Seminggu kemudian, Kiran sudah masuk sekolah seperti biasa. Walaupun dia nggak boleh stres sih. Tapi dia bilang nggak mau nyusul terlalu banyak. Apalagi kalau nyusulnya sendiri.

Devon juga dengan santai sering ke kelas Kiran saat jamkos.

Seperti saat ini. Saat dikelas Devon jamkos dan di kelas Kiran ada guru matematika. Pelajaran killer dengan guru yang juga killer.

"Pstt..!" bisik Devon disamping jendela kelas Kiran. Berhubung Kiran duduk di samping jendela.

Kiran membulatkan matanya, kaget. Dan mengisyaratkan agar Devon segera pergi dari sana. Devon hanya menggeleng sambil tersenyum menggoda.

"Kamu ngapain murid saya?!" tiba-tiba terjadi pukulan pelan di bokong Devon. Membuatnya menoleh cepat.

"Mampus gue," umpat Devon dalam hati. Kini, guru matematika killer yang dimaksud tadi sudah berada tepat di belakang Devon.

"Lah saya kan juga murid bapak," ujar Devon tanpa sadar. Membuat mata pak Asto--si guru killer-- membulat sempurna.

"Berani kamu ya! Saya tau nama kamu Devon kan?! SAYA CATAT KAMU DI NOTE SAYA!" omel pak Asto kepada Devon. Sampai hujan lokal.

"Iyain deh pak. Udah ah, saya balik aja. Daripada kebanjiran ntar saya. Permisi pak," pamit Devon sambil menyalami tangan pak Asto pelan dan meninggalkannya dengan cepat.

Sesaat pak Asto berpikir."MAKSUD KAMU KEBANJIRAN AIR LIUR SAYA YA?!" teriaknya memenuhi koridor kelas 11.

Devon terkekeh.

Devon : Kir, nanti istirahat pertama langsung ke taman belakang ya

Kiran yang membaca pesan itu hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.

-0-