Bubuk Blaze
Di basemen iglo silam, pemain sudah membuka buku resep yang kembali normal. Halaman terakhir tertulis sebagai berikut.
Kumpulkan alat, bahan, dan rempah-rempah di bawah ini, ya! Tak perlu terburu-buru, ambil yang kamu temui di alam!
- Panci
- Kelapa
- Yoghurt (rasa biasa)
- Jahe
- Bubuk Kari
- Cabai
- Nasi
- Bubuk Kayu Manis
- Bawang Putih
Melihat bahan cukup banyak, pemain merasa beruntung ada kantung bungkus yang bisa memuat berbagai macam benda-benda kecil, sehingga ruang penyimpanan pribadi bisa lega tersedia untuk barang lain.
Mereka juga belajar tentang Garden, yaitu semacam semak-semak yang tersebar di daratan, bisa menghasilkan buah atau sayur tergantung bioma, itu pun bersifat acak dengan peluang berbeda-beda.
Terkait itu, di bioma seperti taiga bersalju, ada banyak sayuran yang suka temperatur dingin. Namun, tidak ada satu pun di antaranya untuk bahan kari. Jadi lain kali saja. Pertama-tama mereka akan merakit panci dahulu, material yang dibutuhkan adalah stik dan empat batangan besi yang didapat dari harta karun. Alat ini sangat berguna untuk memasak makanan lezat.
Pengembaraan berlanjut meninggalkan bioma bersalju, kini menginjak taiga biasa. Di sini juga tidak ditemukan Garden untuk bahan kari, tetapi tak ada salahnya memanen buah, sayur, umbi-umbian.
Bahan selanjutnya yang akan dikumpulkan adalah yoghurt. Cara buatnya dengan memasak seember susu di panci. Di lain sisi, seperti biasa Hanfalis membangun rumah sederhana untuk persinggahan kecil.
Saat pemain pertama berkeliling mencari sapi, dia menemukan sesuatu yang menarik. Yaitu balok tanah liat bakar dan kerikil yang mencuat dari daratan seolah-olah ada yang terkubur di dalam tanah. Benar saja ketika digali sekelilingnya tampak bagian puncak suatu struktur.
Hanfalis menyusul karena menunggu terlalu lama, dan ketika melihat itu langsung mengeluarkan kuas dan sekop.
Keduanya bekerja sama menghancurkan balok kerikil satu per satu dengan amat hati-hati, urutannya harus dari atas dahulu karena terpengaruh gravitasi. Takutnya, jika ada balok kerikil mencurigakan, cirinya memiliki tekstur permukaan kasar, harus segera disisir dengan sikat. Benda yang tersembunyi di dalamnya akan dibersihkan dari debu dan tanah, benda ini sensitif dan mudah pecah jadi jika jatuh karena gravitasi akan hilang selamanya, kebanyakan tidak terlalu berharga kecuali artefak kuno seperti piringan musik Relic.
Semakin ke dalam semakin banyak rahasia terekspos. Lorong panjang dengan lantai batu bulat, di sisi kanan ruangan-ruangan berisi stasiun kerja seperti perkakas tenun, gerinda, ketel. Selesai menggali Jejak Reruntuhan, mereka keluar dan mengumpulkan barang-barang galian ke peti, ada pewarna, kaca, lilin aneka rona, biji-bijian, dan banyak lagi.
Bioma taiga dicirikan oleh banyaknya pohon cemara yang menjulang tinggi, tetapi cahaya masih bisa menembus masuk. Di bawah pohon kadang dijumpai rubah yang melingkarkan badan tertidur pulas. Jika di taiga bersalju rubah berwarna putih dengan ekor hijau, sedangkan di sini oranye berekor putih.
Sebuah desa menyambut mereka. Namun, ada yang aneh, banyak sarang laba-laba di sana-sini, beberapa bagian rumah hancur seperti pintu atau jendela, kebun serta kandang ternak pun terbengkalai. Karena hari sudah gelap, mereka memutuskan tidur di sana. Kebanyakan rumah memiliki lantai atas, dengan naik tangga ada kasur di sana. Begitu malam tiba, terdengar geraman dari luar cukup banyak. Setelah lagi tiba, para zombi terbakar, suaranya familier, ternyata itu zombi penduduk desa. Semua warga di desa ini berubah jadi mayat hidup, menyerang bersamaan di bawah terpaan matahari. Bekas serangan zombi tampak jelas di sana-sini, menjadikan tempat ini dijuluki desa zombi.
Ada zombi yang menyerang lagi, larinya amat laju, bertubuh kecil dan melompat-lompat. Anak-anak bermata merah dengan nafsu makan kelaparan akan daging.
"Banyak sekali zombi anak-anaknya!" seru pemain pertama.
"Bunuh saja, kalau disembuhkan tidak guna, pas sudah dewasa tidak akan memberi diskon barang yang dijual."
Meski terdengar dingin, ucapan Hanfalis masuk akal juga.
Para zombi di desa sudah dibereskan, saatnya melanjutkan perjalana. Di bawah desa terlihat sebuah danau. Di pinggir air, berdiri portal yang hancur sebagian. Sejumlah balok Netherrack menjadi lantainya. Pemain menghancurkan obsidian yang tampak retak memendarkan rona keunguan dan meneteskan cairan ungu, dengan beliung berlian. Terdapat peti harta berharga yang salah satunya berisi obsidian. Kolam lava disiram air mengalir sehingga terbentuk obsidian pula. Semua itu digunakan untuk menyempurnakan portal nan rusak. Pemantik api yang didapat pun dinyalakan. Kini portal menuju dimensi lain aktif, cahaya keungunan bersinar dari lapisan.
"Kamu mau masuk ke sana?"
"Eh? Tidak, aku hanya iseng menyalakan saja," kata pemain pertama.
"Tidak apa-apa, lo? Ayo masuk! Untung ada baju zirah emas di peti tadi." Belum ditanggapi, Hanfalis sudah berteleportasi dahulu ke dimensi lain.
Dia menginjakkan kaki ke dimensi Nether lagi. Hanfalis merasa beruntung ada batu bersinar, dengan sentuhan sutra didapat batu itu, digabungkan dengan obsidian ratapan, menjadi jangkar hidup kembali, walau tidak ada gunanya karena ini mode Hardcore.
Bioma menakjubkan di neraka bisa menumbuhkan flora unik, hutan yang dipenuhi pohon raksasa berupa fungi merah menyala yang juga bersebelahan dengan fungi hijau memesona. Tetap saja lava mengalir di mana-mana, para Piglin yang mengawasi bersikap netral karena pemain sudah mengenakan baju zirah emas. Pemain berjalan sebentar, lalu menemui struktur gelap dengan puncaknya dibatasi pagar, ada lubang-lubang sebagai pintu masuk. Tempat itu dijaga oleh makhluk api yang terbang.
"Ini dia! Ayo berburu batang Blaze!" seru Hanfalis.
Mereka memasuki Benteng Nether dan disambut gerombolan monster. Lorong yang sempit menjadi keuntungan musuh mengepung di depan dan belakang. Makhluk bertubuh api membara melempar batang api yang bisa membakar tubuh. Belum lagi Wither Skeleton berukuran lebih besar, gelap seakan terbuat dari tulang dan batu bara, membawa pedang batu dengan efek layunya. Pemain menemukan tangga, di bawahnya tumbuh bintil Nether di pasir roh, dipanenlah oleh mereka. Penelusuran terus berlanjut, di persimpangan lorong sering ditemui monster, itu semua terbayarkan oleh peti berisi harta.
Sesampai di bagian tengah, mereka menemukan peti lagi, yang tampak sengaja diletakkan. Ternyata isinya adalah buku berisi pesan-pesan.
Kalian sudah mendapatkan buku resep karinya? Bagus! Sekarang simpan permintaan kalian.
Mereka masih belum mengetahui maknanya, lalu memutuskan keluar dari benteng. Batang Blaze yang didapat lumayan, sebagian diubah jadi bubuk Blaze.
Tak jauh dari situ, terdapat struktur lagi yang tersusun atas dinding batu hitam. Banyak Piglin yang menjaganya. Piglin Brute juga sangat menakutkan, harus dipanah dari jarak jauh nan aman sampai mati. Para Piglin bawahannya membabi buta mengacungkan pedang emas juga memanah dengan busur silang. Semua monster itu dibunuh sebelum muncul lagi. Di Bastion Remnant terdapat bagian kolam-kolam lava, berjalan di atasnya ialah semacam lantai-lantai bersusun, dengan paling dasar juga dipenuhi lava, dan di tengah-tengah terdapat ruang harta karun. Jangan sampai ada Piglin Brute yang menyergap, ataupun pukul mundur dari panah Skeleton yang menjatuhkan ke lahar panas. Setelah sukses mendapatkan semua harta karun, pemain pergi meninggalkan Bastion Remnant sambil dikejar-kejar Piglin yang marah kekayaannya dicuri.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro