berakhir tragis. Namun di sisi lain, ia sangat menginginkan si pemuda kembali mengingat, tentang janji yang belum sempat mereka berdua wujudkan sebelumnya. Si gadis kembali menangis dalam diam, tatkala memikirkan konsekuensi apabila si pemuda tidak diberitahu dengan segera. Sakit kepala akan terus menyerangnya, dan Saiki tentu saja tak ingin melihatnya menderita. Cukup di masa lalu saja, jangan sekarang juga.

Jika sudah begini, siapa yang harus disalahkan?

Tuhan yang mengatur segalanya, atau Saiki yang tak bisa memantapkan hatinya?

· ─────── ·fin(?)· ─────── ·

Note :
¹ : Fukukaichou → Wakil Ketua; cara Mao memanggil Keito.

RAMXXS_, 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro