Chapter 10
Holla Gais!!!
Astagaaa terlalu lama aku menghilang dari dunia perwattpadan ini. wkwkwk
Apa kabarnya? Semoga kalian semua dalam keadaan sehat dan berbahagia:)
Btw setelah sekian purnama aku ganti judul ya, hehe^_^
Happy Reading
Dua hari telah berlalu dari kejadian dimana Hanin harus merasakan ketika jarum infus berteger di tangannya.
Hanin menatap langit-langit kamarnya, ia tersenyum ketika mengingat betapa lebaynya dirinya ketika Bian akan melepaskan infusan tersebut.
Pipi Hanin menghangat ketika membayangkan bagaimana dia memeluk Bian saat itu. Hanin beruntung karena Bian sama sekali tidak membahas hal itu.
Hanin membuka instagram nya untuk meghilangkan sesaat kebosanannya malam ini.
Postingan pertama yang Hanin lihat adalah postingan dari selebriti terkenal yang sedang memamerkan liburannya di luar negeri.
Beralih pada postingan kedua ternyata berasar dari kak Ayya.
@shaquellanaraya
Throwback 15 years ago @adrianfavian
Hanin tersenyum melihat postingan Ayya. Mereka berdua selalu romantis walaupun telah memiliki dua anak. Hanin jadi penasaran bagaimana ya sosok orang tua Bian? Walaupun Hanin tahu seperti apa rupa keduanya tapi Hanin tidak tahu bagaimana kehidupan mereka.
Hanin kembali menscrool ke bawah. Dan ia berhenti pada satu postingan Dokter Carrol.
@carrolinehilya.jordi
Dia bagai sosok malaikat namun tak bersayap. Kehadirannya melengkapi setengah dari cerita hidupku. Sosok pria selain papih yang membuat aku nyaman berada di sampingnya,pria yang paling mengerti dengan segala kekuranganku. @fabiankhairy.balla terima kasih untuk selalu ada di sampingku dan melewati masa-masa sulit bersamakuJ
Ada ribuan likes dan komentar memenuhi postingan Dokter Carrol. Mereka berdua selain terkenal di rumah sakit juga terkenal di instagram. Jaman sekarang orang-orang begitu senang bukan dengan sosok yang cantik, kaya, dan juga mempunyai profesi tertentu.
Entah kenapa ada perasaan tak suka melihat postingan Dokter Carrol. Perasaan menelusup yang Hanin pun tak ketahui apa itu. Hanin segera menepis semuanya. Kenapa Hanin seperti ini? Bukannya dulu Hanin begitu mendukung keduanya?
***
Bian menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang. Pikirannya berkelana membayangkan kejadian demi kejadian yang telah dialaminya.
Hanin.
Entah kenapa akhir-akhir ini nama itu sering sekali terlintas dalam pikirannya. Bahkan dua hari belakangan Bian selalu menyempatkan diri untuk sekadar berjalan melewati ruangan farmasi, walaupun Bian tahu bahwa Hanin dua hari ini tidak masuk karena harus beristirahat dahulu. Kebiasaan baru yang tidak Bian sadari sangat senang ia lakukan.
Bian membayangkan. Apakah Hanin cantik? Tentu saja mata bulatnya membuat siapapun akan tertarik padanya. Tubuh mungilnya akan membuat orang-orang ingin melindunginya. Senyum manisnya akan membuat siapapun luluh karenanya.
Hanya satu kekurangannya. Mulutnya!
Bian tersenyum ketika membayangkan betapa kurang ajarnya mulut Hanin. Wanita itu satu-satunya perempuan yang dapat mengimbangi pembicaraannya.
Bian mendapat satu notifikasi dari instagram. Rupanya Carrol menandainya dalam sebuah kiriman.
Bian membaca baris demi baris kata yang Carrol tuliskan.
Ia tersenyum membayangkan apa yang telah mereka lalui bersama selama 15 tahun terakhir ini. Carrol sosok wanita lembut dengan hati yang rapuh.
Ia putri satu-satunya di keluarganya. Seorang putri yang bahkan tidak pernah dibentak sama sekali oleh orang tuanya, tidak pernah diijinkan untuk menyentuh peralatan dapur oleh Ibunya.
Bian terkekeh geli ketika mengingat pertama kali berkenalan dengan Carrol. Ia menemukan wanita itu sedang menangis di taman belakang SMA. Bian menanyakan kenapa ia menangis, dan ternyata itu hanya karena kakak seniornya membentaknya. Saat itu mereka tengah menjalani masa MOPD di SMA.
Sejak saat itu mereka menjadi dekat. Terlebih ayahnya Carrol sering bekerja sama dalam bisnis dengan ayahnya Bian.
Tapi dibalik sifat rapuhnya, Carrol memiliki semangat yang tinggi untuk mencapai keinginannya, tak jarang ia memberikan motivasi-motivasi pada Bian supaya bangkit kembali ketika mereka dalam keadaan terpuruk.
Bian tiba-tiba teringat sesuatu. Ia pun langsung men dial nomor Hanin.
"Hallo." ucap Hanin dari seberang sana ketika telepon telah tersambung.
"Kamu belum tidur kan Nin?" tanya Bian.
"Ini Dokter Bian?" tanya Hanin. Hanin memang belum mengetahui nomor Bian. Dan ini merupakan kali pertama mereka berkomunikasi lewat telepon.
"Iya ini saya. Kamu besok ada rencana mau pergi gak?" tanya Bian.
"Enggak Dok, emang kenapa?" tanya Hanin.
"Saya mau ngajak kamu jalan-jalan. Bukan ke tempat yang jauh kok. Taman kota sepertinya cukup baik supaya kamu juga bisa memulihkan kesehatan." tawar Bian.
Tak ada jawaban dari Hanin. Ia tengah berpikir apakah sebaiknya ia mengiyakan atau menolak saja? Hanin sendiri juga bingung kenapa akhir-akhir ini mereka sering bersama.
"Iya Dok. Jam berapa?" ucap Hanin akhirnya mengiyakan.
"Pukul 10 ya. Besok saya jemput kamu." ucap Bian.
"Oke Dok." jawab Hanin.
Telepon mereka pun terputus.
***
Sementara itu Carrol tengah membaca ribuan komentar yang masuk ke dalam postingan instagramnya. Rata-rata dari mereka memberikan pujian dan juga sebagian mereka menyatakan ke iriannya terhadap Carrol dan Bian.
Carrol terkekeh ketika membaca sebuah komentar yang memaksa mereka untuk segera menikah.
Mereka pasti berpikiran bahwa dirinya dan Bian ada hubungan khusus. Padahal kenyataannya mereka hanya sebatas sahabat.
Persahabatan yang telah terjalin selama kurang lebih 15 tahun. Mereka juga sering terjadi cekcok karena mulut Bian yang nyablak dan nyinyirnya minta ampun. Tapi tak lama dari itu pasti Bian sendiri yang mengalah dan meminta maaf pada Carrol.
Selalu saja seperti itu, Bian selalu mengatasi segala hal yang akan berimbas pada persahabatan mereka.
Akhir-akhir ini Carrol merasa terganggu karena Bian selalu menceritakan bagaimana menyebalkannya Hanin. Sebelumnya mereka tidak pernah membicarakan siapapun dalam obrolan mereka.
Carrol merasa bahwa Bian sudah tertarik pada Hanin. Dengan sering membicarakannya, bukannya itu artinya ia memang tertarik?
Hanin memang gadis yang baik, ia pandai berbicara dan dapat membaca situasi dengan baik. Carrol tahu jika dirinya adalah gadis yang dapat menahan segala sesuatu untuk dibicarakan, berbeda dengan Hanin yang akan mengatakan segala sesuatu yang bersarang di pikirannya.
Mungkin saja bukan Bian lebih tertarik dengan gadis yang mempunyai kesamaan dalam hal berbicara seperti dirinya?
Carrol menelungkupkan kepalanya pada bantal. Andai saja Bian lebih peka dengan perasaannya. Carrol sudah cukup lama memendam perasaannya pada Bian. Berawal dari rasa kagumnya kemudian berubah menjadi nyaman, dan Carrol merasa sekarang dia telah benar-benar jatuh cinta pada Bian.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro