Chapter 4 : Haori Belang
Siang itu, matahari tengah bersinar cemerlang, cahaya berwarna kuning keemasannya menerangi seluruh kota dengan gagahnya.
" (y/n) chan!!!! Bangun lah kebo! Ini sudah siang." Sedari pagi Aoi terus berteriak-teriak untuk membangunkan mu yang tidur pulas seperti putri tidur yang meminum obat bius.
Digesernya Fusuma kamarmu dengan kasar,
"(y/n) chan! Bangu-"
"Selamat siang Aoi chan." Balasmu, seraya memberikan senyuman manis mu padanya.
"(y/n) chan kau?" Aoi terbelalak setelah melihatmu.
"Kenapa?" Tanya mu pura-pura buta.
Ia segera berlari ke arahmu dan memelukmu dengan erat. Badannya hanya setinggi dada mu tidak lebih.
Ya.. kali ini kamu berhasil berdiri tanpa bantuannya.
Tak lama, terdengar isakan tangis yang ditahan oleh Aoi.
"Heii jangan menangis anak cengeng!" Tanganmu bergerak mengelus rambutnya dengan lembut.
"Hiks.. apa yang kau lakukan ha?!" Sentaknya dengan nada serak.
"Berdiri lah."
"Bodo"
Siang itu, Aoi mengajakmu berjalan jalan keluar kamar, menuju lorong untuk menyapa para penghuni rumah. Mereka terlihat antusias dan sangat gembira saat melihat mu.
Kamu sudah mampu mengendalikan kaki mu dengan baik, walaupun sedikit sulit, namun itu adalah hari pertamamu berjalan dengan sempurna dalam beberapa minggu terakhir.
Disaat tengah bercanda gurau dengan para penghuni rumah,
"Ara ara.. aku dengar ribut-ribut dari tadi ternyata (y/n) chan kita telah kembali!" Perempuan bernama Shinobu Kochou itu datang dari balik pintu dengan senyuman khasnya. Paras menawannya semakin elok setelah lama tak berjumpa dengan mu.
"Shinobu san! Berkumpullah bersama kami!" Sapa mu dengan ramah disertai senyuman yang tak kalah menawan dari Shinobu.
Shinobu san ternyata sangat baik dan menyenangkan. Ia menyuruhmu mengenakan beberapa model pakaian dan mengotak atik rambut mu dengan jepit kupu-kupu miliknya. Selesai mendandani mu, mereka segera memintamu untuk bergaya layaknya seorang model peraga busana di atas karpet merah.
Memang pantas. Tubuhmu elok dan tinggi dengan wajah yang amat manis dan dagu yang ramping, ditambah manik-manik (e/c) mu terlihat lembut yang berpadu cocok dengan surai (H/c) mu.
"COCOKKK!!!"
Sekali kamu mencoba sebuah baju, mereka akan serempak meneriaki mu dengan bangganya.
Waktu berjalan dengan cepat tanpa diduga. Matahari mulai tenggelam. Semburat warna jingganya bersinar lembut. Awan-awan putih yang membiaskan cahayanya, membuat betah mata kalian memandang. Hari itu cukup sampai disitu. Kalian segera kembali ke kamar kalian masing-masing untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk makan malam.
[◆️◆️]
Drep drep drep
Seorang pria dengan haori belang berlari sambil memegangi gagang nichirin dipinggangnya, bersiap karena telah melihat sasarannya.
Dengan sigap dan cepat ia segera melompat dari dahan ke dahan lantas membuat tubuhnya melayang di udara. Ia mulai menarik ninchirinnya dan membiarkan tubuhnya meluncur ke bawah dengan cepat.
"Mizu no kokyu: Ichi no kata : Minamo Giri"
( Pernapasan air Jurus pertama: Tebasan permukaan air)
"BERHENTI MENGEJARKU AKU TIDAK MEMAKANNYA!!"
CRAATTS!!
"AAAKKKHHH" Teriakannya melengking di udara mengisi kesunyian malam.
Sang lelaki tadi berhasil memenggal kepalanya tanpa ragu. Kepala yang menggelinding itu perlahan-lahan menjadi abu dan hilang dimakan udara.
Dia segera memasukkan kembali ninchirinnya lantas berbalik pergi tanpa sepatah kata apapun. Cahaya rembulan redup-redup menyinari lembut wajahnya.
Mata biru samudranya menatap kosong lurus ke depan disertai surai hitam legam terkuncir kebelakang memperlihatkan dagunya yang ramping.
KWAKK KWAAKK KWAAKKK
Seekor burung gagak terbang berputar-putar dilangit malam.
"Berita... Beritaa.. segeralah kembali.. kwakk pergilah ke rumah Shinobu Kochou.. kwakk kwaakk"
Burung gagak itu telah terlatih. Ia bahkan mampu berbicara layaknya manusia. Namun, keberadaannya bukan sebagai binatang peliharaan. Melainkan sebagai burung penghantar surat dan pembawa berita.
"Shinobu?" Nada pria itu terdengar datar dan dingin. Seperti tidak ada minat untuk menjawabnya.
"Kwakkk Shinobu Kochou.. rapat pilar akan diadakan.. kwakk" Burung gagak itu membawa berita dengan sangat akurat.
Ekspresi lelaki itu terlihat sedikit terkejut setelah mendengarnya. Tanpa kata pria tadi lantas berlari pergi.
[◆️◆️]
"Apa itu Shinazugawa san?"
Perempuan besurai pink dengan gradasi hijau terkelabang dengan dada tumpeh-tumpeh mulai menunjuk-nujuk kotak makan yang dilapisi kain putih di tangan rekannya.
"Ohagi. " yang dipanggil Shinazugawa itu menjawab ketus.
"Waaaahhh!!" Perempuan tersebut langsung bersemu merah dan mulai salah tingkah.
"Diam lah kau Kanroji!" Nadanya mulai meninggi. Perawakannya sangar dengan banyak bekas luka di dada dan di wajahnya menambah kesan ke premannya.
"Wah! Shinazugawa san membawa oleh-oleh untuk (y/n) chan bukan?" Seorang lelaki mulai menjawab. Lelaki tersebut bertubuh tinggi dengan rambut kuning cerah bergradasi garis-garis merah diujungnya, alis bercabang hitam, dan mata emas.
"Bento itu terlihat sangat mencolok." Pria muda berotot, tinggi dengan rambut putih menyahuti. Ia mengenakan headwrap berwarna hitam yang ditutupi dengan perhiasan (baca berlian aja biar enak) berbagai ukuran.
"Kita terlalu lama menunggu sang Tomioka. Kita lanjutkan saja tanpa dia." Seorang lelaki dengan perawakan pendek mulai terlihat tidak sabaran. Dia memiliki warna kulit terang dengan rambut hitam. Rambutnya dibuat berombak seleher dengan seekor ular yang meliliti lehernya. Ia sepertinya mengidap heterochromia yang membuat warna sepasang matanya berbeda.
"Tahan sebentar lagi Obanai san. Dia akan segera datang." Shinobu Kochou mulai menenangkan mereka.
"Dia datang." Ucap seseorang yang berbeda. Ia seorang lelaki muda pendek berkulit terang dengan rambut lurus panjang berwarna hitam gelap dengan gradasi tosca semakin dekat ke pinggangnya. Rambutnya menonjol di setiap sisi kepalanya, serta poni nakal di atas dahinya.
Yang mereka nanti telah datang. Dari pintu muncullah seorang pria tinggi dengan rambut hitam panjang sedang diikat ke belakang menjadi ekor kuda rendah dengan mata berwarna biru samudra.
'Wahh tomioka san datang, kerennya.' Perempuan bersurai pink itu mulai merona pipinya.
"Ara.. ara.. Tomioka san sudah datang. Kita bisa memulai ini bukan? " Shinobu menarik perhatian mereka.
"Dimana Oyakata sama?" Lelaki yang bernama Obanai itu bertanya.
"Rapat ini hanya dihadiri pilar. Kita tidak perlu mengundang Oyakata sama untuk menghadirinya juga." Shinobu hampir kewalahan menghadapi mereka.
Setelah dirasa mereka sudah mulai tenang. Barulah Shinobu mulai membuka rapat itu.
"Baiklah. (Y/n) chan telah terbangun beberapa minggu yang lalu. Ia juga mulai bisa berjalan lagi dengan normal. Sayangnya, ia tak bisa mengingat kita lagi." Shinobu mulai menjelaskan apa yang terjadi dengan mu didepan mereka. Mereka semua fokus mendengarkannya dengan seksama.
"Pertanyaanku adalah... apakah kalian tetap ingin (y/n) chan menduduki kursi pilar?" Nada Shinobu terdengar tegas.
"Jujur, aku tetap ingin dia mendudukinya." Lelaki bersurai panjang itu terlihat keberatan dengan pertanyaan itu.
"Tapi Tokito san, bagaimana kalau dia.." Ucapan perempuan bernama Kanroji itu menggantung diakhir kalimatnya. Ia terlihat ragu untuk mengucapkan kata selanjutnya.
Lelaki berlian itu menghembuskan napas gusar, lalu mulai mengutarakan pendapatnya.
"Kalau memang mejadi pemburu oni adalah bagian dari hidupnya, ia akan lancar dengan sendiri nya bila kita melatihnya bukan? Membuatnya ingat dengan kemampuan luar biasanya. Apa kau setuju, Tomioka san?" Seluruh pasang mata menatap kearah lelaki bernama Tomioka tersebut.
Ia sepertinya memiliki kepribadian yang tertutup dan tidak mau berbicara terlalu banyak kalau tidak diajak berbicara.
Matanya menatap serius perdebatan diantara mereka. "Sepertinya begitu." Nada nya terdengar dingin sedingin tatapan dan sikapnya.
"Hmm! Berarti kita hanya perlu melatihnya lagi bukan?" Lelaki bermata emas itu selalu terlihat berapi-api.
"Karena dia sedang berada dirumah ini bersama Shinobu, biarkan saja Shinobu melatihnya duluan. Lalu kita mulai bergantian untuk melatihnya." Pembawaan Shinazugawa memang terlihat sangar bak preman, namun sebenarnya ia sangat peduli akan keadaan disekitarnya.
"Baiklah. Setelahnya biarkan Tokito san saja yang mengajarnya. Bagaimana?" Bukan tanpa alasan Shinobu menyuruh Tokito untuk mengajarmu setelahnya.
Tubuh mungilnya yang lincah benar-benar cocok untukmu. Shinazugawa juga lincah tapi, dia itu termasuk orang yang keras dalam melatih murid-muridnya dan Shinobu menyadari betul akan hal itu.
Kanroji adalah perempuan yang licah, gesit, lentur. Dia memiliki sifat yang suka makan dan terobsesi dengan jodoh. Kamu yang polos bisa-bisa terpengaruh olehnya. Atau yang lebih buruknya lagi, bila kamu menyakiti Kanroji, Iguro san akan bertindak untuk mengambil hidupmu.
"Yang jelas kita tetap akan membawa (y/n) chan untuk dilatih oleh Tomioka san bukan? Terlebih lagi, aliran mereka sama." Pria bertubuh besar dengan Tasbih (?) di leher dan di tangan nya itu ikut berdiskusi.
"Benar. Kamu menyetujuinya kan Tokito san? Tomioka san?" Tanya Shinobu penuh harap kepada mereka.
"Aku tidak keberatan." Lelaki bernama Tokito itu mulai mengangguk menyetujui. Sekarang, tinggal lelaki bernama Tomioka tersebut.
Tatapan kosongnya tak mampu dibaca. Ia pun hanya diam bungkam 1001 bahasa.
"Aku menyetujuinya."
[◆️◆️]
Rapat para pilar itu diakhiri pada tengah malam. Seluruh anggota pilar segera membubarkan diri untuk melanjutkan aktifitas mereka masing-masing. Awalnya mereka ingin menjengukmu, tapi karena alasan waktu dan kemungkinan dirimu telah terlelap, mereka mengurungkannya.
"Ara ara Tomioka san.. ternyata kau masih ada disini."
Tomioka yang tengah berjalan diantara lorong-lorong kamar segera berhenti setelah merasa namanya disebut.
Di depannya, terdapat seorang wanita dengan jepit kupu-kupu tengah berdiri, tersenyum ke arahnya. "Apa kamu mencari sesuatu?" Tanyanya seolah-olah mengerti apa yang sedang Tomioka kerjakan di rumahnya.
"Aku tidak mencari apapun." Suara seraknya terdengar meragukan di telinga Shinobu. "Ehehehe. Akan ku beritahu untuk berjaga-jaga." Sang Shinobu mulai melangkah mendekat ke arah Tomioka.
Malam ini terasa dingin. Badanmu tak henti-hentinya menggigil di bawah selimut futonmu. Tiba-tiba saja, kamu mulai merasakan sesuatu. Dengan segera kamu membuka mata lalu membuang selimut futonmu ke sembarang arah dan mulai berlari.
"Kebelet pipis.."
Kamu lari terbirit-birit sambil sekuat mungkin menahan air kencingmu agar tidak meluber.
"Akan ku beritahu untuk berjaga-jaga."
"Eh?"
Diujung lorong kamu mendengar suara percakapan seseorang.
"Itu suara Shinobu san bukan?"
Kaki mu melangkah mendekati arah dimana kamu mendengar suara tersebut. Dan mulai mengintip dari ujung lorong.
Yang benar saja. Kamu melihat Shinobu sedang berbisik ditelinga seorang laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya. Kaki mungilnya berjinjit untuk menyelaraskan mulutnya dengan telinga lelaki tersebut.
"Itu Shinobu san bukan?"
Matamu berbinar-binar membayangkan hal-hal aneh dipikiran mu.
"Apa lelaki itu pacar dari Shinobu san? Waahhh mereka terlihat serasi." Kamu terus mengintip di balik tembok penasaran apa yang mereka lakukan.
Kakimu tidak bisa diam bergoyang ke kiri dan ke kanan. "Sshhhh kebelet banget tapi penasaran. Ahh terserah urusanku lebih penting. " Kamu segera lari sambil menahan kencingmu yang hampir saja membasahi celana dalammu.
"Lalu kamu lurus belok ke kanan. Itu letak kamarnya." Shinobu mulai menjauhkan mulutnya dari telinga lelaki itu. Dan segera berjalan mundur untuk menjaga jarak darinya. "Ehmm laluu... Selamat malam Tomioka san."
Tomioka hanya memandang dingin senyuman sang Shinobu tanpa berniat membalas bahkan tersenyum sebentar saja. Ia berbalik badan lantas pergi menjauh. "Susah sekali berbicara normal dengannya." Umpat Shinobu.
[◆️◆️]
"Legaaaa.." kamu tepuk-tepuk perutmu perlahan, sepintas bayangan selimut futonmu yang hangat dan nyaman singgah di kepalamu.
"Bbrrrrr.... selimut futonku pasti enak."
Udara terasa semakin dingin seiring malam yang semakin melarut, sesegera mungkin kamu kembali ke kamar agar tidak terserang flu.
"Eh?!" Kamu merasakan hawa lain disekitarmu.
"Hawa ini? Milik siapa?" Hawa itu terasa asing bagimu. Karena penasaran, kamu memutuskan untuk mengikuti saja hawa itu.
'Ini arah kamarku kan?'
Hawanya semakin terasa, dan itu dari arah kamarmu. 'Gawat kamarku!'
"Ini arahnya kan." Lelaki bersurai hitam itu menatap dingin pintu kamar didepannya. Tatapan matanya terlihat ragu-ragu ingin melakukan sesuatu.
Manik samudra nya melirik kesana kemari memastikan keadaan, tak lama tangan nya mulai terulur untuk menggapai hikite⁴.
"Apa yang anda lakukan di depan kamar saya tuan?"
______________________________________
Hikite itu apa? Hikite itu berfungsi seperti pegangan pintu sewaktu mendorong fusuma.
Jadi kayak kenop pintu tapi ini Fusuma jadi nggak mungkin dipasangi kayak begituan:>
Terima kasih lagi sudah baca💖
Sincerely🌸
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro