Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 29


Menelusuri pantai bukanlah hal yang Hanin begitu sukai, tapi hari ini berbeda ia sangat menikmati kegiatannya.

Hanin tersenyum ketika teringat sebuah kata, bukan dimana kita berada tapi dengan siapa kita berada. Ya kata-kata itu benar adanya. Saat ini seperti yang telah dijanjikan sebelumnya Hanin dan Bian mengisi libur mereka dengan pergi ke pantai.

"Nin." panggil Bian.

"Hmm." gumam Hanin dengan pandangan yang tetap terfokus pada jejak-jejak langkah mereka.

"Will you marry me?"

Hanin menghentikan langkahnya dan memandang tak percaya pada Bian.

Seriously? Di sini? Saat ini?

Beberapa pertanyaan mulai menghinggapinya.

"Bi jangan bercanda." ucap Hanin.

Tanpa mengindahkan ucapan Hanin, Bian mengeluarkan sebuah kotak yang berisi sebuah kalung.

"Bi kamu gak salah minum obat kan?" tanya Hanin.

"Nin aku serius. Kamu mau nikah sama aku? Melengkapi kekuranganku, dan hidup bersama denganku." ucap Bian.

"Kenapa?" pertanyaan Hanin membuat Bian mengernyit bingung.

"Kenapa kamu milih aku?" lanjut Hanin.

"Karena aku tau bersamamu aku bisa lebih baik lagi, bersamamu dunia ku tak akan sepi lagi. Dan bersamamu aku bisa bahagia dan juga sedihku pun bisa membuatku tetap tersenyum karena ada kamu." ucap Bian.

"Kamu menikah buat bahagia Bi?" tanya Hanin.

"Itu sebagian tujuanku. Aku yakin bersamamu selalu ada kebahagiaan." jawab Bian.

Hanin terkekeh sebelum menjawab, "Jangan menikah untuk bahagia. Karena dengan menikah bukan berarti kita akan selalu bahagia."

"I know, dan seperti kataku, bersamamu sedih pun bisa membuatku tersenyum. Dengan kamu menjadi milikku dan aku menjadi milikmu setidaknya kita bisa saling menguatkan disetiap keadaan." ujar Bian.

"Aku menitipkan separuh hidupku padamu Bi. Aku harap kamu dapat menjaganya baik-baik, aku ..." belum sempat Hanin selesai bicara Bian sudah memeluknya erat.

"Makasih Nin. Aku akan pastikan tuk menjaganya dengan baik." ucap Bian.

Hanin hanya mengangguk dalam pelukan Bian. Matanya berkaca-kaca, entah mengapa situasi ini membuatnya menjadi sedikit mellow.

***

Hanin melirik Bian yang sedang makan di depannya, kini mereka sedang makan siang di kantin rumah sakit.

"Makan Nin jangan lihatin aku mulu. Tenang aja kegantenganku tak akan berkurang." ucap Bian tanpa mengalihkan pandangannya dari makanan.

Hanin berdecih pelan sebelum melanjutkan kembali makannya.

"Nin kata kak Ayya kamu mau jalan sama dia ya besok?" tanya Bian setelah menghabiskan makanannya, sedangkan Hanin masih menyantap dengan tenang.

"Hmmm." gumam Hanin.

"Kemana?" tanya Bian lagi.

"Gak tau juga. Kakak kamu yang ngajak aku tapi gak kasih tau mau kemana." jawab Hanin.

Bian melirik jam di tangannya.

"Nin aku duluan gak papa?" tanya Bian.

"Yaudah duluan aja gak papa kok." jawab Hanin.

"Semangat kerjanya sayang." bisik Bian sambil mengelus lembut kepala Hanin.

Bian pun berlalu meninggalkan Hanin yang wajahnya sudah memerah karena perlakuan Bian. Walaupun Hanin sering mendapatkan perlakuan manis dari Bian tapi tetap saja itu tak membuat Hanin terbiasa.

***

"Nin gak papa kan kalau kita ke kantor mas Adrian dulu?" tanya Ayya.

"Gak papa kak." jawab Hanin.

Mereka kini tengah berada di dalam mobil dengan Ayya yang menyetir. Hanin tak tau hendak kemana calon kakak iparnya ini membawanya.

Menyebutnya calon kakak ipar membuat pipi Hanin merona. Memang setelah Bian melamarnya secara tidak resmi saat itu di pantai dia berjanji akan dengan segera membawa keluarganya ke rumah Hanin. Mengenai tanggal memang mereka belum mengaturnya karena keduanya sama-sama sibuk untuk menyusun jadwal.

Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran khusus direksi Ayya keluar dari mobil diikuti Hanin.

"Kak aku tunggu di lobby aja ya." pinta Hanin.

"Ikut aja Nin ayo!" ajak Ayya.

Hanin tampak sungkan dan Ayya yang menyadari itu melanjutkan ucapannya, "Gak papa ayo, kan bentar lagi direktur utama disini bakalan jadi mertua kamu." ucap Ayya dengan senyum menggoda. Hanin hanya tersenyum malu mendengarnya.

Hanin pun mengikuti Ayya menuju lift khusus para eksekutif. Beberapa orang yang berpapasan dengan mereka menyapa atau mengangguk hormat pada Ayya yang mereka ketahui sebagai putri pemilik perusahaan juga istri wakil dirut.

"Bapak ada di dalam?" tanya Ayya pada sekretaris Adrian yang tengah tersenyum manis pada mereka.

"Ada bu. Mari saya antar." ucapnya hendak berdiri.

"Gak usah. Saya langsung masuk aja, gak ada tamu kan?" tanya Ayya.

"Gak ada bu. Eh ada adik Ibu di dalam." jawabnya.

Hanin mengerutkan kening. Adik? Berarti Bian.

Ayya langsung bergegas menuju ruangan suaminya yang hanya berjarak beberapa langkah dari tempat mereka berdiri. Tanpa mengetuk pintu dia langsung masuk diikuti oleh Hanin di belakangnya.

Kedua pria berbeda generasi di dalam ruangan itu dengan serempak menoleh ke arah pintu yang terbuka.

Hanin hanya memandang Bian dengan penuh tanya. Kenapa dokter itu bisa berada disini?

---

"Nin kamu gak seneng ya ketemu aku?" tanya Bian.

Mereka kini tengah berada di dalam mobil. Hanin hanya diam dari tadi tanpa mengucapkan apapun pada Bian. Dia batal jalan-jalan dengan Ayya karena tiba-tiba Raina putri bungsunya yang tadi pagi ngotot ingin bersama omanya tiba-tiba nelpon dan memaksa Ayya untuk menemaninya.

"Bukan gitu Bi. Kamu kenapa bisa ada di sana?" tanya Hanin mengutarakan pertanyaan yang dari tadi menghiasi pikirannya.

"Oh itu. Kebetulan hari ini jadwal aku kosong dan ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan ke kak Adrian." jawab Bian enteng.

"Kamu kok gak bicara ke aku kalau jadwal kamu hari ini kosong?" tanya Hanin.

"Kan aku tau kamu udah ada janji sama kak Ayya. Aku sebenarnya pengen ngajak kamu jalan-jalan hari ini tapi aku gak ingin buat kamu gak enak kalau harus milih antara jalan sama aku atau kak Ayya." ucap Bian sambil terkekeh.

"Percaya diri banget kamu Bi. Ya aku pasti tetap bakalan milih kak Ayya lah." ucap Hanin sambil tersenyum pongah.

Bian pun hanya menggerutu tak jelas yang membuat Hanin tertawa.

"Sekarang kita kemana Bi?" tanya Hanin.

"Ke rumah kamu terus ke apartement aku gimana?" tanya Bian.

"Mau ngapain?" tanya Hanin.

"Kamu ke rumah bawa baju ganti buat nanti berangkat kerja shift malem. Jadi nanti berangkat ke rumah sakitnya dari apartement aku aja." ucap Bian.

"Aku udah bawa baju ganti kok." ucap Hanin sambil menunjuk paper bag yang kini ada di jok belakang.

"Jadi itu baju ganti?" tanya Bian.

"Iya Bi. Aku niatnya pulang dari kak Ayya mau ke kostan Rere. Kalau shift malem suka males berangkat dari rumah." ucap Hanin.

Bian pun hanya mengangguk anggukan kepalanya.

...

"Apa? Dua minggu lagi?" Hanin menghentikan kegiatannya memotong sayuran sambil menatap Bian yang sedang senyum-senyum gak jelas.

"Kenapa emangnya Nin, terlalu lama? Yaudah besok aja deh aku lamaran ke rumah kamu nya." jawab Bian sambil terkikik geli.

"Bocah sableng!" rutuk Hanin.

"Jadi tadi kamu ka kantor buat diskusiin ini sama kak Adrian?" tanya Hanin dan hanya dijawab anggukan oleh Bian.

"Aku cuma nanya pendapatnya aja sih. Sebenarnya emang udah rencana dua minggu lagi. Kamu gak keberatan kan?" tanya Bian.

"Ya enggak. Cuma aku kan belum bilang apa-apa sama orangtua ku Bi." ucap Hanin sambil melanjutkan kegiatannya memotong sayuran.

"Kan masih ada waktu dua minggu itu. Lebay banget sih Nin." ucap Bian santai.

"Lebay pikiran mu Bi. Semua wanita pastilah kaget kalau kamu tiba-tiba bilang sekeluarga mau datang ke rumah sedangkan aku belum bicara apa-apa sama orang tua ku." Gerutu Hanin.

"Jangan emosi ya Nin ngomongnya biasa aja." ucap Bian sambil terkikik geli dengan kebiasaan Hanin yang kalau ngomong suka nge gas.

"Aku bukannya emosi, cuma ya ... Ahhhh tau cowok gak bakalan ngerti!" ucap Hanin sambil berpindah tempat untuk mencuci sayuran.

"Iya-iya aku paham. Kamu jelasin aja ke orang tua kamu, untuk persiapan nya aku bakalan bantuin jangan kamu capek sendiri. Aku gak mau kamu stress hanya karena nyiapin acara buat lamaran." ucap Bian yang tengah berdiri di samping Hanin dan tersenyum menenangkan.

Hanin hanya menghela napas dan melanjutkan kegiatannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro