Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2 : Sepenting Itukah?


"Aduh!"

Kamu mencoba menggerakkan kakimu yang seakan mati rasa dari awal kamu terbangun. Sungguh diluar perkiraan mu, saat digerakkan kaki itu terasa luar biasa sakit.

Namun kamu merasa lega akan hal itu. Setidaknya kaki mu masih ada walau sedang dalam keadaan tak baik sekarang ini.

Kamu tarik nafas panjang, meyakinkan diri untuk melihat kondisi kakimu. Kamu meneguk kasar liur mu, lantas membuang selimut futonmu ke samping dengan kasar.

Dan mata mu terbelalak.

Cidera parah.

Itu yang kamu pikirkan. Seluruh kaki mu terbalut perban yang cukup tebal. Namun herannya, tak terlihat sedikitpun bercak darah pada perban-perban itu.

"Ini terlihat bersih." pikiranmu mulai menjelajah kesana kemari.

'Jangan-jangan aku diculik? Atau nggak perjualan organ!'

"PLAK!"

Tangan dengan bringas menampar kedua sisi pipi, menyadarkan, "Buang jauh-jauh prasangka itu (y/n)! Masa sih dia orang jahat." benar-benar diluar dugaan dan nalar jika wanita secantik dan sebaik dia merupakan seorang penculik.

Manikmu beralih melirik anggota tubuh lainnya. Dengan keraguan yang sama dirimu mulai menaikkan baju yang tengah kamu kenakan. Sama halnya dengan kakimu, badan mu juga penuh terbalut perban. Lagi-lagi, perban itu bersih tak bernoda. Kamu mulai meraba ke kepala, dahi mu yang terlilit perban itu terasa sakit saat disentuh.

"Kau akan baik-baik saja"

DEG!

Kamu tersentak dalam lamunan. Suara berat khas lelaki terdengar sayup-sayup diantara kicauan burung. Suara tak bertuan itu seakan menggema diseluruh ruangan.

Bukankah hanya kamu seorang dalam ruangan ini?

Shinobu sudah pergi, meninggalkan dirimu yang menjadi satu-satu nya orang yang mengisi ruangan ini.

"Siapa?" tak ada jawaban.

Hening. Kamu melirik kesana kemari, mewaspadai sesuatu yang akan muncul ketika kau lengah sedikit saja.

'Itu suara manusia bukan?' batinmu.

Semakin lama kamu terdiam, maka atmosfer aneh di sekitarmu juga semakin merengkuh. Menaikkan bulu kuduk.

Di tambah dengan tuan yang diharapkan tak kunjung datang,

Bulu kudukmu mulai merinding hebat. Segera kamu ambil kasar selimut lantas dengan tergopoh-gopoh menutupi seluruh tubuh beserta wajahmu dengan itu.

'Jangan ganggu jangan ganggu jangan ganggu, Pergi!! "

『️◆️◆️』️

Kamu terdiam.

Terlentang seraya menatap kosong langit-langit kamar.

Matamu memanas sebab usaha keras yang sia-sia untuk memejamkannya, padahal tubuhmu terasa begitu lelah meskipun hanya terbaring di sini tanpa aktifitas.

Mungkin istirahat akan memulihkannya, batinmu beberapa puluh menit yang lalu.

Sialnya mata mu benar-benar tak berkehendak demikian. Sehingga inilah akhirnya, tetap terjaga karena tak sanggup mengkompromikan mata sendiri.

Suara itu menjengkelkan. Kamu tak henti-hentinya memikirkan pemilik suara tadi pagi. Telepati kah? Atau hanya sekedar salah dengar?

Srekk

Fusuma kembali digeser oleh seorang perempuan. Sekarang bukan perempuan yang tadi, perempuan ini bersurai hitam legam dikuncir dua dengan pita kupu-kupu berwarna biru menyesuaikan mata biru tuanya yang indah. Ia terlihat sangat muda. Ia juga membawa nampan, bukan dengan teko, tapi dengan mangkok yang beruap dan sebuah perban.

" (y/n) chan!" ia tersenyum dan mulai berlari kecil mendekatimu.

"Aku senang akhirnya kau siuman. Aku benar-benar merindukan mu!"
ia bergegas menaruh nampannya di lantai dan segera memelukmu. Tubuh kecilnya mendekapmu erat, terasa hangat.

"Kau sangat dingin saat itu, aku takut." suara lirihnya menggema dalam ruangan.

"Apa kau yang mengganti perban ku?"
kamu beranikan diri untuk bertanya.

"Ya, itu aku. Apa tidak rapi?" Ia mulai melepaskan pelukannya.

"Tidakk, bukan karena itu. Aku benar-benar berterima kasih atas bantuanmu."

Ia mulai tersenyum geli. "Tenanglah, itu memang keinginanku." sambungnya.

"Ah!! Biar aku ganti perban-perbanmu, ini harus tetap steril agar tak terinfeksi. Kalau sakit bilang saja padaku, aku akan lebih berhati-hati menggantinya."

Kamu hanya bisa menangguk dan menuruti apa kemauannya. Tanpa banyak bicara gadis itu mulai meraih ikatan perban di tangan mu. Ia membukanya dengan penuh hati-hati dan kelembutan.

Rasanya begitu perih dan sakit saat perban yang berada tepat di atas kulitmu dibuka perlahan. Rasanya seperti dikuliti hidup-hidup. Luka-luka itu menganga dan masih berdarah, belum tertutup sempurna. Bahkan ada luka jahitnya juga, masa iya ini agensi penculik?

'Separah ini? Memang aku jatuh dari mana?'

Perban di badanmu juga diganti. Ia benar-benar tak meninggalkan satu bagian perban pun yang tak diganti, terutama perban di kepalamu. Jujur, butuh waktu yang lama untuk mengganti seluruh perbanmu. Ditambah lagi dirimu sering menggeliat-liat kesakitan, semakin mempersulitnya. Namun ia terlihat telaten dan sabar menghadapi mu.

Perban-perban kotor itu sekarang telah tergantikan. Kulitmu sekarang mati rasa. Saat kau memandang gadis muda itu, entah mengapa kamu bisa merasakan aura kesedihan yang pekat di sekitarnya.

"Nama mu siapa?" kamu mulai bertanya, memecah keheningan.

"Aoi, Kanzaki Aoi." jawabnya sambil memunguti perban-perban bekasmu.

"Nama yang bagus, lalu ka--"

"(y/n) chan!" potongnya kasar.

Kamu tersentak, "Eh-i-iya?"

"Aku mendengarnya dari Shinobu san, tapi aku benar-benar tak percaya. Memang, aku bersyukur saat tau ia tak merusak organ-organ vitalmu, tapi sekarang, entah mengapa kita terasa seperti orang asing kan? Mengapa kita baru bisa merasakan kehadiran sesuatu setelah kehilangannya? Bukankah itu menyakitkan?"

Kamu terkejut akan topik yang ia ambil. Manik- maniknya yang sayu menatap kebawah, sedikit demi sedikit ia mulai meneteskan bulir demi bulir air ke pipinya.

Kamu terpaku, heran akan tingkahnya.

"Aku benar-benar menghargai waktu yang pernah kita lalui. Aku juga bukan anak yang kuat, yang bisa melindungimu segenap raga. Aku cuma bisa menangis menyesali apa yang telah terjadi. " air di matanya semakin menderas. Tangisan dan suara lirih itu berhasil mencubit hatimu. Kamu merasa iba dan mulai mendekapnya lembut.

'aku sangat penting untuknya?'

"Maaf kan aku, saat itu aku mungkin hanya kurang berhati-hati." kamu tidak tau harus berbicara apa lagi, kamu mengira bahwa luka itu semata mata hasil dari kecerobohanmu sendiri.

"Bukan!" Ia menepis ucapanmu
"ini semua salahnya. Dia yang--mmph!" ia terkejut akan kalimat yang ia utarakan, segera ia mendekap mulutnya sendiri untuk memotong kata yang spontan keluar dari mulutnya.

"Dia?" tanyamu.

"Tidak bukan apa-apa." ia melepas bekapan tangan nya lalu melambai mengisyaratkan tidak. Matanya sembab dan masih berkaca-kaca, siap untuk menumpahkan isinya sewaktu-waktu.

"Ehm ano, ini makanlah. Aku paham nafsu makanmu masih buruk bukan? tapi makan lah! Sebelum kamu minum obat selanjutnya, lebih baik kalau perutmu diisi dulu." tegasnya.

Kamu menatapnya polos seraya mengangguk mengiyakan.

"Baiklah, sebelum aku kesini membawa obat, mangkok itu harus habis! Jaa~ (y/n) chan!" Ia bergegas mengambil nampan seraya berbalik dan segera menutup fusuma dengan kasarnya.

'Gawat gawat aku hampir keceplosan'

"Aoi, saat kau memberi makan siang kepada (y/n) chan, kuharap kau jangan dulu membahas masa lalunya."

"Adakah suatu masalah Shinobu san? Saya tidak mengerti."

"Ara ara~tidak apa-apa akan aku jelaskan. Kemungkinan dia kehilangan ingatannya, aku takut kalau kita ingatkan dia pada masa lalu nya sekarang, ia mungkin tidak mampu menangkapnya dan akan berpengaruh fatal padanya. Berhati-hatilah."

"Baiklah Shinobu san."

Ia mendekap erat dadanya ketika mengingat percakapan nya tadi bersama Shinobu.
Ia berhenti, lantas bersandar dibalik fusuma itu. Badannya terasa lemas, ia tak mampu lagi mecegat air mata yang tertahan.

"Apa yang dirasakan Tomioka san saat mendengar ini?"

『️◆️◆️』️


"Shinobu, ada perlu apa kau datang kemari?" lelaki bersurai hitam dengan bercak di dahinya itu mucul ditemani 2 anak bersurai putih sepundak.

"Maaf kan saya mengganggu waktu senggang anda Oyakata sama, saya ingin melaporkan sesuatu kepada anda." perempuan berpita kupu-kupu itu segera duduk memberi hormat. Dan mulai membahas topik yang ingin ia bicarakan.

"Tentang apa itu?" tanya sang lelaki.

" (y/n) chan, ia telah terbangun dari tidurnya tadi pagi Oyakata sama."

Mata nya yang sayup terlihat lega setelah mendengarnya. Sudut bibirnya perlahan terangkat memperlihatkan raut wajahnya yang senang tiada dua.

"Aku turut senang akan itu. Bagaimana kondisinya?" senyum terus merekah pada wajahnya, tak hilang sedikitpun.

"Syukurlah dia baik-baik saja Oyakata sama, namun... sepertinya saya mengira dia tidak akan ingat kita semua. Ini mengulang kejadian yang dialami sang Pilar Kabut, Tokito san dahulu." wajah riang shinobu mulai meredup menandakan perasaannya yang amat kacau. Tidak bisa ia pungkiri, sang pria tersebut lantas ikut menunduk, menyembunyikan wajah sedihnya dalam bayangan.

"Jadi, apa ada rencana kalian untuk menjenguknya?" laki-laki itu mulai bertanya.

"Untuk saat ini lebih baik dia jangan diganggu sampai satu minggu kedepan, Oyakata sama. Biar saya yang akan mengatur rencana penjengukkannya." Shinobu benar. Orang sakit memang selayaknya diberikan waktu istirahat total. Walaupun fisiknya telah terbangun, kita tidak benar-benar tau apakah organ nya sudah sembuh sepenuhnya atau tidak.

"Kamu memang anakku yang baik Shinobu. Lalu, bagaimana dengan Tomioka? Apa kau akan mengajaknya juga?"

"Sa-saya mungkin akan mengajak seluruh pilar untuk menjenguknya Oyakata sama." balasnya ragu.

"Ajaklah dia juga Shinobu, aku benar-benar tidak suka melihat salah satu anak ku termurung."

Oyakata sama sangat perhatian terhadap para anggota Pilar. Para anggota pilar pun telah menganggap Oyakata sebagai ayah dari mereka. Tak heran jika ia tau bahwa Tomioka sedang terpuruk beberapa minggu ini. Padahal, hampir semua orang tidak pernah tau bagaimana ekspresi senang, sedih, apalagi khawatirnya. (y/n) chan lah yang biasanya bisa mengerti suasana hatinya.

"Baiklah Oyakata sama. Saya akan mengajaknya juga." Ia segera berdiri dari posisinya lantas mulai membungkuk hormat.

"Semoga Oyakata sama selalu dilindungi-Nya" ia segera berbalik dan pergi.

______________________________________

Haloo semuanyaa!!!
Maaf kan aku kalau chapter ini kurang menarik atau membosankan aku benar-benar minta maaf :(
Aku juga bener-bener ngak nyangka kalau bacaan yang asal saya post dihargai sama kalian. Aku bener bener terima kasih yang sebesar besarnya!!!

Makasih juga buat kalian yang sudah mau komen dan membenarkan cerita saya ini... ah benar-benar terharu☹️

Ngak panjang deh cuma sampe itu aja.

Terima kasih
Sincerely, Ten🌸

Refisi [17 Juli 2020]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro