Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 28

Happy Reading^^


"Siang Nin." Hanin terlonjak kaget ketika sebuah sapaan mampir di telinganya.

"Apaan sih Bi." ucap Hanin sambil memandang sekitar, bagaimanapun mereka sekarang tengah berada di dalam rumah sakit.

"Aku nyapa lho." ujar Bian sambil mengikuti langkah Hanin yang hendak ke ruangan farmasi.

"Aku mau kerja, ngapain ngikutin?" tanya Hanin sambil meneruskan langkahnya.

"Aku tahu kamu mau kerja." jawab Bian acuh.

Hanin hanya memutar bola matanya malas dan dengan segera mempercepat langkahnya.

"Hanin tunggu!" ucap Bian karena langkah Hanin semakin cepat. Tak peduli dengan Bian Hanin terus saja mempercepat langkahnya.

"Hanin!" panggil Bian cukup keras hingga beberapa orang melirik ke arah mereka.

Sebentar lagi Hanin sampai ke ruangan farmasi sehingga ia tetap mempercepat langkahnya tanpa memperdulikan teriakan Bian.

"Hanin Agatha Putri!" panggil Bian lagi.

"Sayang!"

Hanin terdiam kaku tepat di depan counter farmasi. Ia berbalik dan menatap Bian horor yang berada beberapa langkah di depannya.

"Jadi aku harus panggil sayang supaya kamu berhenti." ucap Bian sambil terkekeh ketika sudah berada di depan Hanin.

Seperti tersadar kembali, Hanin menatap sekitar. Bagus sekali Hanin kau sudah jadi tontonan gratis banyak orang yang sedang mengantri di counter farmasi.

"Kenapa?" tanya Bian ketika Hanin tidak bersuara sama sekali.

"Kamu gila!" ucap Hanin dan berbalik meninggalkan Bian yang hanya melongo mendapatkan respon seperti itu dari Hanin.

---

"Jadi sayang-nya Dokter Bian itu Hanin."

"Tega ya kamu Nin gak ngasih tahu kita."

"Eh Nin kamu jadi pelakor ya?"

"Nin kok bisa sih Dokter Bian suka sama kamu?"

"Bagi resepnya dong Nin biar bisa memikat Dokter tampan seperti Dokter Bian."

"Arghhhhhhh!!!" Hanin mendesah frustasi ketika mengingat semua perkataan teman-temannya tadi siang.

Ia menatap nyalang langit-langit kamar tidurnya. Sudah tengah malam tapi dia tidak bisa tidur juga. Ponselnya ia matikan supaya Bian tidak bisa menghubunginya. Hanin masih kesal dengan pria itu. Gara-gara kelakuannya ia jadi bahan obrolan seantero Balla's Hospital.

Setelah beberapa saat berlalu akhirnya Hanin pun menyalakan kembali ponselnya. Tidak seperti yang Hanin bayangkan ternyata hanya ada satu pesan whatsapp dari Bian yang isinya hanya bisa membuat Hanin melongo tak percaya.

"Hanin" hanya itu isi pesannya.

Setelah Hanin melihat pesan itu tiba-tiba ada panggilan dari Bian. Walaupun malas tapi tetap saja dia mengangkat telpon itu.

"Apa?" tanya Hanin ketus.

"Maaf" jawab Bian.

"Untuk?"

"Ya gara-gala kelakuan aku tadi." jawab Bian.

"Udah tahu salah, masih aja dilakuin." gerutu Hanin.

"Makannya sekarang aku minta maaf." jawab Bian.

"Hmmmm." gumam Hanin.

"Tapi kan dengan begitu orang-orang gak akan salah faham lagi tentang aku dan Carrol dong Nin." ujar Bian.

"Hmmm." Hanin masih setia dengan gumamannya.

"Jangan Hmmm Hmmm mulu dong Nin." ucap Bian

"Terus aku harus ngapain? Ngasih kamu penghargaan karena mengumumkan pada seantero rumah sakit tentang kita?" tanya Hanin sarkas.

"Nah gitu dong ngomong panjang." ucap Bian dengan terkekeh.

"Ish. Nyebelin!" ujar Hanin.

"Kamu lagi ngapain?" tanya Bian

"Basi pertanyaannya." jawab Hanin.

Bian terkekeh dari ujung telpon, berbicara dengan perempuan ini memang membutuhkan sabar yang cukup ekstra.

"Yaudah, istirahat ya Nin besok kamu harus kerja juga kan." ucap Bian.

"Gak bisa tidur gara-gara kelakuan kamu tadi." ucap Hanin masih kesal.

"Jadi masih mau terus kesal ke aku nih?" tanya Bian.

"Tau ah." ucap Hanin.

"Aku sayang sama kamu." ucap Bian tiba-tiba.

Hanin hanya terdiam dirinya bingung harus mengatakan apa.

"Nin." panggil Bian.

"Ya." jawab Hanin

"Kamu baik-baik aja kan?" tanya Bian.

"Maksudnya?" tanya Hanin tak mengerti.

"Takutnya kamu pingsan gara-gara kubilang barusan." ucap Bian.

"Semprul." jawab Hanin.

"Hahahaha, yaudah istirahat ya udah malem."

"Hemm." gumam Hanin.

"Good night." tutup Bian.

"Night." jawab Hanin sambil menutup telponnya.

Seulas senyum menghiasi bibirnya, bagaimana pun walaupun dia kesal tapi perbuatan Bian di rumah sakit tadi sedikit menyenangkannya. Ya setidaknya orang-orang tidak akan salah faham lagi tentang Bian dan Carrol. Ah Hanin dasar wanita plin plan!

***

Hari-hari berjalan seperti biasanya, tidak ada yang banyak berubah. Hanya saja teman-temannya kerap kali menggoda Hanin seperti saat ini.

"Nin Pangeranmu sudah nunggu tuh di depan." ucap Anti

Hanin segera merapikan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang karena memang sudah waktunya untuk dia pulang.

"Duluan ya." pamit Hanin pada teman-temannya.

"Hati-hati, langsung pulang ya jangan mampir ke hotel dulu." ucap Anti dengan cekikikan.

"Edan!" jawab Hanin dan langsung melangkahkan kakinya keluar.

"Hai! Udah lama?" sapa Hanin pada Bian yang tengah tenggelam dengan gadget nya.

"Hei, udah beres? belum lama kok." jawab Bian.

"Yaudah pulang yuk." ajak Hanin.

"Baik tuan putri." ucap Bian sambil beranjak dari duduknya.

"Bi." panggil Hanin di sela-sela langkah mereka.

"Apa?" tanya Bian sambil mengeratkan genggamannya.

"Kamu pasti capek dan harus jemput aku malam-malam gini. Padahal gak usah lho Bi." ucap Hanin.

"Aku capek tapi lihat kamu jadi enggak." ujar Bian sambil terkekeh pelan.

"Bii ..." geram Hanin.

"Iya Nin gak papa juga, aku jemput kamu biar bisa lihat wajah kamu. Ngobrol kaya gini, ngejahilin kamu juga." ucap Bian sambil tertawa.

"Terserah kamu deh." ucap Hanin.

"Hanin sayang, serius deh aku gak capek kok kalau harus jemput kamu kaya gini. Lagian masa iya sih aku biarin kamu pulang malem-malem gini sendirian. Kita kan sama-sama sibuk, jadi kegiatan kecil kaya gini sangat berarti bagi aku Nin." ucap Bian sambil memandang lurus ke arah Hanin.

"Makasih." ucap Hanin.

"Kembali kasih." jawab Bian.

Mereka pun melanjutkan langkahnya menuju parkiran mobil dimana mobil Bian terparkir.

"Besok jadi kan?" tanya Bian setelah menghentikan mobil tepat di depan rumah Hanin.

"Iya Bi. Jam 9 pagi?" tanya Hanin.

"Jam 9 pagi kita berangkat, tapi terserah aku dong datang kesininya." ucap Bian sambil terkekeh.

"Terserah kamu deh. Mau datang jam 6 pagi juga aku gak peduli." ucap Hanin dengan ketus.

"Yaudah masuk ya sana istirahat." ucap Bian.

"Gak mau mampir dulu?" tawar Hanin.

"Kalau ngajak itu lihat-lihat dulu jam apa Nin." ucap Bian dengan sebal.

Hanin terkekeh pelan melihat raut wajah Bian yang kesal.

"Yaudah pulang ya, hati-hati di jalan." ucap Hanin sambil tersenyum.

"Oke aku pulang." jawab Bian.

Hanin pun keluar dari mobil dan segera membuka gerbang rumahnya.

"Sana pergi." ucap Hanin dari balik gerbang rumahnya.

"Iya iya." jawab Bian.

Bian pun melajukan mobilnya. Setelah mobil Bian hilang dari pandangan, Hanin pun masuk ke dalam rumah.




Gais aku punya cerita baru, tapi genrenya spiritual gitu, kira-kira bakal ada yang baca gak ya? Wkwk

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro