Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 23

Hai... Tetap semangat ya, jangan lupa jaga kesehatan^^


Happy Reading><



Bian melangkahkan kakinya memasuki cafe. Setelah selesai dengan pekerjaannya ia langsung bergegas ke cafe milik kakaknya setelah mengetahui bahwa Hanin berada disana.

"Dokter Bian." panggil seorang pelayan.

Bian menghentikan langkahnya yang telah berada di tengah anak tangga.

"Ada apa?" tanya Bian.

Pelayan itu menghampiri Bian dan menyerahkan sebuah gantungan tas.

"Ini milik Dokter Carrol. Tadi dia kesini tapi tidak lama pulang lagi, gantungannya jatuh dan saya panggil-panggil tapi Dokter Carrol tidak mengindahkan saya." ucapnya.

Bian berpikir aneh. Apa Carrol terburu-buru? Apa ada pasien darurat? Tapi barusan Bian lihat di parkiran khusus Dokter tidak ada mobil Carrol.

"Yaudah makasih." ucap Bian pada pelayan itu.

Ceklek...

Bian langsung masuk tanpa mengetuk pintu ruangan Ayya terlebih dahulu. Ketiga perempuan disana menghentikan tawanya sejenak untuk melihat siapa yang datang.

"Biasain ketuk pintu dulu apa." ujar Ayya dengan sewot.

Bian tidak membalas ucapan Ayya dan langsung saja duduk disamping Hanin.

"Aku gak ada energi buat ngeladenin ucapan kakak." ucap Bian sambil menyandarkan punggungnya pada sofa.

Ayya hanya mengdengkus pelan mendengar ucapan Bian.

Hanin memandang sekilas pada Bian dan keluarlah tawa dari mulutnya.

"Kenapa?" tanya Bian bingung.

"Enggak. Hanya tiba-tiba ingin tertawa saja ketika melihat kamu." tutur Hanin.

"Mommy sama kakak gak cerita yang aneh-aneh kan pada Hanin?" selidik Bian.

"Enggak. Kita hanya menceritakan fakta kok. Iya gak Mom?" tanya Ayya pada ibunya sambil menaik turunkan alisnya.

"Iya. Kita berdua orang yang jujur Bian." ucap Ibunya sambil tersenyum miring.

Bian mendengkus pelan mendengar jawaban dari kakak dan ibunya.

"Eh tadi Carrol kesini?" tanya Bian tiba-tiba.

"Carrol? Enggak." jawab Ayya.

"Emangnya kenapa?" tanya Ibunya.

"Nggak papa kok." jawab Bian dan kembali ia memejamkan matanya sambil bersandar pada sofa.

Entah kenapa setiap mendengar nama Carrol rasanya perasaan Hanin menjadi kurang nyaman.

Tapi Hanin selalu menepis pikiran buruknya. Bagaimanapun Carrol adalah teman perempuan Bian yang selain itu juga sebelumnya Carrol telah menjadi temannya.

***

"Serius ih Nin tadi ngomongin apa aja?" tanya Bian di tengah-tengah perjalanan mereka.

"Kepo amat sih Dok." ucap Hanin.

"Masih kesal?" tanya Bian.

"Hmm." Gumam Hanin.

Pasalnya Hanin memang masih kesal dengan Bian yang dengan seenaknya menyuruh Hanin untuk menyimpan motornya kembali ke basement rumah sakit dan memaksanya untuk mengantar pulang.

"Besok kamu shift malam kan? Aku bakal anterin kamu kerja." ucap Bian.

"Hmm." guman Hanin kembali.

"Kamu bakalan kangen lho dianterin sama aku." ujar Bian.

"Hmm." Bian menghela napasnya untuk tidak terpancing karena Hanin hanya membalas semua ucapannya dengan gumaman.

"Aku dapat tugas jadi perwakilan dari urologi untuk menghadiri seminar dan diklat di Semarang." ucapan Bian membuat Hanin dengan segera mengalihkan pandangannya untuk menatap pria itu.

"Kapan?" tanya Hanin.

Bian tersenyum. Sepertinya ucapannya barusan berhasil membuat Hanin tertarik.

"Dua hari lagi." jawab Bian.

"Berapa lama?" tanya Hanin.

"Satu minggu." jawab Bian.

"Oh."

Ucapan Hanin membuat Bian tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Oh? Wanita itu menjawab hanya dengan oh? Padahal ketika Bian mendapatkan surat tugas itu dirinya setengah frustasi membayangkan tidak akan bertemu dengan wanita ini selama satu minggu.

Bian menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Hanin. Hanin segera melepaskan seatbelt nya dan hendak keluar dari mobil.

"Nin." Panggilan dari Bian menghentikan Hanin yang hendak membuka pintu mobil.

"Maaf." ucap Bian. Menurut sebagian orang ketika wanita sedang kesal maka ucapkanlah kata-kata ajaib yaitu 'maaf'.

"Untuk?" tanya Hanin sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Emm ... untuk," Bian berpikir sejenak. Loh dalam artikel yang dibacanya tidak ada pertanyaan seperti ini dari sang perempuannya.

"Pokoknya aku minta maaf atas segala kesalahan aku yang bikin kamu kesal." ujar Bian pada akhirnya.

"Jangan minta maaf kalau kamu sendiri gak tahu kesalahan kamu apa." ujar Hanin.

"Yaudah hati-hati di jalan. Besok jangan lupa jam 8 malam harus udah ada disini." lanjut Hanin sambil membukakan pintu mobil dan turun ke luar.

"Baik Nyonya." ucap Bian.

"Hanin." ucapan Bian kembali menghentikan Hanin yang akan menutup pintu mobil.

"I love you." Kata-kata Bian membuat Hanin tercenung barang sejenak.

"Me too." ucap Hanin dan segera saja ia menutup pintu mobil dan bergegas memasuki rumahnya.

Bian cukup kaget akan balasan Hanin. Karena baru kali ini wanita itu membalas ucapannya. Ia terkekeh ketika melihat Hanin dengan tergesa memasuki rumahnya.

***

Dua hari kemudian...

dr. Nyinyir : Aku berangkat sekarang. Sampai jumpa satu minggu lagi beb:*

Hanin ingin tertawa melihat isi pesan dari Bian. Bian memang terkadang se-alay itu.

Me : Hati-hati dan jangan lupa jaga hati.

dr. Nyinyir : Cie yang takut aku ngelirik perempuan lain.

Me : laki-laki lain juga banyak kok yang bisa saya lirik:v

dr. Nyinyir : Hanin!!!

Me : Udah sana berangkat. Semangat sayang:*

Hanin terkikik geli melihat pesan yang ia kirimkan.

dr. Nyinyir : Anak baik... bye beb.

Hanin memasukan ponselnya ke saku dan melangkahkan kakinya menuju ruangan farmasi. Hari ini memang dia kebagian shift pagi.

"Pagi." sapa Hanin pada rekan-rekannya.

"Pagi." jawab mereka.

"Kok masih disini Re?" tanya Hanin pada Rere yang tengah duduk di salah satu kursi sambil memainkan ponselnya.

"Tanggung lagi download." jawab Rere sekenanya. Hanin hanya terkikik geli. Wajar sih di akhir bulan kuota memang hampir sekarat.

"Gue sedih Nin." ucap Rere yang ternyata mengikuti Hanin menuju loker.

"Kenapa?" tanya Hanin.

"Para Dokter glow up gak ada di rumah sakit. Mereka mengikuti diklat di Semarang." ujar Rere.

"Lalu?" tanya Hanin.

"Berarti vitamin see gue hilang dong." ucap Rere dengan nada sedih.

"Lebay lo. Minum aja tuh semua vitamin buat satu minggu." ucap Hanin sambil tertawa.

"Jahat lo." kata Rere sambil membuka lokernya hendak membawa barang-barangnya. Rere memang telah selesai shift malam.

Tiba-tiba Hanin terpikirkan sesuatu, apakah Dokter Carrol juga ikut?

"Re." panggil Hanin.

"Apaan?" tanya Rere sambil mengambil cermin di dalam loker untuk membernarkan sedikit rambutnya yang cukup berantakan.

"Dokter Carrol juga ikut?" tanya Hanin.

"Iyalah. Dia perwakilan dari obgyn." jawab Rere.

Entah mengapa sekarang perasaan Hanin sedikit gelisah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro