Chapter 35
7 Bulan kemudian...
"Awww ..." Hanin sedikit menggulung celananya dan melihat lututnya yang berdarah.
Ia terus meringgis dan membuka kotak p3k yang selalu ia bawa kemana-mana. Salahnya juga harus berjalan dengan tidak hati-hati dan akhirnya terjatuh diantara puing reruntuhan bangunan.
"Sini saya bantu." Hanin memandang pria yang kini tengah membantunya mengobati luka.
"Awww ..." ringis Hanin lagi.
"Cengeng banget sih Nin," ucap pria itu dan membuat Hanin mendelik.
"Dah beres," ucap pria itu sambil menepuk pelan bekas luka Hanin yang sudah terbalut rapi dengan perban.
"Woww rapi banget," puji Hanin.
"Saya kan udah profesional," jawabnya sambil tersenyum jenaka.
"Iyain deh," kekeh Hanin.
"Kamu kok bisa jatuh sih? Kaya anak kecil aja," ucapnya dan duduk di samping Hanin.
"Namanya juga berjalan di puing reruntuhan," ucap Hanin dan memandang ke arah pantai yang letaknya tidak terlalu jauh, bahkan deburan ombak masih terdengar walaupun samar.
"Habis dari posko?" tanyanya.
"Iya, Mas sendiri?" tanya Hanin.
"Baru dari pantai," jawabnya santai.
"Malah jalan-jalan," cibir Hanin.
"Siapa bilang jalan-jalan. Saya dari pantai bantuin bapak-bapak ngebenerin perahu."
"Emang bisa?" tanya Hanin sangsi.
"Nin, ini bukan kali pertama saya jadi seorang relawan," jawabnya dan tersenyum bangga.
"Baik bapak guru, saya sudah tahu," ucap Hanin sambil tersenyum geli.
Saat ini Hanin tengah berada di lokasi bekas bencana alam, setelah resign dari rumah sakit Hanin benar-benar menikmati pekerjaan barunya sebagai pengangguran. Dan pada akhirnya ia pun bergabung dengan salah satu tim relawan untuk datang ke lokasi bencana alam. Sudah satu bulan dia berada disini, dan tak sengaja berkenalan dengan salah satu relawan lainnya yang bernama Kenan. Hanin baru mengetahui bahwa Kenan itu ternyata adalah seorang direktur utama sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyediaan properti dan developer yang sudah sukses, tapi karena sifat kemanusiaan nya dia pun mendirikan sebuah rumah sakit di pinggiran kota untuk orang-orang yang tidak mampu, dan seperti saat ini dia pun menjadi anggota relawan bencana alam.
"Lagi mencatat apa Mas?" tanya Hanin sambil memandang pria yang kini tengah fokus menulis sesuatu di bukunya.
"Rahasia," jawabnya dan menutup buku. Hanin hanya mencibir kelakuan Kenan.
"Mas, kalau lagi jadi relawan gini emang kerjaan gak terbengkalai?" tanya Hanin.
"Itulah fungsinya saya menggaji orang untuk menjadi karyawan saya," jawab Kenan sambil terkekeh.
"Kalau lokasi bencananya masih memungkinkan adanya signal sih saya masih bisa memonitor Nin. Yang kadang suka bikin bimbang tuh kalau di pelosok," ujar Kenan.
"Mas kenapa bangun rumah sakit untuk orang kurang mampu dan juga suka jadi relawan?" tanya Hanin penasaran.
"Ibu saya dulu meninggal karena bencana alam. Beliau tertimbun longsor. Dan ayah saya meninggal karena penyakitnya yang tidak bisa saya obati. Saya dulu orang tidak mampu Nin." Ucapan Kenan cukup membuat Hanin kaget.
"Maaf," lirih Hanin merasa tidak enak karena sepertinya ia membuka luka lama pria di sampingnya.
"Tidak apa-apa, itu sudah lama," jawabnya tersenyum.
"Nin, ingin menikmati senja hari ini?" tawar Kenan.
Hanin memandang sejenak langit yang sudah mulai redup, pantas saja sudah pukul 5 sore.
"Ayo kita ke pantai Mas," ajak Hanin sambil berdiri.
"Kamu kuat jalan?" tanya Kenan sambil memandang kaki Hanin.
"Kuatlah, cuma lutut doang mah kecil," ucap Hanin sambil tertawa.
***
"Nih Mas kopinya," ucap Hanin dan menyimpan segelas kopi yang diwadahi cup plastik.
"Makasih Nin," ucap Kenan.
Mereka duduk diatas tikar diluar tenda tempat tidur para relawan.
"Kamu gimana ceritanya bisa resign dari rumah sakit besar?" tanya Kenan. Hanin memang pernah menceritakan bahwa dulu dia bekerja di Balla's International Hospital Centre.
"Ceritanya panjang, tapi yang jelas aku sepertinya sudah lelah mengikuti ritme kerja disana," bohong Hanin.
Dia hanya tidak ingin orang lain mengetahui alasan yang paling sebenarnya dia berhenti bekerja.
"Nanti kalau udah beres dari sini, kalau kamu mau kamu bisa bekerja di rumah sakit saya," tawar Kenan.
"Akan saya pertimbangkan," ucap Hanin.
Hanin memang berpikir sepertinya kerja di rumah sakit seperti itu akan membawa warna tersendiri untuk hidupnya.
"Kamu kangen Jakarta gak sih Nin?" tanya Kenan.
"Disini lebih menenangkan Mas. Saya senang bermain dengan anak-anak disini," ucap Hanin.
"Saya juga," ucap Kenan sambil memandang ke arah langit yang hitam pekat tanpa bintang.
"Kita dua minggu lagi ya disini," ucap Hanin dan hanya dibalas anggukan Kenan.
"Kamu tahu Nin, saat jadi relawan senyum anak-anak itu bagaikan candu tersendiri," ujar Kenan dan Hanin menyetujui itu di dalam hatinya.
"Menjadi relawan juga membuat kita banyak bersyukur, lihatlah saudara-saudara kita yang tertimpa musibah tapi masih bisa menerimanya dengan tabah," lanjut Kenan.
"Mas usia berapa?" tanya Hanin.
"31," jawab Kenan.
"Kenapa belum nikah?" tanya Hanin dengan senyum jail.
"Kamu kenapa belum meninggal Nin?" tanya Kenan membuat Hanin tersenyum kecut.
Kenan benar, pertanyaan belum menikah itu sama dengan pertanyaan kenapa belum meninggal. Keduanya merupakan rahasia Tuhan.
"Saya percaya jodoh itu akan bertemu di waktu yang tepat, walaupun tidak secara cepat," ucap Kenan.
"Kamu mau gak nikah sama saya?" pertanyaan Kenan sukses membuat Hanin tersedak ludahnya sendiri.
"Mas jangan ngelawak deh," ucap Hanin sambil memalingkan wajah ke arah lain.
Kenan ini tampan, mapan, baik hati, perhatian, paket komplit untuk dijadikan suami dan ayah. Tiba-tiba diajak nikah sama pria seperti itu, kalian bisa rasakan bukan perasaan Hanin?
"Siapa yang ngelawak, ya mungkin aja kamu mau. Eh kamu single enggak sih Nin?" tanya Kenan.
"Ada ya orang yang nanyain status orang lain setelah ngajak nikah," gerutu Hanin dan hanya dibalas tawa oleh Kenan.
"Mungkin nanti kalau Hanin khilaf baru bisa menerima mas Kenan," canda Hanin.
"Kutunggu khilaf mu." ucap Kenan, dan mereka pun tertawa bersama.
Hanin tidak bisa tidur malam ini, dia mencoba membuka instagram walaupun jaringannya lambat tapi tidak ada yang bisa Hanin lakukan lagi.
Tapi sebuah postingan membuat luka lama dalam hati Hanin kembali menguak.
@carrolinehilya.jordi
holiday with you @fabiankhairy.balla
Hanin hanya memandang nanar postingan itu, sudah berbulan-bulan tapi lukanya masih sama.
***
"Mama kangen," ucap Hanin dan memeluk Ibunya.
"Mama juga kangen sama kamu," ucap Ibunya dan balas memeluk Hanin.
"Kamu kurusan Nin," ucap Ibunya sambil mengelus kepala Hanin.
"Soalnya disana gak ada Mama yang nyuruh aku makan terus," ucap Hanin sambil terkekeh.
"Sekarang kamu mandi dulu, terus nanti makan. Mama udah masak banyak buat kamu," ucap Mama nya.
"Gak nunggu Papa dulu?" tanya Hanin.
"Papa lagi keluar kota," jawab Ibunya.
Hanin pun menganggukkan kepala dan beranjak menuju kamarnya.
Ia langsung merebahkan dirinya di kasur yang sudah hampir dua bulan tidak ditempati.
Drrtttt........
Hanin mengambil ponselnya dan ternyata panggilan dari Kenan.
"Hallo," ucap Hanin begitu mengangkat telpon.
"Hai, udah sampai Nin?" tanya Kenan.
"Udah Mas. Ini lagi rebahan," jawab Hanin sambil terkikik.
"Nin, nanti malam ya," ucap Kenan.
"Gak mau ah!" ucap Hanin sambil menggerutu.
"Gak bisa gitu, udah kesepakatannya," ujar Kenan.
"Kekanakkan banget!" ketus Hanin.
"Gak mau peduli, pokoknya nanti malem harus! wajib! titik!" Kenan berkata dengan penuh penekanan.
"Terserah deh. Mas udah sampe rumah?" tanya Hanin.
"Lagi di kantor," jawab Kenan.
"Gak capek?" tanya Hanin.
"Capek lah Nin, tapi ya ... sudah terlalu lama meninggalkan pekerjaan," kekeh Kenan.
"Ninggalin apaan, disana juga Mas Kenan suka sambil kerja," ujar Hanin.
"Yaudah Nin, aku tutup telponnya. Jangan lupa ya," kata Kenan.
"Iya iya," jawab Hanin.
Setelah telpon ditutup Hanin hanya memandang ke arah jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul 4 sore.
---
@hanin_agatha
Jodoh itu akan bertemu di waktu yang tepat, walaupun tidak secara cepat.
Picture & Caption by : @kenan_adiwiguna
Hanin memandang tidak percaya dengan apa yang ia posting, Kenan benar-benar kekanakan. Ini semua akibat perjanjian konyol Hanin dan Kenan saat tersesat di hutan. Mereka berjanji jika bisa keluar dari hutan akan mengupload foto yang sebelumnya telah mereka ambil.
@kenan_adiwiguna
Kutunggu khilafmu.. Taken By : @hanin_agatha
Hanin tertawa begitu melihat postingan Kenan, laki-laki itu benar-benar mengupload foto yang Hanin ambil dengan asal. Tapi tawa Hanin mereda begitu ada sebuah postingan baru.
@fabiankhairy.balla
Semua orang berhak untuk bahagia dengan pilihannya.
Bukan mbak Hanin yang khilaf, malah aku yang khilaf dan double update, hihihi.
Mana nih suaranya yang dari kemarin-kemarin nungguin ada lelaki lain di samping Hanin? Wkwkwk
Kalau aku di ajak nikah sama mas Kenan sih bakal langsung tak iyain><
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro