Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Perangkap Keributan

Ketika bentakan itu menggelegar di udara, Elzi seketika tersentak di dalam pelukan Ben. Matanya membuka. Berusaha melihat ke balik badan Ben demi mendapati bahwa ada Mario yang berdiri di sana. Dengan aura yang menakutkan dan dalam penampilan yang tidak serapi biasanya –jas bewarna biru gelap yang ia kenakan tampak kusut.

Tentu saja kehadiran Mario adalah hal yang tidak diduga oleh Elzi. Hingga refleks mendorong Elzi untuk berusaha segera melepaskan diri dari pelukan Ben. Tapi, sia-sia. Cowok itu memiliki kekuatan yang di luar jangkauan Elzi.

Ben memutar tubuhnya seraya memastikan bahwa Elzi tidak lepas dari rengkuhannya. Dengan teramat sengaja mendaratkan tangannya di lekuk pinggang cewek itu. Menahannya. Membuat Elzi tidak bisa melakukan apa-apa, selain mengembuskan napas panjang karenanya.

Wajah Mario tampak mengelam melihat perlakuan Ben pada Elzi. Dan itu mendorong Ben untuk semakin memprovokasi Mario. Dengan cara semakin menarik pinggang Elzi. Dan hal itu tentu saja menarik perhatian orang di sekitar sana. Menimbulkan kasak-kusuk teman-teman Elzi yang masih tersisa.

Memulas senyum di wajahnya, Ben bersuara. "Maaf, anda bicara dengan saya?"

Perut Elzi seketika mual ketika mendengar pertanyaan penuh dengan sopan santun itu. Hingga ia memejamkan mata dengan dramatis.

Ya ampun.

Yang benar aja.

Ben mana pernah kenal dengan yang namanya sopan santun?

Bahkan siapa pun bisa mengetahui. Bahwa ucapan Ben tersebut bukanlah dalam tujuan untuk beramah-tamah. Alih-alih sebagai salah satu bentuk cemoohan.

Mario menggertakkan rahangnya. Tampak seperti tengah menahan gejolak emosi yang membuat ia berkata dengan penuh penekanan pada Ben.

"Lepaskan tangan kamu dari tunangan aku!"

Tak hanya suaranya, alih-alih juga sorot mata Mario tampak tajam tertuju pada Ben. Seolah sedang menghantarkan beragam ancaman yang tak main-main untuk ia lakukan. Tapi, kala itu Ben tampak santai saja. Seolah tidak terjadi apa-apa.

Ben tetap tersenyum. Pun tetap mempertahankan Elzi di sisinya.

"Maaf," lanjut Ben kembali. "Sejauh yang saya tau, katanya pertunangan kalian sudah batal. Iya kan?"

Mario semakin mengeras. Kedua tangannya tampak mengepal dengan erat di masing-masing sisi tubuhnya.

"Dia bukan tunangan kamu lagi, Bro! Bukan milik kamu lagi," ejek Ben seraya mendengkus geli. "Oh! Bahkan mungkin sebenarnya kamu juga nggak pernah benar-benar memiliki dia selama ini."

Dan detik selanjutnya, tepat setelah Ben mengatakan itu, maka pecahlah pekikan Elzi. Refleks ketika rengkuhan Ben di pinggangnya terlepas. Diiringi oleh suara gedebuk yang disertai dengan tersungkurnya tubuh Ben ke belakang.

"Ah!!!"

Semua terjadi dengan begitu cepat untuk Elzi menyadari bagaimana Mario yang telah mengambil tindakannya. Maju dengan kepalan tinjunya. Menghajar Ben hingga membuat cowok itu mau tak mau membalas dengan hal yang serupa. Dan tak butuh waktu lama, pada akhirnya kedua orang cowok dengan stelan jas lengkap itu pun melakukan transaksi mereka. Benar! Jual beli bogem mentah!

"Ben! Mario!"

Berusaha menghentikan aksi yang dilakukan oleh Ben dan Mario, Elzi kembali menjerit. Dan tentu saja, itu menarik perhatian orang di sekitar mereka semakin menjadi-jadi. Tanpa ada drama jeritan panik dan perkelahian saja mereka bertiga sudah menjadi sumber bisik-bisik, apalagi sekarang?

"Hentikan!"

Lagi-lagi menjerit, tapi Ben dan Mario sama tidak memedulikan Elzi. Yang terjadi justru sebaliknya, mereka semakin berutal menyerang satu sama lain. Hingga membuat cewek itu panik. Terutama ketika satpam belum datang, mendadak saja ada seorang cowok lainnya yang menghampiri Elzi.

"Razen ...."

Elzi mendesis syok. Seketika tubuhnya terasa mendingin ketika melihat adiknya itu menatap pada Ben dan Mario bergantian. Matanya tajam. Dan angin malam yang bertiup tampak mengibarkan kemejanya yang tak dikancing. Memperlihatkan seberkas kelembaban keringat yang mencetak di kaus yang ia kenakan.

"Apa yang kalian berdua lakukan di sini?!"

Bentakan Razen menarik perhatian kedua orang cowok itu. Dan Ben memanfaatkannya. Dengan mendorong tubuh Mario. Seraya mendengkus dan mengusap rahangnya yang pasti terasa sakit setelah ditinju tadi.

"Ayolah, Bro. Zizi udah mutusin hubungan kalian. Dan kamu masih mendekati dia? Ck. Otak kamu ada di mana?"

Meremas lengan kiri atasnya, Mario berdiri. Sedikit mengernyit menahan rasa sakit akibat tinju Ben dengan telak mendarat di sana.

"Dan kamu sendiri? Ada hak apa kamu sampai mencampuri hubungan kami?!"

"Aku punya urusan yang belum selesai dengan Zizi!" balas Ben membentak. "Dan kamu jangan pernah berpikir bisa ngebawa dia pergi selagi urusan kami belum selesai."

"Urusan?!" murka Mario. Ia melotot. "Urusan apa sampai aku liat kamu meluk-meluk dia?!"

Ben tersenyum miring. Mengangkat kedua bahunya dengan santai. "Persis seperti yang ada di pikiran kamu."

Sontak saja Elzi melotot horor pada Ben ketika ia mengatakan kata-kata bermakna ambigu seperti itu. Bahkan orang paling tuli pun bisa menarik kesimpulan dari perkataan yang cowok itu ucapkan. Hingga Elzi frustrasi. Mengusap wajahnya dan melihat ke sekeliling.

Ampun dah!

Ini resto nggak ada satpam atau satpamnya pada mudik sih?

Karena bagaimanapun juga, Elzi sungguh tidak ingin berlama-lama menjadi pusat perhatian orang di sana. Mau di mana ia taruh mukanya? Di pantat kuali?

"Dengarkan apa yang aku omong."

Suara Ben kembali terdengar. Membuat Elzi kembali melihat pada cowok itu yang tampak mengangkat satu tangannya. Menuding pada Mario.

"Kamu nggak berhak ngelarang untuk apa pun yang aku lakukan ke Elzi. Karena kamu itu cuma mantan tunangan, Mario."

Mata Mario membesar dengan kesan kaget. Menyadari bahwa Ben mengetahui namanya.

"Dan lebih baik aku ingatkan kamu," lanjut Ben. Tapi, kali ini tidak ada raut jenaka atau pun ekspresi mengejek di wajah cowok itu. Tepat ketika ia memberikan ultimatumnya. "Jangan dekati dia lagi!

"Seharusnya kamu yang dengar omongan aku. Urusan aku dan Elzi, itu sama sekali bukan urusan kamu!"

Yang beradu mulut di sini jelas adalah Ben dan Mario, tapi sungguh! Rasa-rasanya kepala Elzi yang akan pecah sebentar lagi.

Aku benar-benar lupa untuk sedekah!

Ini nih akibatnya kalau udah nazar, tapi nggak ditepati.

Dan ketika Razen maju, lantaran merasa cukup memberikan waktu demi melihat keributan antara Ben dan Mario, Elzi pun sadar. Bahwa ia memang harus sedekah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

"Tunggu!"

Ben dan Mario kompak melihat pada Razen yang sudah berdiri di antara mereka. Cowok itu menatap Mario.

"Berapa kali sih aku harus ngomong biar kamu nggak datang nemuin Mbak Elzi lagi? Telinga kamu udah tuli atau gimana?"

Mario mengembuskan napas kasar. "Aku ingatkan sekali lagi, Zen! Pertunangan kami bukan urusan anak kecil kayak kamu! Jadi, kamu nggak perlu sok ngurusi hubungan kamu. Dan dari pada ngurusin aku ...." Mario melirik Ben. "Lebih baik kamu urus bajingan satu ini."

Maju, Ben mendorong pundak Mario. "Kamu yang bajingan, Bangsat! Kamu pikir aku nggak tau apa yang kamu lakukan ke Zizi malam itu? Kamu ngebuat dia nyaris mati ketakutan!"

Elzi tercekat. Kedua tangannya langsung naik. Menutup mulutnya yang sontak menganga dengan rasa panik.

Please ....

Jangan sampe Ben ngomong lebih jauh lagi, Tuhan.

Mario terkejut mendengar perkataan Ben dan tidak siap ketika tinju cowok itu mendarat di wajahnya. Tapi, ia segera bangkit. Berusaha untuk membalas serangan itu. Dan melihat apa yang tengah terjadi, Razen sekilas tampak bingung. Tapi, entah apa yang ia pikirkan ketika ia justru turut meninju Mario.

"Aku rasa ini waktunya yang tepat untuk aku ngebalas perbuatan kamu malam itu, Rio!"

Tak dapat dicegah, perkelahian antara ketiga orang cowok itu pun berlangsung. Dan orang-orang di sekitar saja hanya menonton. Mungkin tidak ingin terlibat masalah. Karena salah-salah, mereka yang justru kena sasaran.

Kerepotan menghadapi Ben dan Razen, Mario pada akhirnya bisa menarik napas lega. Karena di detik selanjutnya, Razen justru beralih menghajar Ben dengan tiba-tiba.

"Dan kamu, Bung! Jangan sembarangan nyentuh Mbak! Kamu pikir aku nggak tau apa yang kamu lakukan di depan pintu malam itu?!"

Tubuh Elzi melemas. Dengan satu kenyataan itu.

Razen ngeliat?

Razen ngeliat Ben nyium kening aku?

Ya Tuhan.

Entahlah. Elzi tidak tau apa ada hal yang lebih memalukan lagi selain tertangkap basah oleh saudara sendiri ketika dicium oleh seorang cowok?

Hingga wajar saja, bila pada akhirnya Elzi merasa tubuhnya melemas. Tanpa sadar, ia pun menangis. Membiarkan air matanya untuk pelan-pelan merembes. Membasahi kedua pipinya. Dan di saat itulah, terdengar suara seorang pria lainnya.

"Ada apa ini? Ada keributan apa?"

Tak berdaya, Elzi menoleh. Melihat pada Vara yang tampak menyeret seorang satpam ke sana. Tapi, baginya semua sudah terlambat.

"Kenapa datang, Pak?" tanya Elzi pelan. "Kenapa nggak tunggu sekalian aja ada yang tewas baru Bapak datang?"

Tentu saja, semua orang di sana melongo mendengar pertanyaan Elzi.

*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro