Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 13: Lowk vs Alter

Bawahan Azzazzil yang diketahui namanya adalah Drag, memberitahu kami semua yang terjadi, lebih tepatnya setelah Party Och membuat kesepakatan dengan Azzazzil. Kesepakatan dimana masing-masing pihak harus mengorbankan pemimpin mereka untuk membuat sebuah perdamaian.

Saat itu, aku hanya beban Party, hanya diriku yang masih berada ditingkat Raja, sementara anggota party lainnya sudah setingkat Dewa.

Aku membenci hal itu, tetapi memang itulah kenyataannya. Namun sekarang, aku merasa bisa mengimbangi mereka bersembilan.

Setelah mendengar semua detailnya, kami pun melanjutkan ke lantai selanjutnya.

Kedatangan kami langsung di sambut makhluk penunggu lantai tersebut. Menurut Drag, nama makhluk itu adalah Lowk. Seekor monster yang berhasil berevolusi sampai ke tahap Demon Lord dan memiliki bibit ras Dragon.

"Selamat datang, dan aku menyambut kalian karena sudah berhasil mengalahkan Drag." Dia berkata dengan suara yang lantang.

Bagian perutnya langsing, tetapi bahu dan lengannya penuh otot, begitu juga dengan ekor naga yang sangat panjang. Matanya merah dan tanduknya pendek tetapi berukuran besar.

"Ini bukan sesuatu yang perlu untuk disambut, makhluk bodoh!" Fosh menanggapinya.

Fosh...! Kenapa kau pancing amarahnya? Padahal aku ingin mencoba jalur damai.

"Ho, dari suaranya, apakah itu dirimu, Lesser Demon Abadi?" Balas Lowk sedikit penasaran. "Tidak, rupanya kau sudah mencapai tingkat Greater. Itu suatu perubahan yang bagus."

Fosh memutar cepat tombaknya. "Aku tak ingin mendapatkan pujian dari makhluk sepertimu!"

Seketika Fosh melompat terbang menghampiri Lowk dan menyerangnya. Namun, Lowk hanya menghindari setiap serangan yang Fosh layangkan kepadanya.

"Kenapa Fosh seperti akrab dengannya?" tanyaku kepada Ryoko.

"Fosh memiliki dendam tersendiri, tuan. Dahulu, dia dikalahkan tanpa ada perlawanan sedikitpun. Demi membuktikan dirinya sudah tidak lemah, Fosh pun menantang setiap makhluk yang ia temui."

Jadi, Lowk ini penyebabnya? Namun, bagaimana bisa dia bertemu dengan Fosh, jika dia adalah penjaga lantai ini?

"Dahulu, makhluk itu sering berjalan-jalan dan suka memberikan sayembara kepada penghuni Labirin. Isinya sayembaranya, jika ada yang bisa memotong ekornya, walau sedikit, maka dia akan mempertemukan mereka dengan Azzazzil. Fosh pun tertantang, dan dikalahkan."

Hm, begitu. Sepertinya itu hanyalah jebakan, untuk menghibur diri. Mana ada Lesser Demon yang bisa mengalahkan makhluk yang sudah mencapai tingkat Demon Lord.

Aku kembali fokus ke pertarungan mereka.

Lowk itu menangkis setiap serangan Fosh dengan ekor panjangnya, wajahnya tersenyum sinis dan dia seperti main-main. Fosh pun menyerang tanpa mengenal lelah, tetapi itu hanya membuang energinya.

"Membosankan."

Setelah Lowk berkata demikian, dia mengibaskan ekornya dan mengenai pinggir perut Fosh dan terpental cukup jauh.

Dia beralih menatap kami. "Kalian berdua, jika hanya jadi penonton, lebih baik tidak berada di sini."

"Apa?!" Ryoko terpancing dengan umpannya.

"Tunggu," kataku dengan cepat mencegah Ryoko. Meski aku tau Ryoko bisa saja seimbang dengannya, tetapi aku masih belum tau apa kelemahannya.

Ryoko, aku diam bukan tanpa alasan. Aku memanfaatkan pertarungannya dengan Fosh untuk menemukan kelemahannya.

Ryoko pun membalas. Tapi tuan lihat sendiri, Fosh tak bisa menyerangnya. Tuan, biarkan aku yang menghadapinya, dan memperlihatkan kelemahan dari makhluk itu.

Aku menggeleng. Bukan seperti itu, Ryoko, tidakkah kau memikirkan perasaan Fosh? Jika kita ikut campur, perasaannya akan terluka. Lebih baik untuk membiarkannya mencoba, apapun hasilnya, aku tak peduli.

Setelah itu, Ryoko terdiam. Aku mengasumsikannya sebagai tanda mengerti dan setuju dengan pilihanku.

Tak lama, Fosh kembali bangkit. Ia menatap tajam pada Lowk dan hendak menggunakan wujud undead-nya lagi, tetapi tiba-tiba....

Sebuah cahaya terang muncul di seluruh tubuhku. Bersamaan dengan itu, gelak tawa. Kemudian cahaya tadi membentuk sebuah wujud dan terbentuknya ular besar raksasa dan seorang makhluk.

Makhluk itu memancarkan api ungu yang berkobar di tangannya. Dia tertawa terbahak-bahak dan kemudian membungkuk hormat kepadaku.

"K-kau siapa?"

Lantas aku bertanya demikian. Dia nampak tersenyum lebar, seolah-olah sudah menunggu pertanyaan itu.

"Aku, sang Alter, telah memenuhi syarat untuk membentuk sebuah tubuh baru."

Dia kembali tertawa.

Ha? Yang bena dia ini, Alter? Bukannya wujudnya seperti diriku disaat tua bangka? Kenapa bisa berganti seperti ini?

"Aku akan menjelaskannya nanti," katanya lalu mengalihkan pandangan. "Setelah menghajar curut keparat yang satu ini."

Eh? Jadi dapat aku asumsikan kalau Alter ini memiliki dendam pribadi kepadanya, begitu?

Lowk nampak tak mau kalah. "Hoh, jadi kau sudah kembali ya, Alter? Sudah puas kau bersembunyi?"

"Yah, sudah saatnya mengakhiri kesombongannmu."

Makhluk yang mengaku sebagai Alter itu menjawab.

"Ha?! Apa-apaan itu. Yang sombong itu kau Alter, jangan semena-mena hanya karena kau adalah yang terakhir menemani Tuan Azzazzil sebelum mengunci diri."

"Apa yang kau maksud?" Alter terlihat bingung. "Bukankah tuan Azzazzil juga menemuimu sebelum aku datang ke ruangannya? Kau tidak ingat pesan yang tuan sampaikan, ha?!"

Alis Lowk mengkerut. Dia merapatkan giginya karena kesal. Kemudian, dia mengaktifkan sebuah sihir hitam di tangannya dan menyerang Alter dengan cepat.

Alter menghindari serangan Lowk barusan dan menyerang balik, dengan gumpalan api ungu yang nampak sangat panas. Namun, serangan itu Lowk tepis dengan mudahnya.

"Kau bercanda? Kemana api abadi milikmu? Atau jangan-jangan, sudah diambil kembali oleh tuan Azzazzil?" Lowk menduga-duga.

Alter maju, pelan tapi pasti. "Itu bukanlah hal yang harus kau ketahui, Lowk, si aib tuan Azzazzil."

Lowk tiba-tiba datang dan melayangkan ekornya yang panjang untuk menyerang Alter, hingga membuat debu berterbangan disekitar mereka.

Aku tak mengetahui apa yang terjadi dibalik kepulan asap debu itu. Suara gesekkan besi terdengar berkali-kali dan aku tak bisa melihatnya meski sudah menggunakan Search sekalipun.

Tanpa kusadari Fosh sudah berada di samping. Dia sama bingungnya denganku.

Hanya ada satu cara untuk memastikannya.

Alter!

Aku memanggilnya, namun tak ada jawaban. Sekali lagi kupanggil, tetapi hasilnya sama saja. Apakah makhluk tadi benar-benar Alter?

Tak lama setelah itu, Lowk terpental keluar dari kepulan debu dan menabrak dinding Labirin. Tabrakannya sangat dahsyat sampai dinding itu retak parah.

"Meski sudah tak memiliki api abadi lagi, bukan berarti kita sudah setara, Lowk." Alter itu keluar dengan santainya.

Dari jauh Lowk berdecak. Masih dengan tatapan tajamnya, dia bangkit dan kembali menyerang Alter lagi dengan serangan yang sama. Namun, hal itu sia-sia, mengingat Alter bisa menghindarinya dengan mudah.

Dengan satu pukulan balasan, Lowk kembali terpental dan menabrak lagi dinding retak itu, hingga terlihat sebuah kilauan cahaya merah.

"Oops. Di sana rupanya jantungmu berada. Licik juga kau, Lowk. Padahal tuan Azzazzil sudah melarang hal seperti itu." Alter tersenyum miring.

Aku tak mengerti sama sekali. Jadi, jantung makhluk bernama Lowk itu berada di dalam lapisan dinding? Kupikir itu adalah hal yang mustahil untuk dilakukan. Namun, aku baru saja dapat buktinya.

"Menjauh! Kau tidak boleh mendekat sedikitpun. SEDIKITPUN!" Lowk berteriak histeris.

Seolah tak mendengar, Alter itu berjalan mendekat dengan masih mempertahankan senyum liciknya. Dengan tangan besarnya, dia menggenggam kepala Lowk dan melemparkannya sembarang.

Aku berasumsi kalau si Alter ini akan membunuh Lowk melalui benda yang bercahaya merah itu. Namun, tiba-tiba kakiku bergerak sendiri dan aku tak bisa menghentikannya.

Ada apa ini?!

Agh, semakin kulawan, semakin cepat pula aku berjalan. Aku ke arah Alter yang sudah memegang benda bercahaya itu.

Kemudian tak lama, dia menutup mataku dengan sihirnya dan secara paksa memasukkan benda ke mulutku.

Meski sudah berusaha tak menelan benda itu, tetapi aku tidak bisa menahannya. Pada akhirnya, benda itu masuk ke kerongkonganku dan tiba-tiba, badanku terasa panas.

Aku mendengar suara lirih dari Ryoko, dia memanggilku penuh histeris dan tampak menyalahkan Alter atas semuanya. Namun, aku yang sudah tak sanggup menahan beratnya mata ini, akhirnya menutup mata.

Aku tidak mati!

Aku bisa memastikannya. Buktinya, aku masih bisa berpikir. Hanya saja, aku tak mempunyai wujud untuk.... Bukannya itu sama saja, aku sudah menjadi hantu?! Arwah gentayangan?! TIDAK....

Waktu berjalan, tetapi aku tak bisa melihat apa-apa. Hanya udara sejuk nan dingin yang dirasakan. Namun, semua itu tiba-tiba berubah drastis saat aku secara perlahan membuka mataku.

Hal yang pertama kali kulihat adalah Fosh yang tertidur. Ya, ini seperti dejavu, dulu saat aku berhasil berevolusi, pemandangannya juga seperti ini. Tunggu! Kenapa penampilan Fosh kembali menjadi ras Lesser sebelumnya? Ada apa?!

Aku bangkit, berusaha membangunkannya tetapi tak ada respon. Seharusnya, jika dia tidur, akan segera terbangun. Kemudian saat aku menoleh ke belakang, terlihat diriku-dalam bentuk Demon-yang terbaring lemah.

Apa yang terjadi?

Aku tak mengerti dengan semua ini. Apa waktu terulang?

Sedetik kemudian tempat itu tiba-tiba menjadi blur dan berpindah lokasi.

Lokasi di mana, aku mengobrol dengan Ryoko yang masih dalam bentuk naganya. Kami bercakap-cakap dan kemudian Ryoko berubah wujud menjadi manusia setengah naga.

Kemudian lokasinya berpindah lagi. Sekarang, saat Fosh tengah menghadapi Greater Demon dan dia menggunakan wujud Undead-nya.

Semuanya berlalu dengan cepat, hingga akhirnya aku kembali terbangun dan melihat Fosh yang menatapku penuh kekhawatiran.

"Akhirnya! Tuan sudah bangun, Ryoko!" Dia berteriak memberitahu.

"Benarkah?"

Terdengar juga suara Ryoko yang begitu terkejut dan langkah kakinya bergerak cepat.

Aku tengah terbaring di tanah, Fosh merangkulku ke pahanya dan tersenyum bahagia.

"Tuan baik-baik saja?" tanyanya lembut.

Tumben.

"Ah, iya. Aku baru saja mengalami hal yang sedikit aneh."

"Kau dengar makhluk mencurigakan?! Tuanku baru saja mengalami hal yang aneh." Fosh nampak berteriak dengan seseorang.

Aku menatap ke arah Fosh berbicara dan terlihat Alter yang berjalan santai ke arah kami.

"Itu bukanlah masalah. Nampaknya evolusinya berjalan tanpa masalah," katanya setelah menatapku cukup lama.

"Evolusi apa?" tanyaku lirih, sepertinya aku belum pulih sepenuhnya.

"Ah maaf, tuan, aku tak menjelaskan sebelumnya. Aku hanya takut Lowk akan memindahkan jantungnya lagi." Alter menjawab.

"Sekarang bisa kau jelaskan semuanya?" tanyaku lagi. Berusaha bangkit sekuat tenaga.

Alter itu menjelaskan secara rinci. Katanya, aku telah berevolusi menjadi Demon Lord dan secara tersirat dia mengatakan point skillku +500. Karena dia sudah keluar dari tubuhku, dia sudah tidak bisa lagi untuk mengotak-atik skill yang aku miliki. Ke depannya, aku harus belajar mengatur skill sendiri dengan point yang terbatas. Untuk merevolusi skill tersebut, dibutuhkan pengorbanan beberapa skill dan memiliki rating keberhasilannya sendiri.

"Begitu," responku setelah mendengar semua penjelasannya. Sebenarnya, aku sedikit meragukan bahwa dia adalah Alter. Kau menyadarinya? Benar, sifatnya beda sekali dengan Alter yang selama ini kita kenal. Aku tidak berbohong, bukan?

"Kita bisa mempersiapkan semuanya sebelum memasuki lantai berikutnya yang dijaga oleh dua Succubus kembar. Mereka adalah pengawal Tuan Azzazzil dan belum ada yang bisa membuat mereka terluka. Termasuk aku." Alter kembali menjelaskan.

"Ya, aku tau itu, Alter," kataku perlahan berdiri. "Selain itu, tubuh ini rasanya terlalu ringan, aku bahkan tak bisa menyeimbangkan tubuhku."

"Itu adalah hal yang wajar, tuan, aku juga merasakannya saat tuan Azzazzil merevolusiku dulu."

Fosh berjalan maju dan mendekati Alter. "Lalu kau akan memihak yang mana? Azzazzil atau...."

"Aku yang membawanya ke sini, maka kekuatanku adalah miliknya." Alter itu menjawab dengan yakin.

Kemudian aku berbicara melalui telepati kepadanya. Katamu kita adalah satu, lalu, bagaimana mungkin kau telah hidup dan mengabdi kepada Azzazzil itu? Itu berarti....

"Bukan tuan," jawabnya tanpa telepati. Seketika Fosh terkejut, begitu juga dengan Ryoko.

"Apanya yang bukan?" Sontak Fosh membalas.

Alter memandangku. "Aku sudah berada di dalam dirimu selama ini. Kita adalah satu, tetapi saat kematian datang, jiwamu terbagi menjadi dua dan akupun tercipta. Aku juga tidak mengetahui kenapa aku dahulu yang dipanggil. Aku sudah mencoba mencari cara untuk membangkitkan jiwa yang asli, namun selalu gagal. Hingga akhirnya, dengan mengorbankan api abadi pemberian tuan Azzazzil, aku pun berhasil."

Setelah mendengar penjelasan panjang dari Alter, meski sulit, tapi aku secara perlahan bisa melihat sekilas masa lalu Alter yang mengabdi kepada Azzazzil. Makhluk kuat berbentuk tengkorak itu benar-benar misterius.

"Begitu. Tapi kenapa kau tidak mengatakan itu diawal kita bertemu?" tanyaku penasaran.

"Aku tidak bisa." Alter membalas cepat, "Saat itu, aku pun tak yakin dengan keberadaanmu, aku juga meragukan jika tuan adalah palsu. Setelah mengamati tekad tuan, barulah aku bisa merasakannya."

"Lalu, bagaimana mungkin kau bisa tau kalau pembunuhku adalah salah satu anggota Party Och?" tanyaku lagi. Saat ini, banyak sekali pertanyaan yang ingin kutanyakan langsung kepadanya.

"Tuan ingat dengan penglihatan masa lalu saat itu? Itu adalah skill khusus, perlu keberuntungan untuk mendapatkannya. Memang, untuk Seorang penyihir itu adalah sebuah kesia-siaan, namun tidak bagiku yang berniat mencari pembunuh kita."

Ah, sedikit aneh rasanya mendengar itu semua. Seharusnya tidak seperti ini. Aku hanya seorang manusia tua yang ingin hidup damai bersama keluarga kecilku. Tetapi....

"Coba tuan pikirkan lagi." Alter itu tiba-tiba berbicara. "Cara berpikir tuan seperti anak muda yang baru bisa belajar sihir. Kenapa demikian? Itu karena tuan terlalu lama untuk bangkit."

Ah, yang Alter itu katakan adalah kebenaran. Secara tak sadar, aku hanya memikirkan cara sederhana untuk menghadapi musuh. Tidak tegas dan penuh keraguan.

Ryoko dan Fosh yang menyimak percakapan tadi hanya diam membisu.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro