Spons
Dia merenungi pemandangan lautan es yang kian mengecil, sementara Hanfalis memegang kemudi dayung. Tak ada obrolan, hanya hening belaka.
Di tengah kecanggungan, Hanfalis meliriknya. "Aku mau minta maaf, tadi aku kelepasan, ya pokoknya maafkan."
"Tadi itu benar-benar gila." Bukannya menggubris dia malah seperti kegirangan. "Soalnya, kamu lihat? Herobrine itu bisa menghancurkan rumah lalu meledakkan daratan. Dan Notch! Dia benar-benar OP!"
"Ya," Hanfalis mengayuh lebih stabil, "ya, memang gila. Aku hampir mati karenanya.
Mendengar itu, dia melihat tombol cepat di layar. "Sepertinya kita tetap di mode Hardcore."
"Iya, dan coba perhatikan, MOD-nya sudah terpasang."
Dia menyadari ada simbol baru bahwa sekarang bakal banyak tanaman serta flora lainnya yang diperkenalkan. Namun, di lain sisi, dia takut dan khawatir jika terjadi sesuatu di luar prediksi.
Hanfalis membalas tanpa berkedip, "Tenang saja, apa pun yang terjadi, aku akan melindungimu. Tidak akan kubiarkan kamu mati."
Dia tahu alasan Hanfalis berkata demikian mungkin karena dia adalah pemilik dunia ini. Hanfalis pernah menyebutnya.
Bioma setelah samudra dalam adalah es lagi. Lautan membeku benar-benar luas sekali, semata-mata balok es sampai kejauhan, gunung es amat tinggi menjulang di mana-mana dan harus dihindari agar tidak tertabrak karena harus berputar mendayung lagi. Sangat seru menikmati perjalanan sampai melupakan segala hal buruk yang terjadi silam.
Meskipun begitu, dia melihat sesuatu dan segera menyuruh stop.
Hanfalis mengerang, bertanya 'ada apa?' sambil menggerutu turun dari perahu. Terdapat sebuah gundukan yang seakan sengaja dibuat. Kala didekati ternyata ada lubang semacam pintu masuk. Ruangan interior struktur bernama iglo itu terdiri atas meja kerajinan, obor batu merah, dan kasur. Lantainya dilapisi karpet, kemudian saat diangkat bagian tengahnya, tersibak pintu rahasia.
Keduanya bergerak menuruni tangga, amat dalam sampai ke sebuah basemen berdinding batu yang beberapa di antaranya retak, samar-samar terdengar suara kecil yang berdesis lalu hilang, jaring laba-laba di pojok, ada pula stan meramu ramuan dengan satu botol terisi, peti penyimpanan, dan pot bunga.
Di seberang sesuatu menggeram.
Dua ruangan sempit mirip sel, di sebelah ialah manusia berpakaian tebal khas penduduk desa salju, sedangkan di hadapan adalah zombi penduduk desa yang lapar akan daging, keduanya terkurung oleh jeruji besi.
Hanfalis mencontohkan dengan melepas botol ramuan kelemahan dari stan tadi, mengambil apel emas dari peti, melempar botol percikan, lalu memberi makan buah tersebut ke zombi.
Beberapa lamanya menunggu, dia melihat-lihat apa saja flora baru di modifikasi. Sampai Hanfalis tak sengaja menghancurkan balok baru retak, dan gerombolan makhluk mirip ulat berambut perak kebiruan menyerang. Dia sempat kewalahan membantu membunuh satu per satu saking banyaknya jumlah yang merepotkan itu.
Seruan gembira mengudara tatkala zombi sebelumnya telah sembuh menjadi manusia. Pemain menyuruhnya diam menunggu penyelamatan dari desa terdekat, sekalian memberi roti kepada orang desa di sebelah juga.
Kedua pemain keluar begitu pagi tiba, melawan Stray yang berteduh di bawah pohon cemara bersalju, kerangka itu memiliki penampilan kelabu dengan jubah koyak, panahnya menimbulkan efek melambat. Belum lagi setelahnya menghadapi beruang kutub yang marah, ternyata induk itu melindungi anaknya, daripada membawa masalah lebih baik kabur.
Setelah dirasa cukup jauh berjalan, mereka menemukan bangkai kapal yang terjebak di dalam gunung es, ikut membeku bersamanya. Ketika masuk ke bagian kabin, terdapat peti yang berisi barang berharga termasuk menemukan peta harta karun.
"Aku hafal pola ini! Ini tidak akan seperti sebelumnya kan? Kita tidak akan membangkitkan Herobrine lagi kan?" Hanfalis menjadi paranoid.
"Tenang. Ini normal," balas pemain pertama.
Di bioma es bisa berlari lebih cepat sebab air yang membeku memberi kesan licin, peta yang dibawa di tangan pada akhirnya menuntun pada pantai bersalju. Setelah menggali pasir akhirnya ditemukan peti harta karun berisi berlian, bahan beledak, armor rantai logam, dan satu Jantung Laut.
Setelah beres, mereka naik perahu berboncengan lagi, karena Hanfalis lelah jadi bergantian yang mengemudi.
Lagi-lagi mereka menjumpai struktur unik. Di atas es, terdapat semacam bangunan zaman kuno yang terkubur. Hanfalis kabur ke suatu tempat katanya mencari ayam. Sedangkan dia menghancurkan balok es lalu menemukan peti harta. Begitu terjun ke air nan dingin tampak sesuatu bercahaya, ternyata masih ada bangunan bawah air lagi. Struktur Reruntuhan Laut yang penuh misteri. Di bagian terang, cahaya bersumber dari lentera laut. Adanya kolom gelembung pertanda balok magma, di keempat sisinya ditaruh batu untuk pijakan agar tidak terisap saat bernapas dari gelembung. Rupanya banyak juga Zombi Air yang marah seakan menjaga benda-benda berharga di sana. Beberapa zombi menggenggam alat pancing, ada pula mengepal benda bulat merah muda bergaris putih mirip lolipop tapi sebenarnya cangkang nautilus. Yang paling diwaspadai adalah yang menyerang dengan trisula. Hanfalis kembali membawa kuas, dia kaget karena melihat kepungan zombi air, ikut mengalahkan, tetapi semakin lama semakin banyak. Mau tak mau, Hanfalis bergegas mencari balok pasir yang memiliki tekstur agak kasar, disisir dengan kuas, dan didapatlah benda berharga. Setelah puas mendapatkan banyak barang, keduanya memutuskan lanjut bertualang.
Kompas Lodestone di tangan pemain pertama terus membimbing ke koordinat yang dituju. Keadaan cukup hening sebelum suatu bayang-bayang raksasa muncul menyerupai monster bulat bermata satu. Mereka berteriak terkejut. Apalagi terkena efek kelelahan tingkat tinggi. Rupanya saat ditengok ke bawah di balik lapisan es berdiri kukuh Monumen Samudra nan megah. Gerombolan ikan menyerupai bola berduri berjaga mengelilingi.
Hanfalis tertarik untuk turun, tetapi pemain pertama ragu-ragu.
"Ayolah kita coba saja, lumayan bisa dapat spons," bujuknya.
"Spons buat apa?"
"Buat cuci mangkuk! Ya buat keringkan sungai atau apa lah, itu kan bisa menyerap air," ketus Hanfalis, pemain pertama masih waswas tetapi sudah terjun dahulu. "Ayo!"
"Tunggu!"
Dia meletakkan balok pasir ke bagian paling dangkal, membangun dinding pelindung sebagai markas sementara, lalu ikut memasuki air, untuk kemudian disambut para ikan nan marah.
Makhluk penjaga laut tak kalah mengerikan. Serangan laser mereka cukup menyakitkan. Pemain harus berenang cepat, naik ke permukaan untuk mengambil napas, lalu menyelam lagi.
Kebetulan ada TNT dari harta, digunakan untuk meledakkan bangunan utama. Sesosok makhluk berukuran amat besar menampakkan diri, warna tubuhnya cokelat berbeda mencolok dengan ikan lain. Terjadi pertarungan sengit memanah dan menembak dengan trisula, sampai akhirnya menang. Namun, baru satu tetua penjaga terkalahkan. Di masing-masing sayap kedua pemain berpencar, menyalakan peledak yang ditutup balok tanah, mengundang penunggunya untuk keluar.
Perjuangan berlangsung panjang hingga akhirnya ketiga tetua penjaga terkalahkan.
Setelah efek kelelahan lepas, mereka menghancurkan beberapa balok prismarin, barang rampasan dari berkelahi dengan zombi air membawa hasil banyak cangkang nautilus yang cukup untuk merakit Conduit bersama jantung laut. Bangunan saluran dibangun di bawah markas sementara yang terendam air, begitu jadi Conduit pun menyala mengeluarkan magisnya. Seketika pemain memiliki efek bernapas dalam air dan penglihatan jauh ke dasar lautan. Hal ini berguna untuk menelusuri bagian dalam monumen samudra hingga akhirnya menemukan ruang berisi banyak spons basah di langit-langit. Tak menunggu lama para pemain bersukacita mengambil semua spons dengan cangkul lalu setelah selesai meninggalkan tempat itu dan lanjut ke petualangan selanjutnya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro