[Page 11] Caramu Mencintaiku
Hola 🤗 chingudel
Karena hari ini hari spesial jadi aku memutuskan untuk update hari ini
😁😁😁
Happy reading chingudel
Jangan lupa untuk voment ya
Love you
Keep healthy
😉
💦💦💦
Hari itu aku baru saja keluar dari rumah untuk berangkat menuju tempat dinas praktek. Langkah kakiku tiba-tiba saja terhenti karena suara seseorang menyebut namaku dengan akrab.
Aku pun segera menoleh ke sumber suara dan betapa terkejutnya aku saat mendapati laki-laki bertubuh tinggi dengan senyum menawan di atas motor maticnya itu.
"Ya ampun, Hugo!" seruku heboh sendiri saat mendapati teman lamaku itu.
"Kok kamu ada di sini? Pindah lagi ke sini?" tanyaku sambil meraih tangannya yang sejak tadi terulur ke arahku.
"Gak kok ... Aku lagi main ke tempat Kakakku aja!" sahut laki-laki yang lebih tua dua tahun dariku itu sambil tersenyum manis.
"Oh iya ... Kakakmu, kan tetanggaku ya hahaha ... lupa aku!" cetusku bak orang bodoh.
Laki-laki berkulit putih itu pun hanya terkekeh dan geleng-geleng kepala melihat tingkahku.
"Mau ke mana, Kamu?"
"Dinas praktek!"
"Di mana?"
"Ciputat!"
Ia membulatkan mata sipitnya. "Serius? Di mananya? Ayolah aku anter, searah kok kita!" ucapnya membuatku bersorak gembira.
"Ya ampun rejeki anak soleh, ada yang anter juga akhirnya."
Hugo tertawa renyah seraya memberikan helm padaku. Tak lama kemudian motornya pun melaju dengan kecepatan sedang membelah padatnya kota Jakarta.
💦💦💦
Selama perjalanan, obrolan kami tak jauh dari kegiatan yang kami lakukan saat ini dan sedikit membahas masa lalu kami. Aku dan Hugo dahulu memang sempat dekat, namun hal itu tak sampai membuat kami menjalin hubungan. Itu karena saat itu aku tak bisa menjalani hubungan jarak jauh sedangkan Hugo sendiri tugas di luar kota.
Setelah itu kami pun tak pernah bertemu dan berkomunikasi hingga saat ini.
"Jadi sekarang pacarmu orang Jogja?" tanya Hugo memastikan. Aku pun mengiyakan.
"Kuat LDR?" godanya dengan wajah meledek dari kaca spion.
"Kuatlah! Jangan berniat jadi orang ketiga deh!" seruku membuatnya tertawa keras.
"Siapa tau ada celah!" balasnya yang langsung kuanugrahi pukulan di bahunya.
💦💦💦
Setelah pertemuanku dengan Hugo hari itu. Kami pun saling bertukar nomor telepon. Komunikasi kami pun kembali terbangun tapi tentu aku hanya menganggapnya sebatas teman.
Selama aku dinas praktek di daerah Ciputat, beberapa kali Hugo menawarkan diri untuk mengantarku pulang. Kebetulan kantor dan tempat tinggalnya tak jauh dengan tempatku dinas jadi aku pun menyetujuinya. Hitung-hitung irit ongkos pikirku.
Sudah lebih dari sepekan komunikasi antara aku dan Hugo berlangsung baik. Ia masih tetap menawarkan dirinya untuk menjemput bahkan mengantarku pulang meski aku sudah menolaknya.
Terkadang aku merasa apakah tak apa kembali dekat dengannya? Namun terkadang aku pun menjawab sendiri pertanyaan itu dengan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Aku menganggap semua ini hanyalah pertemanan biasa. Toh aku memang tak lagi memiliki perasaan apa pun pada Hugo.
Kedekatanku dengannya pun berlanjut, meski kini aku telah selesai dinas praktek di daerah Ciputat dan berpindah ke tempat praktek lainnya. Hugo tetap menawarkan diri untuk mengantarku pulang.
Tak hanya itu kadang ia mengajakku makan bersama dan nonton film untuk mengurangi kejenuhan dan stress selama menjalani tugas.
Masih dalam hal yang wajar menurutku. Lagi pula aku merasa kehadiran Hugo cukup membuat moodku baik, karena aku tak harus selalu menantikan telepon dari Lingga yang jauh di sana.
💦💦💦
Malam itu, setelah aku pergi makan malam dengan Hugo seusai pulang dinas, Lingga meneleponku lebih awal. Tumben sekali pikirku setelah hampir dua pekan ia selalu menghubungiku di atas pukul sebelas malam, namun malam ini ia menghubungiku pukul tujuh malam.
Dengan penuh semangat dan senyum merekah, aku segera menerima panggilan darinya.
"Assalamualaikum," sapaku sumringah.
"Walaikumsalam ... lagi apa, Dek?"
"Ng, baru pulang dinas, Mas. Kok tumben hari ini bisa telepon aku jam segini? Lagi gak terlalu sibuk ya?" tanyaku santai.
Lingga tak segera menjawab, ia diam sesaat membuatku sedikit bingung.
"Mas," panggilku memastikan dia masih berada dalam jangkauanku.
"Ya ... Mas di sini."
"Kok gak jawab aku?"
"Ini baru mau jawab, Sayang ...," sahutnya lembut membuatku tersenyum malu atas panggilan sayangnya itu.
"Mas hari ini lagi gak terlalu sibuk kok makanya bisa telepon kamu lebih awal. Lagi pula Mas kangen kamu, mau dengar suaramu."
Lagi-lagi ucapannya membuatku kepayang. Aku masih senyum-senyum sendiri saat ia kembali memanggil namaku dengan suaranya yang lembut.
"Boleh Mas tanya sesuatu sama kamu, Dek?" Suaranya terdengar serius kali ini.
"Boleh, mau tanya apa?"
"Jangan marah dan jawab pertanyaan Mas dengan jujur ya."
Aku mengubah posisi dudukku. Tiba-tiba saja tubuhku menegang seketika. Apa yang ingin ia tanyakan? Perihal apa? Mengapa serius seperti ini? Itulah pertanyaan yang muncul bertubi-tubi di kepalaku.
"Mas hanya mau memastikan aja kok, kalau pun benar ... gak masalah untuk Mas."
Lanjutnya membuatku berdebar. "Ada apa sih? Mau tanya apa? Kok aku jadi takut ya?" balasku yang disusul kekehan darinya.
"Kenapa tegang gitu sih, Mas gak akan tanya yang macam-macam kok, Dek ...."
"Ya udah mau tanya apa?" sergahku cepat.
Tak lama kudengar ia menghela napas dalam, seakan mempersiapkan dirinya untuk mengutarakan sesuatu padaku.
"Apa belakangan ini kamu jalan sama teman lamamu, Dek?"
Deg
Jantungku seakan berhenti berdetak. Aku tahu siapa yang jadi topik percakapan kami sekarang. Ia pasti telah mengetahui bahwa beberapa minggu ini aku kerap kali pergi bersama dengan Hugo, tapi ... tahu dari mana ia tentang semua itu?
Marrishkah? Tak mungkin! Aku bahkan belum sempat bertemu lagi dengan Marrish hingga saat ini karena jadwal dinas dan tempat dinas praktek kami berbeda. Jadi dari mana ia mengetahuinya?
Pikiranku melayang tak tentu arah, hingga suara Lingga membawaku kembali berfokus padanya.
"Dek ...."
Aku menarik napas panjang dalam-dalam. Bingung apa yang harus aku katakan.
"Iya ... aku belakangan ini memang pergi sama teman lamaku, Mas." Pada akhirnya aku mengaku. Dan terdengar desahan tawa dari sebrang sana.
"Maaf, Mas. Tapi dia cuma teman kok! Aku gak ada apa-apa sama dia! Sungguh!!" cetusku mencoba menjelaskan.
Lingga kembali tertawa kecil.
"Iya ... Mas percaya kok. Mas hanya tanya kok, gak bermaksud nuduh kamu atau berfikiran gak baik ke kamu, Sayang ...."
Ucapannya membuatku tak enak hati. Aku benar-benar merasa bersalah saat ini.
"Mas tau dari mana tentang itu?" tanyaku penasaran.
"Feeling aja. Mas merasa akhir-akhir ini sikapmu beda ke Mas. Kamu jarang teror Mas dengan SMS minta di telepon dan bilang kangen. Tiap kali Mas SMS jawabanmu gak seantusias biasanya, cuma singkat aja jawabnya. Awalnya Mas gak mengira kalau kamu pergi sama laki-laki lho, Dek. Tapi ternyata ... dia laki-laki ya ...."
Penjelasannya membuatku sempat tercekat. Kupikir dia mengetahui kedekatanku dengan Hugo dari seseorang tapi ternyata dari feelingnya saja.
"Mas gak masalah kok kalau kamu mau pergi dengan teman-temanmu. Baik laki-laki atau perempuan Mas gak akan larang, tapi coba komunikasikan itu dengan Mas, Dek. Supaya Mas tahu dan gak berfikir yang gak-gak ke kamu."
Lingga mulai mengutarakan isi hatinya yang tentu membuat hatiku bertambah merasa bersalah. "Iya ... maafin aku," ucapku lirih.
"Jangan minta maaf, kamu gak salah. Mas yang salah karena gak pernah punya waktu untukmu. Wajar kamu pergi bersenang-senang dengan temanmu karena Mas sendiri di sini gak bisa menyenangkanmu. Maafin Mas ya, Dek. Mas belum jadi orang yang bisa kamu andalkan saat ini. Mas sadar kalau Mas jauh darimu dan hanya membuatmu sedih dan terus menunggu. Tapi bolehkan Mas tahu dengan siapa aja kamu pergi di sana? Setidaknya itu akan membuat Mas lebih tenang. Mas gak akan melarangmu untuk pergi, sungguh!" jelasnya panjang lebar.
Dan setelah ia mengakhiri ucapannya tangisku tak terkendali. Aku tak bisa lagi menahan butiran kristal yang sejak tadi merembas turun membasahi pipi. Rasa bersalahku kini telah menguasai diri. Bagaimana bisa aku berpaling darinya beberapa hari lalu? Mengapa aku tak bersyukur telah mendapatkan laki-laki sebaik ini?
Aku makin tergugu begitu menyadari kesalahanku. Sejak saat itu aku pun berjanji tak akan lagi menghubungi Hugo. Akan kujaga hati laki-laki ini agar tak kecewa.
"Maafin aku, Mas ...," ucapku di sela tangis.
"Kenapa nangis? Kan tadi mas bilang, kamu gak salah, Sayang. Udah jangan nangis, nanti cantiknya ilang lho."
"Aku emang dari dulu udah gak cantik kok!" sahutku membuat Lingga tertawa.
"Siapa bilang? Lattenya Lingga paling cantik kok! Jangan nangis lagi ya, Dek Latte kesayangannya Mas Lingga ...," rayunya setengah menggoda membuatku mendengus kesal sekaligus senang.
💦💦💦
Terima kasih sudah mencintaiku sebesar ini. Terima kasih pula sudah mengajarkanku bagaimana harus mencintaimu dengan benar
-Lattenia Renjana-
💦💦💦
🎉0408🎉
Happy 8th Anniversary untuk para adik laki-lakiku. Terima kasih sudah memberikan semangat dengan karya kalian.
Adakah di sini yang juga EXO-L ?
🤭🤭🤭🤭
Hari ini hari spesial untuk EXO
Hari spesial juga untuk author yang awalnya jatuh cinta sama boygrup Jepang Kanjani8 lalu beralih boygrup Korea EXO
😁😁😁
- 8 April 2020 -
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro