1. ANAK PANAH 3/3
Catatan Penulis: mulmed adalah diagram keterangan, semoga membantu hehe. Selamat menikmati!
***
BANYAK wajah-wajah familier di garis tunggu—wajah-wajah yang hanya pernah Abi lihat di YouTube saat mencari video-video turnamen panahan internasional—dan Abi harus menahan napas selama dua detik hanya untuk meyakinkan dirinya bahwa dia bisa minimal mengenai bantalan target di hadapannya. Siapa pun itu lawannya.
Tidak seperti saat lomba, peserta bebas memilih targetface—lembaran target yang bergambar beberapa lapis lingkaran-dalam-lingkaran—sendiri saat practice day. Saat lomba, posisi mereka telah ditentukan. Saat latihan, mereka bebas bergiliran. Abi merasa bahwa itu mungkin menjelaskan panjangnya barisan pemanah di garis tunggu yang berdiri menatap target atau mulai mengikat tali sling ke jempol dan telunjuk mereka.
Dalam memanah, supaya badan busur tidak terbelokkan, seorang pemanah biasanya terlatih untuk tidak menggenggam busur mereka. Akibatnya, setelah ditembakkan, busur mereka berisiko jatuh karena sentakannya. Biasanya para pemanah mengenakan seutas tali pendek yang disebut sling untuk mengunci busur mereka di tempat. Sebagian besar mengenakan sling di antara telunjuk dan jempol, jadi mereka tidak perlu menggenggam grip busur dan bisa tinggal melingkarkan jari mereka dengan lemas. Abi mengenakan sling di pergelangan, yang terhubung langsung ke grip busurnya.
"Gimana?" tanya Kara yang mendadak muncul di belakang Abi. Abi melepaskan napasnya perlahan. "Abi siap?"
"Ini cuma practice, kok," jawab Abi, berusaha menenangkan diri. "Sebantalan gue siapa aja nih?"
"Hmm," gumam Kara sambil melihat ke sekeliling. "Itu Romain Peinau dari Perancis 'kan ya? Kayanya dia bakal nembak di 9C sini. Abi nembak di 9B, 'kan?"
Dalam kualifikasi untuk kategori busur compound, karena targetface mereka yang kecil—dengan ring terluar hanya berdiameter delapan puluh sentimeter—tidak jarang, ada tiga targetface yang diletakkan di satu bantalan target. Karena bentuk bantalan target yang persegi, biasanya peletakan targetface-nya adalah di kiri bawah, tengah atas, dan kanan bawah. Jika bantalannya agak besar, terkadang dipasang empat targetface; tapi karena posisinya jadi tidak berjajar, yang berarti kemungkinan akan mempersulit para pemanah yang posisinya berdiri berjajar semuanya, ini jarang dilakukan. Dari kiri ke kanan, urutannya adalah targetface A, B, dan C.
Yang berarti Abi akan menembak ke targetface tengah, sementara Romain akan menembak di kanannya. Abi mengangguk.
"Iya. Okelah. Makasih, Ra."
Entah kebetulan dari mana, yang ternyata menembak di bantalan target yang sama, di targetface A, adalah Cory, yang cuma nyengir kecil melihat Abi. Abi tersenyum balik saat bel berbunyi dua kali, memberi tanda bagi para pemanah di garis tunggu untuk maju ke garis tembak dan menyiapkan anak panah pertama mereka. Venue nyaris langsung menjadi sepi tanpa suara sementara para pemanah akhirnya memasuki garis tembak dan mulai memasang anak panah pertama mereka ke busur masing-masing.
Abi memeriksa ekor anak panahnya—anak panah nomer 4. Biasanya mendarat di arah jam 2 lingkaran targetface, di ring dalam. Jam 2 ... berarti Abi harus mengarahkan tembakannya agak ke bawah, ke arah sebaliknya, sekitar arah jam 7, supaya anak panahnya bisa mendarat persis di tengah targetface.
Enam, tujuh, delapan ....
Para pemanah punya sepuluh detik dari sinyal pertama hingga sinyal kedua, dan setiap pemanah punya gaya mereka masing-masing. Ada yang segera mengisi anak panahnya, baru mengatur napas. Ada yang mengatur napasnya dulu. Ada yang segera mengisi dan melakukan visualisasi target. Abi adalah jenis yang segera mengisi anak panahnya dan baru bernapas, tetapi kali ini, dia sedang lupa caranya bernapas.
Di garis tembak, semua pemanah berdiri menyamping, sehingga posisi Abi saat ini adalah membelakangi Cory. Entah mengapa, rasanya seakan Cory di belakang punggung Abi memperhatikan setiap gelagatnya. Tentu, Abi tahu bahwa itu mustahil—saat mulai memanah, fokus seorang pemanah akan tercurah sepenuhnya hanya pada busur di tangan dan target di depan, dan Cory sudah berpengalaman bertanding di kancah internasional. Ia tidak mungkin sebegitu sulitnya berfokus hingga memperhatikan gelagat Abi. Namun tetap saja Abi jadi harus menggelengkan kepala dulu hanya untuk menjaga fokus.
Sembilan, sepuluh.
Bel dibunyikan lagi sekali, dan para pemanah mulai menembak.
Abi tahu bahwa dia punya empat menit untuk menembakkan enam anak panah, tetapi keterlambatannya mengatur mental merugikannya sekitar lima detik. Abi merasakan gerakan dari belakangnya, yang mungkin berarti Cory sudah bergerak menarik busur. Romain sudah menarik busurnya juga dan sedang mengarahkan tembakan. Abi harus segera menutup kerugian waktunya, tetapi usahanya mengendalikan napas dan detak jantung langsung buyar begitu bunyi anak panah pertama terlontar memelecut udara.
Segera setelahnya, anak-anak panah dari atlet lain menyusul. Untuk menarik tali busur compound, pemanahnya biasanya menggunakan alat bernama release aid yang berbentuk seperti sebuah gagang dengan tambahan kait atau jepitan. Beberapa release aid didesain dengan pelatuk, jadi penggunanya tinggal menekan pelatuknya saja untuk melepas anak panah. Namun Abi menggunakan jenis release aid yang menggunaan sanggaan mekanik, sehingga kaitnya baru akan lepas hanya setelah Abi menarik busurnya dengan panjang tarikan dan postur yang tepat. Ini memang membuat anak panahnya jadi lepas dengan mendadak, dan seringnya dengan mengejutkan, tapi paling tidak form dan tembakan Abi jadi lebih konsisten—dan konsistensi adalah kunci dalam target archery.
Saat anak panah pertama Romain terbang, Abi baru saja menyangkutkan kait release aid ke loop-nya—seutas tali kecil di tali busur tempat mengaitkan release aid—dan mulai menarik busurnya, merasakan berat tarikannya meningkat menuju maksimum di lima sentimeter pertama tarikannya, mempertahankan beban tarikan itu hingga ujung, hingga akhirnya beban tarikan itu berkurang drastis mendekati tarikan penuh, disambut dengan hentakan lembut ke the wall—tali busurnya tidak bisa ditarik lebih jauh lagi dari itu. Beban tahan yang kecil—keuntungan mekanis khas busur compound, berkat kedua katrol di ujung lengan busurnya dan sedikit prinsip jungkat-jungkit. Jadi Abi mendekatkan tangannya ke wajahnya, menyentuhkan tali busur ke ujung hidung dan pojok bibir, bersamaan dengan buku-buku jarinya ke pipinya di tempat-tempat yang dia hafal persis.
Anchor points—titik jangkar, tempat-tempat di wajah dan tangan yang harus selalu bersentuhan setiap busur mencapai tarikan penuh, supaya tembakan satu dan lainnya sama dan konsisten.
Merasakan anchor points-nya sudah nyaman di tempat, Abi perlahan—sangat perlahan—menarik napas, hanya supaya lengannya tidak menjadi lemas. Pusat fisirnya—jendela mini berlensa kecil yang digunakan untuk membidik—sudah terposisikan dengan sempurna di tengah targetface, persis di atas ring paling kecil, dan lengannya nyaris tidak bergetar sama sekali. Beban tambahan dari stabilizer-nya menjaga lengannya dari berkedut.
Lalu dia menunggu. Semuanya tampak sempurna ....
Klik.
SET!
Dan release aid Abi mendadak melepaskan tali busurnya. Anak panah Abi nyaris tidak bersuara saat melesat pergi, dan Abi membiarkan busurnya jatuh dari telapaknya tanpa ditahan—sling-nya otomatis bekerja dan menahan busur itu ke pergelangan Abi.
Tetapi begitu bunyi dub lembut anak panahnya menembus bantalan target menyeberangi lapangan itu, mendadak Abi teringat kesalahannya: dia seharusnya mengarahkan tembakannya ke arah jam 7 di ring dalam. Tembakannya jatuh di ring kuning luar, yang berarti dia mendapatkan skor 9. Abi mengerang dalam hati dan melakukan kesalahan pertamanya—dia melihat ke targetface di sekitarnya.
Tembakan Romain dan Cory keduanya masuk di ring kuning dalam, ring paling tengah, berskor 10. Tembakan Cory bahkan masuk ke ring paling tengah yang cuma berdiameter sebesar koin di dalam ring 10—ring X.
Otomatis, Abi melirik ke targetface pemanah lain. Sebagian besar mendapatkan skor 10 di tembakan pertamanya. Seorang atlet lima targetface di kiri Abi mendapatkan 9. Seorang lagi atlet di kanan jauh Abi mendapatkan skor 9 karena anak panahnya masih mendarat di garis batas ring 9. Sisanya semua mendapatkan 10, bahkan walaupun cuma di garis.
Yang berarti, tembakan pertama Abi termasuk tiga skor terendah.
Abi mengerutkan dahi. Anak panah kedua Romain baru saja mendarat dan mendapat skor 10 lagi. Cory masih mengarahkan anak panah keduanya, dan Abi baru sadar bahwa dia nyaris kecolongan beberapa detik lagi. Empat menit untuk menembak itu termasuk waktu untuk memasang anak panah, menarik, membidik, dan—dalam kasus Abi dan banyak pemanah lainnya—menunggu hingga release aid-nya lepas. Semakin lama yang Abi habiskan tanpa melakukan apa pun, semakin banyak waktu menembak yang terbuang sia-sia.
Jadi dia segera meletakkan anak panah kedua, melegakan napasnya, dan menarik busurnya.
Anchor point.
Bidik ....
Saat fisirnya sudah bertemu targetlah baru Abi sadar bahwa dia lupa memeriksa nomer anak panahnya.
Yang berarti dia tidak akan bisa menebak ke mana larinya anak panahnya nanti.
Yang berarti dia tinggal bisa berharap anak panahnya terbang lurus.
Fisir lo tadi udah bener, kok.
Ntar palingan—
Klik.
SET!
Release aid Abi lepas sebelum dia siap, dan dia terlambat sadar bahwa pikirannya gagal bertahan di arena.
Dub.
Anak panahnya mendarat di ring 8.
Abi menarik napas berat. 9 dan 8 ... berarti skor totalnya dua anak panah ini 17. Cory dan Romain keduanya mendapat skor sempurna 20, Cory bahkan dengan satu X. Abi sudah kecolongan 3 poin, dan ini baru dua anak panah. Berarti sekarang dia tidak boleh lupa untuk memeriksa nomer anak panah, tidak boleh lupa untuk mengatur napas, tidak boleh hilang fokus—
"Bi, Abi kenapa?" tanya Kara kecil dari belakang Abi, melemparkan tatapan prihatin pada sahabatnya. "Kok tembakannya oleng?"
Abi mengerang gusar. "Iya, gue sadar kok, makasih."
Kara memberi Abi tatapan ganjil, lalu mengangkat bahu dan mundur lagi dari garis tunggu. Abi memutuskan untuk kembali memulai rutin menembaknya, kali ini tanpa lupa untuk memeriksa nomer anak panahnya dulu. Atlet panahan sering menomeri anak panah mereka supaya mereka bisa membedakan antara satu dan lainnya—biasanya untuk mempermudah mereka mengingat ke arah mana saja anak-anak panah itu cenderung mendarat selama mereka latihan, jadi saat berlomba, mereka bisa menembak dengan lancar dan akurat tanpa perlu mengubah pengaturan fisir mereka.
Beberapa pemanah, seperti Kara misalnya, bahkan tidak cuma menomeri anak panah mereka—mereka memberi nama tiap-tiap anak panah mereka. Entah apa yang mereka pikirkan.
Pada akhirnya, empat menit waktu mereka menembak habis, bersamaan dengan mendaratnya anak panah terakhir oleh seorang atlet pria Perancis. Bel dibunyikan tiga kali, dan para pemanah yang masih di garis tembak mundur kembali dari garis tembak ke garis tunggu, meletakkan busur mereka di tanah dan menghela napas sambil membersihkan pikiran mereka dari sisa fokus tajam mereka ke targetface masing-masing. Kara menyempatkan diri meninju punggung Abi.
"Ow!" protes Abi. "Kenapa dah?"
"Abi judes banget, sih!" protes Kara kembali. "Kara 'kan cuma nanya tadi!"
Abi memutar bola mata. "Ya udah sih, terus gue harus gimana?"
"Jawab aja lah, susah banget!"
"Lo yakin mau ngobrol pas gue di garis tembak?"
"Ini 'kan masih practice day, belom lomba!"
"Ampe Pak Karno tau, lo mau tanggung jawab?"
Kara sepertinya benar-benar berang dan hendak melemparkan jawaban lagi, dan Abi baru saja memutuskan bahwa di samping tembakan-tembakannya yang sangat jelek pagi ini, dia tidak membutuhkan omelan dari temannya; tetapi kemudian mereka sadar bahwa atlet lainnya sudah berjalan menyeberangi lapangan ke bantalan target masing-masing untuk mencabut anak-anak panah mereka. Jadi Kara kembali menelan semua kata-katanya dan berbalik kembali pada timnya yang menanti di belakang. Abi mengangkat bahu dan berjalan cepat menyusul para atlet lainnya.
Dugaan Abi benar—tembakannya berantakan. Cory mendaratkan satu anak panah di ring X, empat di ring 10, dan satu di ring 9 ... yang berarti total skornya untuk rambahan ini adalah 59 dengan satu X. Maksimal skor yang bisa didapatkan oleh seorang pemanah dalam satu rambahan—satu giliran menembakkan sejumlah anak panah sebelum mengambilnya kembali untuk giliran berikutnya—dengan aturan ini adalah 60, karena skor maksimalnya adalah 10 dan anak panah yang ditembakkan ada enam.
Romain mendapatkan tiga 10, dua 9, dan satu 8, yang berarti total skornya adalah 56. Skor yang kurang menyilaukan untuk kategori compound putra, karena standar skor non-verbal bagi para pemanah di kategori compound putra, tidak kalang menanggung lagi, adalah skor sempurna 60 poin. Sementara itu, Abi ....
Satu 10, empat 9, dan satu 8. Total skornya 54. Abi menghela napas berat sambil mulai menggenggam anak panahnya dengan puller—secuil karet kesat yang digunakan untuk mengurangi risiko mematahkan anak panah saat menariknya keluar dari bantalan target—karena mengesampingkan fakta bahwa skor itu sangat tidak memadai untuk standar non-verbal kategori compound putra, skor itu bahkan tidak cukup untuk menandingi Romain dan Cory. Cory tersenyum ramah lagi kepada Abi seusai menarik semua anak panahnya, dan Abi berusaha sebisanya untuk tetap bisa tersenyum balik. Romain tidak tampak peduli, tetapi toh pemanah Perancis yang satu ini sering dijuluki Tuan Wajah Batu.
Abi memejamkan mata saat berjalan kembali ke garis tunggu. Dia mungkin masih akan berlatih dua rambahan lagi.
Mungkin.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro