Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 9: Latihan

Secepat kilat Ryoko melompat ke langit dan membuat bola api di tangannya. Dia menembakkan api itu ke arah Fosh.

Fosh ketakutan, dia memilih untuk menangkis setiap serangan Ryoko dan menghindari kontak fisik. Namun, Ryoko terus mengejarnya, karena perbedaan kekuatan yang terlalu jauh Ryoko dengan mudahnya mengejar Fosh, sejauh apapun dia pergi.

"Ayo Fosh! Kau harus berlatih bersamaku! Hahaha!" Ryoko memprovokasi ditengah pengejarannya.

Namun, tak ada jawaban dari Fosh. Kuharap dia sedang memikirkan cara untuk mengalahkan Ryoko, tidak, lebih tepatnya cara untuk menghadapi Ryoko.

Sebelum pertarung, aku sudah berbicara dengan Ryoko melalui telepati-monster yang menjalin kontrak, bisa bertelepati dengan tuannya- untuk tak terlalu serius dalam menghadapi Fosh.

Sejauh ini, semuanya masih terkendali. Ryoko terus menyerang dengan sihir dasar dan Fosh selalu menangkisnya. Kuharap Fosh bisa terbiasa menghadapi serangan serupa.

Sampai tiba-tiba Fosh berhenti dan secara cepat berbalik dan mengayunkan sabitnya ke arah Ryoko. Untungnya Ryoko bisa menangkis serangan dadakan itu dengan perisai sihir miliknya.

"Itu bagus, Fosh. Aku akan sedikit menaikkan tingkat sihirnya, jadi bersiaplah." Ryoko memberitahu.

Fosh tampak tak menggubris, dia lebih memilih untuk menjauh dengan wajah yang kesal.

Sekarang bola api Ryoko berubah menjadi biru. Sepengetahuanku, untuk merubah api itu menjadi biru, diperlukan banyak MP sampai sang penggunanya akan kesulitan bergerak, tetapi itu tak berlaku bagi Ryoko. Dia mengaktifkan sihir tingkat tinggi itu dan tampak tak berpengaruh apa-apa terhadapnya.

Ryoko mulai melempar api itu ke Fosh, namun saat Fosh menangkisnya, apinya itu tidak padam melainkan secara perlahan melahap habis sabit Fosh. Tanpa pikir panjang Fosh membuang sembarang sabit itu dan memaksimalkan lajunya.

"Kau mau terus begini?!" Ryoko sudah bosan dengan keadaannya dan dia tiba-tiba menghilang dan muncul secara cepat di depan Fosh, kemudian menghajar wajahnya. Fosh terpental jauh dan menabrak tumpukan batu kecil.

Oi, tidakkah itu terlalu keterlaluan? tanyaku pada Ryoko.

Habisnya, dia tak pernah mau mendengar provokasiku, tuan.

Baru saja aku mau bergerak ke tempat Fosh, dia tiba-tiba berdiri secara perlahan dan menciptakan sabit yang baru lagi. Kali ini tatapannya benar-benar tajam dan mulutnya sedikit berdarah karena tonjokan Ryoko barusan.

"Maju," katanya cepat, dan seketika itu juga dia melompat secepat kilat dan menyerang Ryoko dengan kecepatan yang tak bisa dilihat.

Namun, dalam pertarungan tempo cepat seperti itu pun, Ryoko masih sangat unggul. Dia menangkis semua serangan Fosh dan berhasil memukul mundur Fosh.

Namun seolah tak merasakan apapun, Fosh maju dan kembali menyerang.

[Manusia, gunakan Search, Greater Demon itu mulai bergerak di tempatnya.]

Apa?! Secepatnya aku mengaktifkan Search dan benar saja, Demon itu berjalan ke arah ... kami? Oi, jangan bilang kalau dia tau keberadaan kami.

Alter, berapa lama untuknya sampai ke tempat ini?

[Dalam satu hari penuh.]

Sial! Wakut sesingkat itu tak mungkin bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki Fosh. Aku harus bagaimana? Apa aku harus menghambatnya?

[Jangan, biarkan saja dia datang ke sini. Kau harus percaya pada bawahanmu, manusia. Meski mereka memang ditakdirkan kalah, biarkan itu menjadi pelajaran bagi mereka.]

Cih! Itu benar-benar bukan sifatku, Alter, makhluk tua!

[Apa kau bilang barusan?! Huh, sudahlah. Jadi apa yang akan kau pilih sekarang? Menghambatnya datang dan memberi Fosh waktu, atau membiarkannya datang dan biarkan Fosh mengetahui potensi dirinya yang sebenarnya.]

Dua hal itu adalah pilihan yang sulit! Bagaimana ... huh, baiklah, aku memilih untuk membiarkan datang. Setelah kupikir-pikir, seseorang akan berusaha mati-matian saat keadaannya mendesak, bukan?

"Kalian hentikan!" kataku tiba-tiba. Keduanya sontak berhenti dan menatapku secara bersamaan. Wajah mereka mengkerut, penuh tanda tanya.

"Kemarilah," tambahku.

Sontak keduanya langsung berpindah dengan cepat ke hadapanku. Entah sejak kapan wajah serius Fosh hilang dan kembali seperti biasa.

"Ada apa, tuan?"

"Apa kami melakukan kesalahan?" tambah Fosh.

Aku menggeleng. "Ah, bukan-bukan. Jadi seperti ini. Ehem." Aku mengambil napas panjang dan kemudian memasang wajah serius. "Greater Demon itu menuju ke arah kita, sepertinya sihir pencariku ketahuan olehnya. Berita bagusnya, dia mau meladeniku. Alhasil, dia akan sampai ke sini dalam satu hari, kita juga tak perlu repot-repot untuk turun ke lantai sebelumnya. Maka dari itu, tolong jaga staminamu, Fosh. Aku bukannya tak percaya padamu, tapi-"

"Tuan, tenanglah. Aku sudah lebih mengerti sekarang." Fosh berusaha menenangkanku

Oh benarkah? Syukurlah jika kau mengerti alurnya, Fosh. Jujur saja aku benar-benar khawatir, tau!

"Baiklah jika begitu, mari kita beristirahat. Oh iya, terima kasih Ryoko atas latihannya."

"Sama-sama, tuan," balas Ryoko berbangga diri. "Cukup katakan saja apa yang sekiranya tuan butuhkan, maka akan aku lakukan."

Eh? Tapi ya sudahlah. "Ah, iya. Mari."

Setelah semua itu, kami pun berisitirahat, memulihkan tenaga yang terkuras habis untuk hari ini. Benar-benar melelahkan.

Mulai dari menaklukkan Ryoko sampai dia menjalin kontrak dengannya. Sampai itu pun sebenarnya aku sudah sangat lelah. Entah kenapa, rasa malas semasa aku hidup dulu masih menempel di otakku.

Kami berada di gua saat aku pertama kali terbangun karena berevolusi. Seperti biasa, Fosh tertidur dengan punggung yang menempel ke dinding Labirin. Sedangkan Ryoko, dia tidur seperti manusia pada umumnya, hanya saja sayapnya itu seperti mengganggu. Memangnya tidak bisa dihilangkan?

Secara perlahan, rasa kantuk menyerangku. Begitu aku menutup mata, suasana di sekitarku berubah. Aku sudah bisa menebak ini dimana.

"Selamat datang kembali, manusia." Seorang pak tua dengan senyum tipisnya menyapaku.

Aku perlahan membuka mata, ah melihat diri sendiri lagi. Ini persis seperti sedang berkaca di depan cermin.

"Ada apa, pak tua? Apa aku memang selalu dipanggil ke sini saat sedang tertidur?" tanyaku malas. Rasanya tidak ada kedamaian jika aku berpindah seperti ini terus.

"Tenanglah, aku akan membahas sesuatu yang menarik bagimu."

Aku perlahan berdiri dan mendekat ke arahnya. "Menarik? Apa hal menarik itu di tempat gelap gulita ini? Apa ada semacam festival?"

Aku hanya bergurau, karena malas.

"Festival?" ulang Alter, "maksudmu pertarungan sengit Lesser Demon vs Greater Demon itu?" lanjutnya.

"Pertarungan sengit? Oi Alter, jangan bilang kau bisa memprediksi masa depan ya!" Aku membuka mataku lebar.

Dia melirikku dengan gerakan mata. "Jika memang benar begitu, apa kau keberatan?"

Ini benar-benar sinting...

"Tidak, tapi itu adalah hal bodoh, haha!" Aku tertawa lebar.

Alter itu menghadap ke arahku. "Kenapa? Apa alasannya?"

"Tentu saja itu hal bodoh. Kau jadi tidak memiliki keseruan di dalam hidupmu. Di dunia manusia, para sampah berlomba-lomba untuk menemukan sihir konyol seperti itu, tapi kau malah memilikinya? Haha, lucunya dunia ini."

Aku benar-benar tak habis pikir!

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro