Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🌻. colors

now playing: colors - halsey
pairing: jeno x reader

You only see colors when you fall in love,

But when the color's fading out, what should you do?

Hitam putih, itu adalah satu-satunya hal yang kamu lihat saat terbangun.

Duniamu tak lagi berwarna, duniamu kembali menjadi kelabu, seperti dulu saat kamu belum bertemu pemuda ini.

"Kenapa abu-abu?!" pekikmu terus menerus, melihat pantulanmu di cermin sambil menangis.

Apa kau tak lagi jatuh cinta pada Jeno? Apa sekarang sihirnya sudah hilang? Sihir yang Jeno berikan dan membuatmu melihat warna, apa sekarang hilang?

Kau memiliki janji hari ini bersama Jeno,
dan kau tak bisa bilang padanya bahwa kau tak lagi melihat warna, kau tak bisa bilang.

Kau pun harus bertanya pada temanmu apakah warna baju yang kau pakai cocok atau tidak, kau jelas tahu dan ingat warna baju sehari-harimu, tapi ini tetap saja membuatmu gugup dan takut kalau saja kau keliru.

"Hey sweetie! you looking great!!" sapa Jeno didepan rumahmu.

Kau tertawa kecil. "M-makasih." walaupun sebenarnya kau sangat gugup.

Saat dijalan, kau bisa mendengar jelas Jeno menyenandungkan lagu favorit kalian, youth.
Suaranya menyatu dengan suara angin yang masuk menerobos telingamu di jalan.

"Langitnya bagus, ya! Awannya kayak kapas!" celetuk Jeno dan hampir mengagetkanmu.

"J, iya jen, bagus," jawabmu, bentuk awan yang samar hampir tak terlihat di matamu.

"It's your favorite shade of blue," ujarnya sembari mengembangkan senyuman hangat yang terlihat dari sepionnya.

"It is," jawabmu menunduk merasakan sakit didadamu.

Jeno jelas-jelas masih bisa melihat warna di manik cokelatnya itu, artinya, dia masih jatuh cinta,
berbeda denganmu.

Destinasi pilihan Jeno hari ini benar-benar membuatmu cemas, Jeno memilih taman bunga untuk kencan kalian hari ini, dan sudah jelas pasti Jeno akan membicarakan tentang warna lagi dan lagi.

"Kni boleh dipetik nggak, sih?"

"Buat apa emang?" tanyamu.

Jeno tertawa kecil lalu memegang bunga berwarna pink didepannya. "Yang ini cantik. Kalau bisa kupetik, ini buat kamu," ujarnya.

"Iya cantik, tapi nggak usah, ah. Gapapa kok," responmu melihat bunga yang dipegang oleh pemuda tinggi dihadapanmu ini.

"Dideket sana kayanya ada florist, nanti mampir, ya!" ujarnya senang.

"Eh eh ga usah Jen, gapapaaa deh serius."

It would be nice if i can see the colour, pikirmu.
Walaupun bunga-bunga itu masih cantik tanpa warna, tapi tetap saja, bunga akan terlihat lebih indah dengan warna.

"Hey." panggil Jeno seraya menepuk lenganmu.

"Hm?" jawabmu agak kaget.

Jeno mengernyitkan alisnya sambil melihat wajahmu, dan ini membuat jantungmu berdetak lebih kencang. "Ke, kenapa?" tanyamu.

"Kamu sakit, ya? Dari tadi wajahmu pucat," ujar Jeno memegang pipimu.

"Eh? i, iya sih cuma agak pusing aja," jawabmu mengalihkan pandangan dari Jeno, kau tak bisa melihat langsung ke wajahnya sekarang, entah kenapa.

Jeno memindahkan tangannya ke belakang kepalamu. "Kalau pusing bilang, dong. Nanti nggak kuajak kesini! Yaudah ayo kuantar pulang," ujarnya tertawa kecil dan benar-benar mengantarku pulang.

🌻🌻🌻

Kau beralasan pada ibumu agar tak berangkat hari senin kemarin, karena kau pikir akan lebih susah berpura-pura bisa melihat warna dihadapan Jeno yang juga bernotabene teman sekelasmu.

Tapi hari ini, kau harus berangkat, karena ada ulangan harian fisika yang gurunya tak memperbolehkan susulan kecuali sakit keras, menyebalkan.

Kau berangkat lebih dulu daripada Jeno untuk mengingat-ingat warna warna disekitar sekolah terutama dikelasmu, barangkali saja kau akan dihadapkan pertanyaan seperti itu.

"Eem, banner yang hari kamis dipasang warna kuning...laluㅡ"

"Hey bub!"

Kau hampir terlempar dari kursimu karena Jeno tiba-tiba duduk disebelahmu, kau buru-buru menghentikan acara menghapalmu.

"Oh, hi, Jen!" sapamu balik.

"Oh iya, nih! Since you didn't come yesterday," ujarnya seraya merogoh tas hitamnya lalu mengeluarkan buku catatan.

"Aah iyaa, makasih ya, Jen. Bukuku akhirnya balik juga." jawabmu menerima buku itu dari Jeno.

Jeno melihat kearahmu kebingungan, ia mengerutkan alisnya lalu memiringkan kepalanya. "Tapi, itu bukuku?" ujarnya.

Kau terdiam, baru ingat kalian berdua mempunyai matching notebooks.
"Punyamu 'kan warna biru? itu merah."

"e, eh?"

"a, anu jen,"

Jeno menautkan alisnya, menunggu jawabanmu.
"A, aku salah lihat tadi, kukira aku lihat warna biru, sorry ya, masih blank kayaknya,"

Kamu berbohong, tentu saja.
"Ahahah kamu nih, lucu, aku nyatet semua materi kemarin buat kamu," ujar Jeno seraya terkekeh.

Kamu menghela napas lega. "Anyways, thank you. nanti kucatat dirumah."

"Ya udah, aku ke depan, ya?" ucapnya lalu berjalan menuju pintu keluar kelas untuk bertemu teman-temannya.

Kau hampir merasa jantungmu berhenti saat kau mengira buku merah Jeno adalah milikmu yang biru, hampir saja ketahuan.

"Sialan, mau sampai kapan aku pura-pura?" keluhmu memukul kepalamu pelan.

Kau tau kau harus segera mengatakan yang sebenarnya pada Jeno, kau hanya belum siap menerima bahwa nantinya kalian harus berpisahㅡkarena perasaanmu pada Jeno hilang.

🌻🌻🌻

Kau jadi lebih pendiam dan aneh menurut Jeno, sebenarnya memang iya, kau berusaha untuk tak terlihat buta warna dihadapan Jeno dan teman-teman dengan cara menghindari mereka, tapi malah membuat Jeno curiga.

Kamu sering keliru menyebut warna, kamu sering melamun saat pelajaran, bahkan sering absen sekolah.

"Kamu udah ngerjain pr Pak Shindong belum?" tanya Jeno, duduk disebelahmu.

"Belum Jen. Ee, aku keluar dulu ya." jawabmu, berusaha menghindari jeno.

"Ck, tunggu! Kayaknya kita perlu ngomong tentang sesuatu." ujar Jeno menarik lengan baju seragam milikmu.

Lagi-lagi kamu berwajah panik. "Tentang apa?" tanyamu.

Jeno menunduk, lalu menghela napas. "Nggak disini, nanti pulang sekolah kuajak kamu ke suatu tempat."

Kamu mengangguk gugup. "Oke." kamu sudah terlalu banyak memberi alasan jika diajak keluar olehnya, sampai kau kadang harus berpikir harus beralasan apa lagi.

Café ini, tempat pertama kali kau bisa melihat warna, tempat dimana kau bersorak sorak tentang warna kopi dan blueberry cheesecake di mejamu yang indah pada Jeno.
dan Jeno tertawa senang, Jeno telah melihat warna.

Jeno masih diam menunduk di kursinya, berusaha berpikir bagaimana cara menanyakannya padamu, ia takut.

"Jen? You alrighㅡ"

"Listen to me."

Kau terkejut dengan nada bicara Jeno yang sangat serius, matanya pun sangat serius menatap lurus kearah manikmu.

"If..."

"...If 'i love you' was a promise, would you break it if you're honest?"

Jeno berusaha meraih tanganmu, dan saat ia menggenggamnya, kau jelas bisa merasakan tangannya yang dingin dan bergetar.

"A, akuㅡ"

Jeno takut, Jeno sangat takut. Ia memberanikan sekali lagi menatap matamu, dan mengatakan:
"Please, be honest, just for this last time."

Hatimu merasakan sakit saat melihat wajah Jeno yang berusaha keras menahan rasa sedih, takut, dihadapanmu.
"Jenㅡ"

"Do you really see colors?" tanya Jeno, mengeratkan genggaman pada tanganmu yang ikut mendingin.

Kamu menunduk, hampir menangis.
"J-jen,"

"I guessㅡ"






"It's gone."

full credit to brownteddyhyuck aku buat ini habis lihat video tiktoknyaaa 🥺💗
sorry kalo flop ueue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro