Day 8 - Remember me [3]
Hari berganti hari. Malam menjadi siang dan siang menjadi malam.
Dan hari ini, Tenn akhirnya berumur 17 tahun. Yap, sekarang tanggal 10 Juli. Semua penghuni panti asuhan bersuka cita saat merayakannya. Riku yang mengingatkan mereka jika Tenn berulang tahun. Tenn ingin memarahinya namun terhalang oleh anak-anak yang lebih muda darinya yang mengucapkan ulang tahun ke dirinya. Tenn tidak bisa berbuat apa-apa selain berterima kasih dan memeluk mereka. Riku hanya tertawa kecil sambil menggendong salah satu adiknya.
Acara yang direncanakan dari jauh-jauh hari berjalan begitu sempurna sampai di jam makan malam. Semunya berkumpul di ruang makan. Sedangkan Riku memutuskan untuk berjalan-jalan di taman sendirian sambil menikmati dinginnya angin malam tanpa menggunakan sweater atau jaket.
Semua penghuni tau jika Riku memiliki asma dan tidak bisa berada di suhu dingin. Mereka selalu mengingatkannya namun ia sendiri sering kali lupa jika ia harus memakai jaket.
tap tap tap
Terdengar suara langkah kaki yang mendekati Riku. ia tau jika yang mendekatinya adalah Tenn. Bukannya berhenti berjalan dan menunggu Tenn, Riku justru berlari menjauhinya. Tentu saja Tenn mengejar Riku sambil membawa inhealer dan jaketnya.
"Riku! Jangan lari!!" Teriak Tenn sambil berlari. Riku hanya tertawa dan berteriak, "tidak mau!! Ayo kejar aku Tenn-nii!" tantangnya.
Tenn tersenyum dan menerima tantangan Riku tersebut. Ia segera mengantongi inhealer Riku dan mengikat jaketnya di pinggangnya. Ia kembali berlari kencang supaya bisa menyusul Riku. Dan benar saja, kecepatan larinya mampu menyusul langkah Riku. Ia langsung memeluk Riku dari belakang yang menyebabkan mereka terjatuh dan terguling bersama.
"Ketangkap kamu!" Seru Tenn sambil mencoba menahan massa tubuhnya yang berada diatas Riku. Tak lama kemudian, raut wajah Tenn berubah menjadi khawatir.
Riku menyadari hal itu dan tertawa. "Aku baik-baik saja, Tenn-nii. Lari kecil jarak pendek tidak membuatku kambuh," ucapnya sambil mengelus pipi Tenn dan tersenyum.
"Jangan membuatku khawatir, Riku. Cuaca malam ini dingin dan kamu malah berlari," omel Tenn lalu mencubit ujung hidung Riku. "Tenn-nii jangan terlalu khawatir. Aku ga kenapa-napa kok," balas Riku sambil duduk dan memeluk Tenn.
"Otanjoubi omedetou, Tenn-nii," gumamnya lalu menenggelamkan diri di pelukannya. Tenn tersenyum lembut. "Un. Arigatou, Riku," bisiknya sambil mengeratkan pelukan.
Tenn melepas pelukannya dan menatap Riku tajam. "Tapi tetap saja. Kenapa kau berlari di malam hari tanpa jaket atau inhealer? Bagaimana jika kau pingsan dan tidak ada yang menyadarinya dan tidak bisa menemukanmu? Bagaimana jika ada yang menculik adik imut kesayanganku? Aku tidak bisa hidup tanpamu, Riku. Jadi jangan pergi. Jangan menghilang tanpa ada yang mengawasimu," ceramah Tenn dan mencubit pipi Riku.
"Sakit! Sakit!!" Teriak si surai merah. Tenn pun melepaskan cubitannya dan meminta jawaban yang akan dikeluarkan sang adik. "Baik, Tenn-nii.. Aku tidak akan mengulanginya lagi..." jawabnya sambil menatap ke tanah. "Itu jawaban yang kumau. Sekarang ayo kembali. Jam makan malan hampir selesai," bujuk Tenn yang ditolak mentah-mentah oleh Riku.
"Aku masih mau disini, Tenn-nii. Anginnya sejuk dan langitnya cerah. Jadi bintangnya keliatan," ucap Riku menatap ke langit sambil tersenyum.
"Baiklah. Aku ke rumah dulu. Jangan lari-lari lagi dan pakai jaketnya," perintah Tenn dan berjalan menjauhi Riku. "Padahal aku duduk-duduk aja. Disalahin juga," gumamnya menatap punggung sang kakak.
Tak lama kemudian, Tenn kembali ke tempat Riku sambil membawa alas untuk piknik dan selimut tebal yang cukup lebar untuk mereka berdua. Jangan lupakan bantal kecil kesayangan mereka.
"Iya, Tenn-nii. Aku kembali sebentar lagi," kata Riku tanpa menoleh kearah Tenn dan masih fokus menatap langit malam.
"Riku-"
"Iya ,Tenn-nii. Iyaa,"
"Riku, aku-"
"Nanti, Tenn-nii. Astagaa,"
"Riku, astaga. Dengarkan aku. Jangan duduk disitu. Aku bawa alasnya. Sini," bujuk Tenn setelah beberapa kali dipotong oleh adiknya itu.
"Eh?"
"Uwaaa, arigatou Tenn-nii ehehe. Maaf tadi aku asal nyaut aja," kekeh Riku sambil berpindah tempat duduk yang awalnya di tanah menjadi di alas piknik dengan bantalan paha Tenn.
"Riku, aku sudah bawa bantal. Kenapa malah tidur di pahaku?" tegurnya dan memindahkan kepala Riku ke bantalnya.
Riku memanyunkan bibirnya lalu memaksa Tenn untuk tiduran di sebelahnya. Tenn pun menuruti kemauannya dan tiba-tiba, Riku memeluk pinggang Tenn sambil menatap langit.
"Ah... ini enak juga ya, Tenn-nii," gumamnya yang diangguki Tenn yang disusul dengan cara menguap. "Kita bisa tertidur disini, Riku," ucap Tenn sambil menyelimuti dirinya dan adiknya.
"Bukan masalah besar kan, Tenn-nii?"
"Tapi kan-"
"Sesekali tidak masalah, 'kan?" tanya Riku sambil duduk dan menatap Tenn dengan wajah imutnya.
"Kamu curang, Riku. Jangan pakai cara itu,"
"Lagipula Tenn-nii susah diajak kerja sama tentang ini,"
"Itu karena berpengaruh ke kesehatanmu, Riku,"
"Aku baik-baik saja, Tenn-nii! Mouu," jawabnya sambil merajuk
Tenn menghela nafasnya. Adiknnya yang satu ini benar-benar keras kepala. "Baiklah baik. Tidurlah. Aku akan membangunkanmu nanti," ucap Tenn menyerah sambil mengelus rambut Riku yang lembut.
"Yeay!! Sayang, Tenn-nii!"
"Hanya situasi begini saja ya," goda Tenn.
"Aku-"
"Apa Riku tidak akan mencintaiku jika aku tidak memberikan izin?"
"Baiklah!! Aku mencintai Tenn-nii sampai kapanpun!" Teriaknya sambil memeluk Tenn erat.
Tenn tertawa puas dan mengelus rambut Riku lagi. Ia begitu suka untuk menggoda sang adik. Ekspresinya imut. Itulah yang dipikirkan Tenn.
Banyak canda tawa yang terjadi diantara mereka berdua. Semua tentang hal konyol yang bahkan menurut orang lain tidak lucu. Waktu terus berjalan hingga pada akhirnya, mereka berdua jatuh kedalam alam bawah sadar di hamparan rumput yang luas beralaskan karpet dan bantal kecil.
Penghuni tertawa begitu menyadari Tenn dan Riku ada di halaman. Para kakak tertua pun langsung membawa kedua adik kakak tersebut kedalam kamar supaya mereka dapat tertidur dengan pulas. Sayangnya kakak-kakak tersebut tidak bisa memisahkan Tenn dan Riku yang saling berpelukan.
Lantas bagaimana cara mereka membawanya? Mereka menggotong 2 orang tersebut dengan mengangkat bagian ujung dari alas yang mereka gunakan sebelumnya
"Mereka tampak seperti kembar seiras. Iya, 'kan?" Tanya Amari melihat Riku memeluk erat Tenm. Para kakak lainnya menyetujui pernyataan tersebut dan tersenyum melihat mereka yang tertidur dengan damai sambil berpelukan seakan tidak mau melepaskan lainnya.
Tamat
Allahuakbar. Untung kelar. Ga banyak kok notenya. //buru-buru soalnya.
Cuman mau bilang makasih udah baca sampe sini. Sekian terima gaji.
Ampe ga kesave nangis asli. Males ama Wattpad bai
-Tasya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro