Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Jilid. 17

Kala memilih sibuk dengan ponselnya. Mengabaikan seruan kecil berupa ajakan menjadi salah satu fans orang yang ia kenal. Kala menggeleng heran dibuatnya. Bagaimana bisa ada fans club seorang Andaru Aria di sekolah Sheryl?

Mungkin kalau Risa mengetahui hal ini, sahabatnya akan mendaftar paling awal. Mengingat saat pertaman kali Risa bertemu, pujian ganteng lolos begitu saja dari bibirnya. Belum lagi gosip seputar majikannya itu. Bahkan Kala sampai bosan mendapat pertanyaan, "Istri Pak Daru pernah datang, Mbak?" Atau. "Kan, benar saya bilang juga apa. Pak Daru itu Hot Duda."

Bagi Kala, semua itu tak penting. Yang terpenting baginya adalah Sheryl. Anak asuhnya. Status Daru ia tak mau tahu. Bukan urusannya. Sama sekali. Walau apa yang para penggosip yang kebanyakan adalah pengasuh juga, benar adanya. Wajah Daru memang tampan, diakui sendiri oleh Kala namun, itu semua bukan lantas membuat dirinya terpesona. Sama sekali tidak.

Cukup rasanya ia berhubungan dengan pria seperti Daru. Sudah sangat cukup.

Keberadaannya di rumah Daru jelas, ia bekerja. Menjadi pengasuh anak dari seorang Andaru Aria Susetyo, yang sudah dua hari ini sosok itu berlarian dalam kepalanya. Bukan dalam hal untuk dikagumi kegantengannya seperti yang mereka bilang, namun intimidasi yang diberi oleh sang majikan. Membuat Kala mulai berpikir baik-baik langkah apa yang akan ia ambil.

Terutama terkait dengan Sheryl.

Barangkali benar adanya, jatuh cinta bukan hanya milik pria dan wanita saja. Hubungan yang membawa perasaan se-sentimentil ini bisa terjadi antara wanita dewasa dengan seorang anak kecil yang binar matanya penuh harap saat menatapnya. Saat berkata, "Jangan pergi." Pun saat tadi pagi dengan penuh semangat anak itu berkata, "Hari ini aku pasti dapat nilai bagus. This for you, Mbak." Lalu ditutup dengan satu kecup manis di pipi.

Andai Kala tak kuat-kuat mencengkeram ujung meja makan, mungkin dirinya sudah menghambur dan memeluk anak itu penuh sayang. Menghujani anak itu dengan ciuman lembut seraya berbisik banyak terima kasih atas penerimaannya.

Andai ia bisa.

Karena di tempat yang sama, seorang Andaru Aria menatapnya dengan sorot mata dingin. Seolah netranya bicara, "Jaga batas. Mbak bakalan pergi. Jangan buat anak saya mengharap lebih. Mbak cuma pengasuh."

Ia hanya mampu menghela napas panjang pada akhirnya. Diakui dalam hati terdalamnya, ia sudah jatuh sayang. Ini semua berseberangan dengan logika yang ia miliki. Jika ia mendengar logikanya bicara, ia dengan segera memanfaatkan informasi pekerjaan dari Denny yang bertubi-tubi masuk dalam ponselnya.

***

"Aria, posisi accounting sebentar lagi kosong, kan? Mbak Lulu sebentar lagi cuti melahirkan. Belum ada kandidat pengganti sementara. Gue informasiin ini ke Mbak Kala, boleh?"

Jemari Daru yang sedari tadi lincah bergerak di atas keyboard laptopnya, berhenti bergerak. Pandangannya segera ia larikan pada orang yang menjadi lawan bicaranya. Ia pikir, Denny sudah bersiap kembali ke mejanya setelah berdiskusi cukup panjang mengenai kendala yang sedang mereka tangani.

Ternyata...

"Gue juga sudah banyak beri info seputar pekerjaan, sih, ke beliau."

"Lo respek banget sama Kala. Dia cuma senior lo aja, kan?" Wajah Daru ditopang sebelah tangannya menatap cukup intens pada sang sahabat. Denny hanya terkekeh mendapat respon itu.

"Bagi gue dia lebih dari sekadar senior."

"Perempuan enggak tergapai versi lo?" tanya Daru lagi tanpa berniat menurunkan intensitas tatapannya.

Denny mendengkus. "Lo tau, layaknya nama yang ia punya, dia banyak menghangatkan orang-orang di sekitanya. Dalam arti yang benar-benar bagus, Aria. Dia banyak membantu juniornya tanpa perlu balasan terima kasih atau sekadar ingin jadi mahasiswi cemerlang sepanjang tahun. Bahkan setelah dia lulus. Dia enggak seperti itu."

"Terserah lo, lah. Katanya dia minim pengalaman." Daru seperti mengada-ngada. Lalu pikirannya dipaksa untuk kembali fokus ketimbang memikirkan hal ini.

"Justru itu. Enggak apa, kan, kalau gue info ini ke dia?"

Daru berhenti lagi lalu menatap Denny singkat, "Gue tinggal cari pengganti Mbak baru Sheryl. Enggak repot."

Denny tersenyum lega. "Oke. Nanti gue bilang HRD, ini referensi gue."

Selepas Denny pergi, Daru menghela napas panjang. Butuh waktu cukup lama bagi Daru untuk mengumpulkan keping kewarasannya agar bisa menyelesaikan sisa pekerjaannya siang ini. Seharusnya ia memperingati Denny sebelumnya. Sahabatnya itu tidak perlu membagitahu mengenai semua rencana-rencananya yang berkaitan dengan seorang Kala Mantari.

Iya, lebih baik seperti itu. Untuk sekadar menjaga dirinya tetap di ambang normal.

Suara dering ponsel memecah lamun yang hinggap dalam dirinya. Matanya mengerjap pelan saat mendapati siapa peneleponnya kali ini.

"Hallo, Miss Rina."

"..."

"Sure. When?"


***

Jangan lupa baca kisah lainnya, ya.

LOVE YOU, OM

Cussss. Dijamin seru...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro