Bab 14: Latihan
Alter menjelaskan semuanya. Setelah dijelaskan secara perlahan, syukurlah Fosh dan Ryoko mengerti. Mereka juga tidak meragukan penjelasan kami sedikitpun.
"Tuan ini, semasa hidup dulu menjabat sebagai apa?" tanya Fosh, saat kami selesai menjelaskan.
"Aku hanya berpetualang bersama sekelompok penyihir. Yah, meski dugaan sementara pelaku pembunuhku adalah salah satu dari mereka. Namun, aku tidak bisa mempercayai itu begitu saja. Aku perlu sebuah bukti." Aku menjawab, dan Fosh mengangguk mengerti.
"Lalu, apa yang akan tuan lakukan sekarang?" Giliran Ryoko yang bertanya. Sejak tadi wajahnya sangat amat serius.
Alter sontak menjawab, "Pertama, kita akan melatihnya. Aku tau tuan kita ingin secepatnya keluar dari sini, namun mengalahkan dua Succubus itu bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Dulu, saat aku menghadapinya, mereka memantulkan semua jenis sihir yang aku keluarkan. Lalu, saat lengah, salah satunya menyusup ke belakang dan menusukku."
Pengalihan perhatian ya? Itu teknik yang tepat untuk digunakan sih.
"Berapa lama, untukku bisa menguasai semuanya?" tanyaku seraya bangkit. Rasanya ingin cepat-cepat untuk menguji coba kekuatan yang telah aku peroleh. Oh iya, kuamati, tubuhku tidak ada perubahan, hanya saja rasanya aku semakin meninggi, mungkin?
[Itu bisa memakan waktu berminggu-minggu.]
Berminggu-minggu? Tidak bisakah dipersingkat saja?
[Ada serangkaian hal rumit yang tidak bisa dipelajari dalam sehari. Perlu berbagai persiapan dan penggunaan mana yang besar untuk menguji cobanya.]
"Tiga minggu, tuan," jawab Alter setelah mengobrol melalui telepati denganku.
Fosh tiba-tiba bangkit. "Yosh, bisakah kita mulai sekarang?"
Ada apa dengannya? Kenapa begitu semangat?
"Ah iya, boleh." Ryoko mendukung. Dia masih duduk manis di tanah dan kedua tangannya menyilang di dada.
***
Aku dan Fosh saling berhadapan, jarak kami cukup jauh. Jauh dari sana, Fosh sudah mengaktifkan buff sihir miliknya. Seperti tengkorak sihir hitam yang mengelilinginya, tombak yang begitu tajam dan ada rantai merah di sekitar tubuhnya. Sementara aku, harus membayangkan kekuatan itu terlebih dahulu untuk mengaktifkannya.
Selagi aku menyibukkan diri dengan skill, Fosh sudah hilang dan kemudian tiba-tiba muncul di belakangku. Aku menyadarinya tetapi responku sangat lambat. Kalau bukan karena perisai sihir, mungkin bahuku sudah terbelah menjadi dua. Aku segera mundur dan menjaga jarak.
Fosh nampak menikmatinya. Dia bahkan mulai bisa tersenyum miring dengan wajah datarnya itu. Kemudian, dia kembali menyerang.
Karena tak memiliki begitu banyak skill sihir, aku hanya bisa memberikan buff ke katanaku. Fosh datang dan melayangkan serangan kepadaku, namun aku tangkis dan menyerangnya balik.
Kami saling beradu, suara gesekkan antar senjata terdengar jelas dan kami bahkan bertarung di atas udara. Meski terlihat seimbang, sebenarnya Fosh sangatlah unggul. Mungkin jika dia menggunakan mode mengamuknya sekarang, aku sudah kalah telak.
Hingga pada suatu momen, tiba-tiba semuanya terasa lambat, aku dengan jelas bisa melihat kemana Fosh akan menyerang. Aku dengan mudahnya menghindari serangan itu dan menendangnya hingga terlempar ke tanah dengan keras.
Aku sontak khawatir, takut jika hal yang kulakukan barusan sudah keterlaluan. Namun, Fosh kembali berdiri dan memberikan mengacungkan jempolnya.
"Aku kalah." Setelah mengatakan hal itu, dia berjalan santai.
Aku pun mengakhiri sihir yang ada di katanaku dan berjalan ke arahnya. "Bagaimana? Apa kau terluka? Aku merasa sangat bersalah."
Fosh menggeleng. "Hal itu tidak penting, tuan. Namun, saat serangan terakhir tadi, aku bisa merasakan kalau tuan sudah mengetahui arah pergerakanku dan memutar balikkan keadaan. Itu benar-benar teknik yang keren. Bisakah tuan mengajariku nanti?" pinta Fosh.
Aku hanya menggaruk kepala yang tidak terasa gatal, untuk menutupi rasa bahagia ketika dipuji oleh Fosh.
"Ah itu, boleh saja, tapi nanti ya. Aku belum sepenuhnya menguasainya."
Aku terkekeh, berharap Fosh mau menunggu seperti yang aku bilang. Dan syukurlah dia menerima saranku barusan.
"Selanjutnya melawanku, tuan." Ryoko berdiri dengan kepakan sayap naganya. Raut wajahnya seperti seorang pembully yang siap untuk menghajar korbannya.
"Ah iya."
Setelah mengatakan itu, aku mengambil jarak dan ketika aku hendak menoleh, terlihat Ryoko yang sudah ada di depan mata. Siap menyerang dengan cakar panjang khas naganya.
Lagi!
Semuanya terasa lambat, serangan yang akan Ryoko luncurkan benar-benar bisa kuprediksi. Sekian detik setelahnya, semua kembali seperti semula. Aku yang menghindari serangan Ryoko barusan, sudah menjaga jarak dengannya.
Ryoko terkaget. "Sejak kapan, Anda berpindah tempat?" Posisiku mempunggunginya.
"Entah, aku hanya melakukan sesuatu yang ada di dalam instingku." Aku tertawa kecil.
Ryoko menyerang ke belakang, namun berhasil kuhindari. "Jangan terus menghindar tuan, aku juga ingin merasakan seranganmu itu."
Ha? Meski ini latihan, bukankah suasana bertandingnya seperti asli? Ah entahlah, di sini adalah dunia yang berbeda. Aku tak bisa menyamakan dunia atas dan bawah.
Sesuai kemauan Ryoko, aku mulai mengaktifkan kembali sihir ke Katanaku. Melihat itu, Ryoko tersenyum dan juga memasang semacam energi sihir ke tangan cakarnya.
"Mari mulai permainannya!"
Sedetik setelah Ryoko berkata demikian, kami melaju dengan kecepatan penuh dan beradu katana dengan cakar. Percikan api berhamburan saat kami menghantamkan kedua senjata itu. Dengan kecepatan penuh tentunya.
Ryoko terlihat sangat menikmati pertarungan itu. Dia bahkan secara membabi-buta menyerangku. Meski kecepatan kami imbang, tetapi aku masih bisa memprediksi pergerakannya selanjutnya.
Hingga aku menemukan celah untuk mengecohnya. Aku berpura-pura akan menyerang bagian kiri, tetapi dengan cepat berpindah ke kanan. Alhasil, Ryoko menangkisnya dengan tergopoh-gopoh. Melihat kesempatan, aku memanfaatkannya untuk membuat Ryoko semakin terpojok dengan cara menambah daya sihir ke dalam katana. Terlihat jelas Ryoko kewalahan, dirasa sudah cukup banyak celah, aku memberikan tekanan penuh dan seketika sarung tangan cakar Ryoko terpental, jatuh ke tanah.
Semua orang terdiam. Aku pun benar-benar tak mempercayai apa yang sudah kulakukan barusan. Selama hidup dulu, aku bahkan tak pernah menggunakan katana. Bagi para penyihir, hal itu adalah sebuah larangan dan menghina para pengguna pedang.
Sebuah tepukan tangan mengisi keheningan dan seketika semuanya bertepuk tangan. Ada apa?
"Selamat tuan, Anda sudah berhasil sepenuhnya menggunakan kekuatan Demon Lord."
Alter tiba-tiba mendekat sambil bertepuk tangan. Jujur saja, melihat wajah seramnya, masih menimbulkan ketakutan tersendiri.
"Ah iya, terima kasih."
Aku kembali terkekeh.
"Tuan memang hebat!" puji Fosh yang dari jauh menonton.
Ah, rasanya seperti sedang merayakan sesuatu. Tapi itu adalah hal yang menyenangkan. Meski hidupku dulu sudah sangat bahagia dengan berisikan orang-orang hebat seperti Party Och. Namun, entah kenapa kebahagiaan kali ini benar-benar terasa menyenangkan.
"Lalu, selanjutnya mungkin, tuan Alter?" tanya Fosh, dia sudah berada di dekat kami.
Alter terlihat berpikir. "Boleh, tapi bukan sekarang. Kita sudah cukup membuang banyak waktu. Aku ingin cepat-cepat mengabulkan permintaan tuan. Dengan menyatukan kekuatan kita yang sekarang, aku yakin sudah bisa seimbang dengan dua Succubus itu."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro