Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🍃第六章

Ancaman besar menghantui mereka. Sepertinya Kibutsuji Muzan bersikeras mengincar Demon Slayer. Kini lowermoon yang diutus tengah meledek kinoe, nampaknya mereka tidak berani melawan.

Selain menimilkan dampak, mereka berjuang memindahkan warga sekitar evakuasi ke tempat aman yang dijaga Urokodaki-- Mantan pillar air. Ubuyashiki sendiri sibuk menenangkan para anak kecil padahal dialah yang ditargetkan. Namun pertahanan mereka tidak boleh diabaikan.

Trio Kamaboko Squad kesulitan mengejar lowermoon. Mahkluk berdosa itu menguat seiring ratusan tahun Muzan menduduki takhta rantai makanan. Keringat membasuh, lelah membebani, mereka di ambang batas pingsan. "Kapan pillar ke sini?" ricuh Zenitsu tidak tahan.

Kuku runcing lowermoon menajam, lalu dada Genya tercakar mengucurkan darah. "Dasar!" Zenitsu yang geram mencoba menyerang. Kuda-kuda pernapasan petir pun menembus udara dilengkapi kilatan kuning menyambar sisi aspal hingga retak yang dihentikan rintihan sakit lelaki bermohawk.

DI satu sisi, Tanjirou terpukau oleh Kanao yang tersinari cahaya malam. Kasmaran mengambil alih Tanjirou alih-alih fokus bertempur. Adik angkat Shinobu-- Kanao Tsuyuri hampir ambruk dipukul lowermoon, lalu Tanjirou menariknya ke tempat aman, yaitu belakang barisan.

Situasi romantis barusan mengejutkan Inosuke. "Oi, pacarannya bisa lain kali!" Yang diikuti keirian Zenitsu. "Selamatkan si bocah metal!"

"Namanya Genya, babi idiot!" umpat Zenitsu kesal.

Kembali ke peperangan menegangkan, semuanya berdoa tidak seorang pun ditumbalkan demi memenangkan ini. Walau iba, mereka takut menghadapi lowermoon. Pertama, bagaimana menyalamatkan Genya?

Ledekan iblis bertambah menyebalkan. "Kenapa? Ayo bunuh, atau jangan-jangan... kalian pengecut?" Tubuh Genya diangkat seringan kapas, diayunkan, lalu dicekik sekuat tenaga. "Kalau gitu biar aku!" Kaki lowermoon melangkah menuju Tanjirou sedangkan Genya dilempar seolah sampah tidak berguna.

Tebasan selebar bahu tiba-tiba menggores musuh. Nichirin Inosuke lah pelakunya. Denan ujung bergerigi mampu menyobek daging, luka iblis berpangkat rendah itu sembuh sekian detik. Salah satu tiang besi lampu terpotong, rubuh di atas bebatuan, dan mereka serempak berbalik begitu figur beberapa orang menyembul di balik asap mengepul.

Sederet pillar berpose gagah. "Apa kalian baik-baik saja?" tanya Giyuu sedatar papan cuci. Sehelai haori tersangkut di bahu masing-masing seperti masa era Taisho dimana [Name] hidup sebelum reinkarnasi.

Kaburamaru mendesis mirip Iguro yang melirik tajam. Tasbih di pergelangan Gyomei Himejima berbunyi diselingi lirihan tidak jelas. "Maafkan kami terlalu lama," sambut Kanae sedih, "kurasa kalian bisa istirahat. Tenanglah." Yang diangguki penggemar keelokan si Uzui.

Jubah kobaran api Rengoku berkibar tertiup angin. "Serahkan ke kami!"

"..." Tokitou memilih diam.

Sanemi yang bungkam memerhatikan langsung berseru. "... Genya?... Genya!" panik Sanemi tidak menyangka adiknya terbaring sekarat menunggu aja. Belum sempat menghampiri, serbuan melukai lengan. "Sialan!" Umpatan menyiratkan kemarahan.

Mental Sanemi terguncang emosi. Kesialannya menumpuk saat seseorang familiar menghampiri. Gadis remaja pasukan kinoe melewati pillar. "Hei!" Ternyata ia tetap mengikuti jejak Sanemi. Zaman mana pun ia hidup, ia masihlah keras kepala.

"Ngapain dia? Ganggu," ketus Tokitou pusing diributkan keberadaan [Name].

Terdengar helaan napas Iguro. "Kayaknya dia gak kapok mati."

"Berisik! Seenaknya ngatain dia, cuman aku yang boleh!"

Kaget bukan main, Uzui melirik Sanemi. "Oho, akhirnya ada yang jatuh cinta, guys." Lelaki beristri tiga itu cekikikan. "Bisa-bisanya kalian bercanda di situasi genting."

Pertarungan mulai selama Genya mencari cara kabur. Bahkan [Name] merinding. Namun ia berniat mengalahkan lowermoon. "Duh, bener gak, ya jurusku?" batin [Name] sweatdrop.

Tapak per tapak Rengoku berjalan menerjang. Hantaman api menyilang, dan Himejima meluncurkan serangan hebat yang diselidiki [Name] penuh kekaguman. Terpaksa iblis melancarkan art blood demon, mengecoh mereka. Apa daya [Name] ahli mematahkan kekuatan lawan.

Nichirin [Name] menyerbakkan biru terang. Tulisan Dusana pedang panjangnya berkilau, lalu dalam gerakan [Breathing Style] entah siapa terlebih dahulu berdiri membelakanginya. Wangi maskulin tercium hidung [Name]. Semilir berhembus kencang menerbangkan surainya. Begitu pula ia melihat pungung tegap yang dikenalnya.

Pastinya Shinazugawa Sanemi. "Kau pikir aku rela? Kau mungkin kehilangan nyawa lagi. Lebih baik aku yang mati." Semuanya terbelalak, meneriakkan nama Sanemi yang bodohnya berbuat sia-sia.

Waktu seolah berhenti. Mereka berdua sepasang kekasih tidak peduli teriakan, malah saling menatap saat Sanemi menoleh ke arahnya. Seperti di bawah kelopak sakura mereka menyatakan cinta, ia menyebut,

"Nemi!"

Airmata [Name] menyusuri pipi.

"Pftt-- Aku kangen kau memanggilku Nemi."

Tiada rona, semburat, malu, melainkan senyuman. Tidak, bukanlah senyuman bahagia karena [Name] tahu. Sanemi akan meninggalkannya.

Firasat buruk mengelilinginya. Ia tidak merasa sanggup menahan perih. Sanemi pun jatuh terkena serangan.

Tenggorokan [Name] memanas. "Nemi!" Samar-samar teriakannya menghilang. Walau belum tentu Sanemi tewas, memangnya [Name] ingin menunggu reinkarnasi delapan puluh tahun.

Tuhan menguji mereka lagi. Pertanyaan melekat di pikiran [Name]. "Apakah aku berdosa?" Atas segala sesuatu yang tidak ia sadari. "Apakah aku gak pantas?" Menyimpan rasa untuk kekasih-- Shinazugawa Sanemi.

Jangankan menangis, ia hanya memaksa Sanemi saking syoknya. Sakit tidak tertahankan memukul perasaannya. "Kau... kau yang menyebabkan..." sesal [Name] memicing pada sosok iblis yang masih sehat bugar setelah beraninya melukai Sanemi.

Aura [Name] menggelap. Ia kemudian menyuruh pillar mundur memastikan keadaan Sanemi. Tangannya memutarkan nichirin tipis. Dengan tenaga [Name] mungkin akan hancur.

"Tung-- JANGAN!" peringat Rengoku mencegah.

Tekad kuatnya menghalau Rengoku. Justru ia semakin nekat dilanjuti sahutan para pillar untuk berhenti. Genggaman [Name] mengencang. "[Breath Style]." Biru terang membutakan mereka.

Para saksi pun menutup mata. "Astaga!" Terlontarlah lirihan Tokitou mengerjap, tidak menyangka ia sungguh memotong leher target. Bahkan terbakar menjadi abu dalam hitungan detik.

Sekilas Sanemi tersenyum bangga. Sebuah reaksi bahwa [Name] melakukan yang terbaik. Kemenangan [Name] rebut.

Zenitsu membopong Genya dibantu Inosuke. Adik bermarga Shinazugawa itu menangis tersedu-sedu menyaksikan Sanemi terluka. "Jangan cemaskan dia, ya?" hibur [Name] mengelus kepala. Anehnya, jemarinya tidak tepat menyentuh Genya.

"[Name]!" Shinobu bersama Mitsuri mengeceknya. "Kau gak-- Kyaa!" Mitsuri berteriak kaget.

Giyuu dengan santai bertanya, "Kenapa?"

"Dia..."

Jepang kehilangan satu pejuang, peluang, [Name] [Fullname]. Karena serangannya sendiri, ia buta penglihatan. Tidak pernah terbayang begini akhirnya.

- To Be Continue-
.
.
.

🍃Author's Note🍃

Yak jadi kasian ama [Name]. Tapi jujur aja, ternyata aku emang gak cocok bikin cerita sedih... kayaknya aku harus belajar lebih banyak, dan baca angst. Semoga aja Sanemi gak beneran mati, soalnya kasian kalian para [Name] :")

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro