[Page 16] She is Crazy
Tak terasa seminggu telah terlewati. Hari-hari dinas praktek berjalan lancar meski dengan masalah tak berarti.
Tepat hari ini, Linggaku sudah mulai berada di Bandung. Berada di kesatuan barunya untuk menjalani peran pentingnya sebagai perwira muda. Meski belum sempat bertemu kembali, namun hatiku penuh euforia. Setidaknya jarakku sudah cukup dekat sekarang. Dan kemungkinan komunikasi kami bisa lebih dari biasanya.
Lalu mengenai gadis bernama Davika itu, aku rasa Lingga sudah memperingatkannya. Buktinya sejak saat itu hingga hari ini ia tak lagi muncul di hadapanku dan menggangu hubungan kami. Yah ... Aku berharap ia tak akan kembali.
💦💦💦
Kegiatan dinas praktek akhirnya telah usai. Setelah tiga pekan berjuang bersama mencari target pasien. Kini kami kembali ke bangku kuliah.
Kembali bertemu dengan dosen dan mendengarkan teori yang kerap kali membuat kantuk tak terkendali.
Siang itu nomor yang tak kukenal mengirimkan pesan padaku. Pesan tersebut berisi sebuah peringatan agar aku segera meninggalkan Lingga.
Hatiku mencelus saat membacanya.
Aku yakin bahwa ini adalah ulah Davika. Apa-apaan perempuan itu! Kenapa dia muncul kembali?
Aku mencolek lengan Marrish yang duduk di sebelahku dan menunjukkan isi pesan tersebut padanya.
'Berhentilah mendekati Lingga sekarang atau aku akan membuatnya menderita! Ini adalah peringatan terakhirku'
Mata Marrish membulat seketika. Aku tahu ia ingin sekali memaki, namun ia sadar kini dosen tengah memberi materi di depan sana. "Dari mana dia tahu nomer lu?" bisik Marrish. Aku menggedikan bahu.
"Gila banget tu perempuan! Beneran kayak Dajjal!" tukasnya dengan wajah kesal.
Aku terdiam dengan perasaan gelisah. Apa benar ia akan melakukan hal tersebut? Membuat Lingga menderita? Dengan cara apa? Bagaimana? Segila itukah dia?
Segala macam pemikiran dan pertanyaan memenuhi kepalaku, hingga aku sama sekali tak fokus pada materi di depan sana. Yang kupikirkan hanyalah Lingga dan Lingga.
💦💦💦
Di jam istirahat siang. Aku sama sekali tak nafsu makan. Masih karena pesan dari Davika itulah penyebabnya. Tere dan Yanne yang sudah membaca pesan tersebut ikut tersulut emosi.
"Nona satu itu kenapa ko? Ada masalah apa sama otaknya?" Yanne tak habis pikir.
"Psycho tu orang!" sambung Tere sambil menyeruput kopi hitamnya.
Aku hanya mampu terdiam, sedangkan Marrish tengah menghubungi seseorang. Tak lama ia heboh sendiri karena panggilannya diangkat.
"Kak Vino! Sibuk gak, Sayang? Ada yang mau aku tanyain! Penting!" ucap Marrish membuat mata kami bertiga mengarah padanya.
Di detik berikutnya, Marrish tampak menceritakan semua ulah Davika. Vino pun sempat terkejut mendengarnya dan ada nada khawatir tersirat dalam kata-katanya saat Marrish me-load speaker pembicaraan mereka.
"Duh ... dia mulai lagi? Aku harap sih itu cuma ancaman aja tapi kalau benar, bisa aku pastikan Lingga gak akan bisa berbuat apa-apa."
Aku menatap Marrish dengan mata bergetar.
"Kenapa? Kok kamu bisa seyakin itu, Yank?"
"Yank ... Davika itu punya power sedangkan Lingga gak!"
Kami saling lempar tatap tak mengerti. "Power apa maksudnya?" Aku minta penjelasan.
"Papanya Davika itu punya jabatan tinggi di kesatuan. Gampang untuk Davika buat Lingga sengsara. Kalau Davika minta Papanya untuk pindahin dan bikin kacau hidup Lingga pun bisa!" jelas Vino membuatku terkejut hingga kurasakan jantungku seakan sempat berhenti berdetak.
Marrish dan yang lainnya pun sama terkejutnya. Mereka tak mengira bahwa gadis itu memiliki kekuasaan besar seperti ini.
"Kalian benar-benar dapat masalah besar! Benar-benar bangke tu perempuan!" celetuk Tere sambil meremat gelas plastik bekas kopinya tadi.
Yanne menatapku iba. Ia pasti tahu bagaimana perasaanku saat ini, hingga ia mengusap bahuku dengan lembut, mencoba memberikan ketenangan.
"Rish, Bapak ko gak bisa bantu Latte kah?" tanya Yanne kemudian.
Marrish membelalak. "Bokap gue aja pangkatnya di bawah bokapnya tu perempuan! Gimana mau bantunya?"
Marrish melirikku dengan tatapan iba, lalu mulai mengusap kepalaku lembut. Aku tahu Marrish tengah merasa tak enak hati padaku tapi aku tak mempermasalahkan itu.
💦💦💦
Kusampaikan isi pesan tersebut pada Lingga saat malam harinya kami berbincang. Dan entah kenapa Lingga terlihat begitu tenang.
"Aku harus gimana, Mas?" tanyaku bingung dan hampir menangis.
"Gak harus gimana-gimana, cukup bertahan di sisi Mas."
Aku terdiam sejenak. Apa hanya itu yang harus aku lakukan? Apa aku bisa mempertahankan semua ini nantinya? Hatiku dipenuhi gejolak rasa. Ingin menangis rasanya mengetahui bahwa aku bukan siapa-siapa.
"Jangan dipikirin, Sayang. Itu biar Mas yang selesaikan. Kamu cukup bertahan di sisi Mas aja udah cukup kok," ucap Lingga seakan menenangkanku.
"Tapi kalau benar yang dibilang Kak Vino gimana?"
"Biar aja, kalau mau dipindahkan ya pindah saja! Toh Mas akan tetap memilih kamu!"
Seketika aku bungkam. Hatiku menghangat dengan butiran kristal turun membasahi pipiku. Isak tangisku perlahan menguar, membuat Lingga terkejut.
"Jangan nangis, Dek. Kenapa harus nangis. Semua akan baik-baik aja. Percaya sama Mas. Kita punya Allah yang senantiasa bantu kita, Dek. Allah tau niat baik kita, jadi jangan khawatir. Jalani saja ya," tuturnya penuh ketenangan dan kelembutannya.
Beruntungnya aku dipertemukan dengan laki-laki sebaik ini. Semoga kelak aku bisa menjaganya hingga akhir nanti.
💦💦💦
Setelah melupakan masalah mengenai Davika, Lingga mengatakan bahwa ia belum bisa mengunjungiku ke Jakarta. Kegiatan awal di tempat baru terbilang cukup padat.
Aku pun menyampaikan rasa tak keberatanku atas hal itu. Dan aku berpikir, mungkin sebaiknya sesekali aku yang mengunjunginya.
"Akhir minggu ini aku yang ke sana aja gimana? Kebetulan Jumat sampai minggu kuliah libur karena ada kegiatan sosial. Mas ada waktu?" tawarku yang kemudian disambut baik oleh Lingga.
"Ya udah nanti Mas jemput ya?"
"Iya."
Aku tersenyum bahagia. Tiap kali bersamanya masalah apapun yang datang pada kami selalu teratasi. Meski ia tak berada di sampingku, ia adalah laki-laki yang mampu aku andalkan.
💦💦💦
Bagiku kamu bukan hanya sekedar nama, tapi kamu adalah jiwa yang memenuhi seluruh desir dalam nadiku.
- Latte -
💦💦💦
Selamat menjalankan ibadah puasa hari ke-2 teman-teman
☺️☺️
- 25 April 2020 -
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro