Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

RALS - 9 - Aftercare 5.1




Question of the day: cowok flirty atau enggak?

vote, komen dan follow akun WP ini + IG & X & Tiktok @akudadodado. Thank you

⋆。゚☁︎。⋆。 ゚☾ ゚。⋆

Seluruh ototku masih terlalu lemas untuk digerakkan, tapi mataku mengikuti Noam yang beranjak dari ranjang dan memasuki kamar mandi. Suara lemari yang dibuka dan ditutup dua kali memancingku bertanya, "Kamu cari apa?"

"Sudah dapat," jawabnya. Lalu yang aku dengar adalah suara air dari keran.

Aku menutup mata untuk menikmati dengungan lembut yang menari-nari di atas kulitku setelah kegiatan kami. Tubuhku lengket, campuran ciuman basah Noam dan keringat kami, tapi tenaga untuk bergerak tidak ada.

Bagian ranjang dekat pinggulku melesak ke dalam tanda ada beban selain diriku.

"Clover, spread your legs."

"Noam, give me a minute to rest. No, beberapa jam buat recovery."

Aku menyukai semua yang dilakukan oleh Noam di atas ranjang, tapi bukan berarti aku tidak perlu istirahat dan hanya melakukannya seperti kelinci, kan?

Noam terkekeh. "Aku mau bersihin dan itu ada gelas di meja sebelah kamu. Kamu perlu balikin cairan di tubuh setelah keluar banyak."

Mataku terbuka dan otomatis menoleh ke arah meja kecil di samping sofa bed. Segelas air mineral. "Oh, aftercare?"

"After? Kita masih di tengah-tengah sesi, ini cuma istirahat. Spread your legs."

Aku menatap Noam dan menaikkan kedua alisku mendengar nada perintahnya. Seharusnya dia mulai menyadari kalau aku dan perintah tidak berteman.

"Right. Spread your legs, please."

Namun, yang menjadi masalah mendasarku adalah aku malu untuk membuka lebar kakiku setelah hasratku dipuaskan beberapa menit yang lalu.

"Aku bisa bersihin sendiri."

"Aku tahu, tapi aku mau bersihin mess yang aku buat. Jadi, setop malu-malu dan buka lebar kaki kamu. I need to make sure your pussy is ready for the next meal."

Dari mana dia tahu kalau aku malu? Apa mukaku merah? Tapi penerangan di ruangan ini hanya satu lampu di meja samping sisi Noam saja. Lalu, dari mana kata-kata kotornya itu berasal setelah seharian ini dia bertutur kata dengan santun?

Noam memosisikan betis dan pahaku bertemu lalu tumit yang menjejak di atas sofa bed. Kini selangkanganku terbuka lebar dan ekshibisionis yang tanpa malu aku lakukan di awal atau di tengah sesi tadi kini sudah habis dan yang tersisa adalah malu yang merambat dari leher ke seluruh wajahku.

"Noam, aku bisa sendiri." Aku mengulangi ucapanku dan jawaban yang diberikan Noam masih sama, bedanya dia menjawab sambil mengusap handuk lembap yang hangat ke area genitalku dengan wajah serius. Aku mau menutup pahaku pun percuma karena Noam sudah berada di antaranya hingga napas hangat cowok itu menyentuh inti tubuhku.

"Iya, tapi aku mau." Noam mengusap dua kali lagi lalu mencium bagian dalam pahaku sekali. "Selesai. Kamu minum, gih. Aku buatin makan malam dulu."

Barusan itu apaaaaa?

***

"Noam, kamu harus pergi karena aku mau jalan-jalan." Aku menggoyang bahu lebar di sebelahku, tapi tidak ada tanda-tanda dia akan bangun. Pipinya masih terkulai di atas bantal berwarna putih dengan kedua tangan memeluk gumpalan yang selembut awan itu erat. Punggungnya telanjang dan selimut yang berada tepat di atas bokongnya pun aku tahu sama polos dengan bagian atas tubuhnya.

Di goyangan ketiga, kelopak matanya bergerak sedikit dan aku mengulang perkataanku tadi.

"Kamu ngusir aku setelah puas pakai aku semalaman? Nggak kasih aku sarapan dulu sebelum usir? Atau pillow talk? Atau biarin aku mandi?"

"Kamu juga pakai aku semalaman. Kalau sarapan dulu, kamu bakalan minta pillow talk terus lanjut mandi yang kita berdua tahu kalau bakalan ada sesi lanjutan yang semalam. Jadwalku padat sampai malam mau jalan-jalan."

Kalau bukan karena aku sudah menghabiskan banyak uang untuk mengunjungi Chamonix, aku juga akan dengan senang hati lanjut berada di atas ranjang sampai siang nanti. Badanku mau rontok setelah aktivitas kami semalam.

Noam meregangkan otot punggungnya lalu duduk di pinggir ranjang dengan mata yang masih setengah tertutup. Selimut yang menutupinya sudah berada di ujung ranjang.

"Oh." Tiba-tiba tubuh Noam menjadi tegap dan kedua sikunya kembali ke ranjang, menyanggah tubuh bagian atasnya yang condong kepadaku. "Kamu belum cium aku, " katanya dengan mata tertutup.

"Aku cium kamu banyak kali semalam."

"Pagi ini belum," sahutnya dengan keras kepala dan bibir yang dimajukan seperti mas koki.

Aku mengeratkan selimut di dadaku dan memberikan ciuman sesuai permintaan Noam. Hanya satu kecupan kecil tanpa lidah yang ikut serta karena setelah semalam, aku tidak yakin sentuhan yang terlalu lama tidak berakhir kami berada di atas ranjang lagi.

"Good morning," bisikku di bibir Noam.

"It is a good morning indeed. Kamu mandi, gih. Aku siapin roti."

"Kamu nggak mandi?"

"Kamu ajak aku mandi bareng?"

Aku menggeleng cepat dan kabur sebelum Noam merealisasikan niatannya. Aku buru-buru membersihkan diri dan memastikan rambutku tidak awut-awutan sebelum keluar kamar mandi. Berbeda dengan rambut Robyn yang lurus, rambutku lebih ikal dan perlu dicatok agar rapi, tapi aku meninggalkan itu semua di luar karena takut terkena air lantaran kamar mandi yang kecil.

Berbekal handuk yang melilit di tubuhku, aku keluar dan mengambil baju di koper yang terbuka di ujung ruangan, berseberangan dengan dapur kecil dan meja makan.

"Kamu mau pakai baju di kamar mandi?"

"Iya, kenapa?"

"Aku sudah lihat, pegang, dan cium semuanya semalam."

"Just because I'm letting you do all of that doesn't means you have permission to look at it again." Aku berjalan dengan menggoyangkan pinggulku dan suara tawa Noam yang rendah.

Aku memakai pakaian hangat dua lapis lalu sweter dan celana bahan yang tidak menyerap air. Aku berencana untuk pergi ke tempat ski lagi, tapi untuk tujuan yang berbeda.

"Aku nggak diajak pergi sama kamu?" tanya Noam begitu aku duduk di barstool. Di depanku sudah ada roti bakar selai cokelat dan segelas susu.

"Enggak. Aku lagi mau belajar pergi sendiri," jawabku jujur. Aku memang ingin belajar berlibur sendiri karena firasatku mengatakan kalau mengajak liburan Robyn lagi setelah ini, aku hanya akan menjadi obat nyamuk. Dibanding melihat orang dimabuk kepayang dan aku menjadi ban serep saja, lebih baik aku liburan sendiri.

"Aku boleh ke sini malam nanti?"

"Clingy, aren't you?"

"I don't recall you hating it when I clung to you last night, or when I buried myself deep inside you, with you begging for more."

Sial, kenapa dia pintar sekali membalas ucapanku. Awalnya, aku menyukai Noam yang witty, tapi aku tidak tahu ini akan menjadi bumerang di saat aku mau menggodanya. "Touché. Kalau kamu nggak sibuk, ke sini pukul tujuh aja. Sekalian makan malam di sini. Dinner on you."

"That works for me, as long as you are the dessert."

13/3/25
Wkwkwkw sesama pelatih buaya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro