Chapter 34
Happy Reading^^
Hari-hari berlalu setelah Hanin putus dengan Bian, sesekali dia masih bertemu secara tidak sengaja dengan Bian di rumah sakit. Tapi mereka berdua bersikap tidak lebih dari sekedar orang asing.
"Na, ini bu Syaqira istrinya pak Dane?" tanya Hanin memastikan identitas pasien VIP.
"Loh, kamu belum tau?" tanya Ana rekan Hanin di depo rawat inap VIP.
"Beliau semalam masuk rumah sakit," terang Ana.
Hanin menghembuskan napasnya, bagaimana ini? Bukankah tidak sopan jika dia tidak menjenguk mantan calon mertuanya?
"Sus, saya boleh masuk ke dalam gak?" tanya Hanin pada suster yang berjaga.
"Boleh Nin, tapi saya gak tahu apakah bu Syaqira sedang tidur atau tidak," jawab suster yang memang telah mengetahui tentang Hanin dan Bian.
Para staff rumah sakit memang tidak mengetahui tentang hubungan mereka yang sudah berakhir.
Tok... Tok... Tok...
Hanin mengetuk dahulu pintu ruang inap, dia pun membuka pintu dan memandang takjub isi kamar ini. Memang seperti itulah ruangan VIP.
"Hanin." Panggil Syaqira begitu menyadari siapa yang masuk ke ruangannya.
Hanin bersyukur bahwa saat ini Kia tengah sendiri. Ia pun melangkahkan kaki dan duduk di kursi samping tempat tidur.
"Mom sakit apa?" tanya Hanin berbasa basi, dia masih memanggil Syaqira dengan panggilan Mom.
"Biasalah penyakit di usia tua. Dad aja yang lebay sampai nyuruh Mom harus dirawat," jawab Syaqira tersenyum seperti biasanya.
Hanin menganggukkan kepala, wajar saja Daddy nya Bian begitu mengkhawatirkan istrinya, mereka memang sangat harmonis.
"Kamu masih kerja Nin?" tanya Syaqira.
"Udah selesai Mom," jawab Hanin.
"Mom sebenarnya gak mau ikut campur masalah antara kamu dan Bian, tapi Nin apakah tidak ada harapan untuk kamu bisa kembali dengan Bian?" tanya Syaqira tiba-tiba sambil menggenggam tangan Hanin.
Hanin hanya tersenyum menanggapi, dia bingung apa yang harus dikatakan pada Syaqira?
"Mom, untuk saat ini aku dan Bian harus sama-sama merenungkan kembali kesalahan kami. Kembali bersama mungkin bukan jawaban yang baik untuk saat ini," ujar Hanin.
"Mom percaya, kalian berdua sudah dewasa," ucap Syaqira dan tersenyum tulus.
"Wah ada Hanin!" suara sapaan dari pintu membuat Hanin mengalihkan pandangannya. Rupanya Ayya, kakak Bian.
"Selamat siang kak Ayya," sapa Hanin.
"Siang Nin. Udah lama?" tanya Ayya.
"Belum. Kasihan Mom sendiri, kok Kak Ayya tinggalin sih," ucap Hanin sambil terkekeh.
"Mom yang nyuruh, katanya aku harus pulang dulu," ucap Ayya sambil mendudukkan dirinya di sofa.
"Mom bosan disini Yya, pengen pulang aja." rengek Syaqira pada putrinya.
"Jika ada izin dari baginda raja, Nyonya," ucap Ayya dan tersenyum jail.
"Kalian sepertinya bekerja sama mengurung Mom disini," gerutu Syaqira.
Hanin terkekeh melihat perdebatan ibu dan anak ini. Keluarga ini begitu hangat, dan Hanin menyukai berada di tengah-tengah mereka.
Hanin melirik arlojinya, ini saatnya Bian selesai praktek dan besar kemungkinan dia akan kesini.
"Mom, kak Ayya, Hanin pamit dulu ya," izin Hanin.
"Loh, kok buru-buru sih Nin?" tanya Ayya.
"Hanin ada yang harus dikerjakan kak," bohong Hanin.
"Yaudah kamu hati-hati ya Nin." ucap Syaqira.
Setelah berpamitan Hanin pun keluar dari ruangan itu, tapi sepertinya takdir sedang mempermainkannya, tepat ketika Hanin membuka pintu untuk keluar dan saat itu Bian membuka pintu hendak masuk ke dalam.
Mereka berpandangan barang sejenak dan Hanin kemudian memutuskan kontak mata mereka dan mempersilahkan Bian untuk masuk terlebih dahulu.
"Kaya lihat drama korea aja," celetuk Ayya begitu Hanin sudah pergi dari ruangan.
"Tapi sayang tokohnya udah putus," lanjut Ayya.
"Berisik!" ucap Bian dan duduk di kursi bekas Hanin.
"Mom udah baikan?" tanya Bian.
"Udah, dan Mom berharap bisa pulang hari ini juga," jawab Syaqira.
"Tunggu sampai besok aja Mom. Dokter harus memastikan dulu kondisi Mom benar-benar stabil," ucap Bian.
"Ian udah makan belum? temenin kakak makan yuk!" ajak Ayya.
"Makan aja sendiri," ketus Bian.
"Pantesan aja putus, sifat lo emang nyebelin," gerutu Ayya.
"Kak udah dong jangan bawa-bawa kata putus mulu!" ucap Bian jengah.
"Emang kenyataannya kan?" tanya Ayya dengan nada mengejek.
"Kaya yang lo gak pernah putus aja sama kak Adrian!" skakmat!
"Eh walaupun putus, Adrian tuh masih bersikap baik sama gue. Gak kaya lo!" ucap Ayya tak mau kalah.
"Bersikap baik apanya, sampe lo kabur ke Singapore," ucap Bian.
"Kalian ini, udah diem Mom pusing denger nya," lerai Syaqira tak habis pikir dengan anaknya yang masih sering bertengkar walaupun sudah bukan anak-anak lagi.
"Bian sana antar kakak kamu buat makan. Mom mau istirahat dulu," perintah Kia dan mau gak mau harus dituruti oleh Bian.
"Lo bisa gak sih gak usah bawa-bawa hubungan gue di depan Mom," ucap Bian saat mereka tengah makan di restaurat dekat rumah sakit.
"Eh bocah, gak ada sopan-sopan nya panggil lo lo terus sama gue," Ayya malah mempermasalahkan panggilan Bian padanya.
"Makannya lo jangan rese jadi kakak. Gue lagi berusaha buat Mom gak kecewa, eh lo malah komporin terus," ujar Bian.
"Lo beneran udahan gitu aja sama Hanin? Gak ada yang bisa dipertahanin lagi?" tanya Ayya merasa aneh dengan adiknya. Pasalnya hubungan mereka sudah sangat serius dan kalau saja saat itu Ibunya Carrol tidak meninggal mungkin mereka sudah bertunangan.
"Gak tahu. Gue juga bingung untuk saat ini," ucap Bian. Dia merasa sangat kehilangan, tapi egonya lebih besar daripada rasa kehilangan itu.
"Kalian berdua mungkin hanya perlu waktu. Kemarin kalian terlalu buru-buru untuk memutuskan berpisah Ian," ucap Ayya dengan nada yang sudah melembut.
"Entahlah," ucap Bian dan menatap kosong makanannya.
***
"Harus banget lo resign?" tanya Rere memandang tak percaya pada sahabatnya yang baru saja memberikan surat pengunduran diri ke bagian HR.
"Gue gak bisa disini terus Re," ucap Hanin.
"Masa cuma gara-gara putus sama Bian lo keluar dari rumah sakit," ucap Rere sangat menyayangkan keputusan Hanin.
"Bukan hanya karena itu Re. Gue punya banyak alasan buat berhenti kerja disini. Mungkin udah saatnya gue kerja di klinik atau rumah sakit yang lebih kecil, setidaknya beban kerja disana tidak seberat disini," ucap Hanin sambil terkekeh.
"Lo udah mau tiga tahun kerja disini, masa keluar gitu aja," ujar Rere masih gak terima.
"Tenang aja, bagian HR masih ngeproses pengunduran diri gue, dan itu artinya gue masih kerja disini sampai ada keputusan," ucap Hanin.
"Nin coba deh bayangin gimana sulitnya kita dulu biar bisa bekerja disini. Masa udah susah-susah mau lo lepasin gitu aja!" Rere masih berusaha untuk mengubah pikiran Hanin.
"Re denger ya, walaupun lo berusaha keras, surat gue udah masuk ke HR," ucap Hanin terkekeh.
"Yahh Haninn ... gue masih gak terima kalau lo keluar," ucap Rere sambil merenggut dan itu membuat Hanin terkekeh geli.
"Lo tenang aja, selama masih satu kota gue bakalan tengokin lo!" ucap Hanin dan tertawa melihat ekspresi Rere.
"Kalau udah keluar dari sini lo mau langsung cari kerja Nin?" tanya Rere.
"Gue mau istirahat dulu. Jadi pengangguran dulu buat sementara waktu," ucap Hanin sambil tersenyum lebar.
Rere hanya tak habis pikir dengan wanita ini, kenapa begitu bahagia saat akan menjadi pengangguran?
Ada yang kangen sama Adrian-Ayya gak? wkwk
Atau kalian hanya rindu pada Hanin-Bian?
Atau mungkin pada Dane-Kia? wkwk, cerita mereka udah aku edit padahal biar gak sakit mata bacanya, tapi lagi males ngepublish ulang ><
Btw kalau kalian berpikir alur cerita ini terlalu lambat, emang gaya tulisan aku kaya gini deh. Dari cerita-cerita dulu aku tuh gak suka ngasih kebahagiaan dengan cepat kepada para tokoh, hhahaha
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro