br/
Eliza memperbesar citra layar, membuka akses suara agar ia bisa mendengar, dan menyuruh layar utama Sistema Cardis untuk mengerjakan perintah lain.
Tidak masalah bila listrik terputus atau jaringan dimatikan, Sistema Cardis akan tetap bekerja. Inilah salah satu keunggulan dari Sistema Cardis yang sangat ia agungkan sejak pertama kali menemukannya. Komputer kuantum dengan jumlah pengguna yang sempit namun dengan keleluasaan yang luar biasa. Memiliki Sistema Cardis seakan membuatnya bisa mengeja dunia hanya dengan sekedar ketikan tangan di udara.
Oke, deskripsi seperti itu pasti akan membuat Madam-nya tergelak bila melihat log Sistema Cardis nanti, kalau ia bisa keluar dari sana.
Kembali ke tontonan di depan mata. Pukul satu sudah berjalan lebih dari lima belas menit, Dahlia Kleine dan Iris Artemis Regelia memilih daerah 'netral' untuk bertemu, mereka tengah berkomunikasi verbal dengan jarak kurang lebih satu lengan. Mereka tidak membuang waktu untuk mencari tempat duduk yang lebih nyaman atau mendatangkan kursi dengan bantuan AI.
Sepertinya, apa yang akan mereka lakukan memiliki durasi pendek.
"Kamu bawa yang aku pinta, Countess?"
"Dahlia. Sudah aku sering bilang untuk memanggilku Dahlia."
"Sistem mendengar: nanti aku dikutuk kalau tidak menghormati Tiga Familia."
"Kaku seperti biasa, eh, Duchess?"
"Tuh, kamu juga memanggilku dengan gelarku, apa bedanya?"
"Ya, ya, impas, impas."
Mereka berbincang dengan akrab. Senyum yang sama pada Countess Kleine, namun Eliza bisa melihat tidak ada tegang di tarikan pipinya, berbeda dengan ketika ia berbicara di podium. Kemudian, Duchess Regelia tampak rileks. Bahasa tubuhnya lebih luwes, ia bahkan menunjuk-nunjuk Dahlia ketika ia mencoba membalikkan pernyataannya sebagai bentuk candaan.
Sistema Cardis memberi label korelasi hubungan mereka sebagai 'partner bisnis', tetapi Eliza tidak menemukan korelasinya. Mereka menguasai dua bidang usaha berbeda. Atau, bila Eliza mencoba melihat dari sisi berbeda, memang ada alat-alat kesehatan yang dibuat dengan besi, tetapi Duchess Regelia belum tentu peduli tentang bagaimana benda-benda tersebut dibuat.
Mereka berdua tetap mengobrol santai, sampai Dahlia memberikan sebuah kantong kertas berwarna coklat ke tangan Duchess Regelia.
<pencarian>
Material penyusun bungkus: kertas sintetik daur ulang. 100% ramah lingkungan
Benda: perkakas besi berupa baut dan plat.
</pencarian>
Eliza hanya bisa mengernyitkan dahi. Ia pernah melihat adegan seperti ini di salah satu dokumenter yang Madam Elise jejalkan untuknya tonton. Biasanya, dua orang yang bertemu di waktu aneh secara sembunyi-sembunyi dan rahasia akan bertransaksi untuk membeli sebuah 'serbuk putih'. Akan tetapi, yang Eliza lihat adalah ... Duchess Regelia diberi Countess Kleine baut dan plat besi?
Sistema Cardis tidak pernah salah untuk melakukan pemindaian x-ray, tapi untuk kali ini, Eliza tak pelak menjadi sangsi.
"Ah, terima kasih. Aku tahu cuma kamu yang bisa memilih jenis yang tepat."
"Besi itu hal mudah, Duchess. Sama seperti kalau kamu bilang soal bunga."
"Jangan samakan bunga dengan besi."
"Hei, sama-sama dari b, kenapa tidak?"
"Sudah, sudah. Kembali ke kamarmu, sana. Pagi ini sepertinya akan sulit."
"Siap bu."
"Aku bukan ibumu."
Dan, mereka pun berpisah, pergi dari jangkauan kamera pengintai.
Atau jangan-jangan, senda gurau ini adalah kode? Elisa berpikir sejenak. Akan cukup sulit mencari satu-persatu padanan kata untuk pembicaraan singkat ini, ia tidak punya banyak waktu untuk mengolah data.
Ah, sudahlah, lupakan saja. Cantumkan saja di catatan bahwa 'Countess Kleine dan Duchess Regelia bertukar besi pada jam satu pagi', titik.
Sekali lagi, ia perlu mengingatkan dirinya sendiri bahwa waktunya tidak banyak. Pertama, ia harus menemukan kejanggalan visual di antara lima kamera pengintai yang disediakan. Kedua, ia harus memeriksa daftar tamu secara detail dan memastikan tidak ada yang mempunyai andil dalam kejadian ini. Ketiga, ia harus melihat dengan mata kepalanya sendiri 'hologram solid' yang membatasi mereka dari dunia luar.
Jam dua sudah di depan mata, mungkin sudah waktunya ia memindai hologram solid itu untuk mencari tahu apa sebenarnya yang mengurung mereka semua.
⌘
Di setiap kamar, terdapat tombol untuk memanggil room service, sebuah tombol biru yang ada di samping meja. Ketika ditekan, tombol itu akan menyala biru cerah, sebuah layar interaktif akan muncul dan AI yang siap membantu akan menanyakan keluhan atau permintaan tertentu yang para tamu inginkan.
AI akan mengirim robot pembantu, ukurannya mirip robot pembersih namun dengan seragam maid hitam putih dan bentuk yang lebih humanoid, walau tidak semirip manusia organik. Badan mereka tampak seperti manekin berwarna kulit, wajah mereka berupa dua mata bulat seperti alat yang menganalisis mereka ketika seleksi, dan garis horizontal yang akan membuka dan menutup ketika mereka 'berbicara'.
Apabila tamu menginginkan makanan atau minuman, mereka akan membawa troli. Apabila tamu menginginkan peralatan tertentu, mereka akan membawa tas perkakas. Apabila tamu menginginkan perbaikan di kamarnya, robot maid yang datang akan berjumlah lebih dari dua.
Dalam beberapa jam terakhir setelah para bangsawan dipindahkan untuk menyendiri dan beristirahat di kamar yang telah disiapkan, tidak ada permintaan aneh yang ditunjukkan oleh para tamu. Ada juga beberapa kamar yang lampunya gelap sempurna, menandakan pemilik ruangan sedang tidur. Dinding tebal di antara kamar tidak memungkinkan seseorang untuk menguping, juga ventilasi kecil dengan jaring-jaring cukup rapat yang tidak memungkinkan seseorang untuk mengintip.
Eliza memeriksa alur tersebut dan tidak menemukan ada kesalahan. Tidak ada juga gangguan pada kelistrikan Neo-Virtual Area atau pergerakan sinyal di dalam Neo-Virtual Area.
Mereka seperti dikunci dengan fasilitas, tidak ada bedanya dengan penjara secara harfiah.
Eliza melewati kamar nomor tujuh, Countess Alchemilla tengah menerima secangkir kopi dari robot maid. Robot maid itu segera pergi, sementara Countess bersurai pirang kecoklatan itu mengurai rambutnya ke belakang, sanggul tidak lagi ia kenakan. Tanpa keberadaan selendangnya, gaun yang ia kenakan mirip dengan gaun tidur. Entah bila sang Countess tidak membawa pakaian lain selain apa yang ia kenakan walaupun sudah diingatkan mereka akan melewatkan satu malam selama seleksi bila berjalan lancar.
Eliza menjaga suaranya rendah. "Kopi lagi?"
"Hei, harusnya kamu tidur, 'kan?" hardiknya.
"Countess juga sama, dan malah pesan kopi lagi."
Countess Alchemilla menaikkan bahu. "Aku nggak bisa tidur tanpa kopi."
"Bukannya kebalikannya?"
"Tubuhku ini mencintai kafein, nak," Ia seakan memeluk tubuhnya, kopi masih di tangan. Eliza bergidik. "Oke, jadi, kamu mau apa pagi-pagi buta begini?"
Eliza memutar bola matanya, mencari alasan. "... Jalan-jalan?"
"Hahaha, bualan yang tidak profesional," tawanya kering. "Tapi terserahlah, asal kamu nggak berbuat onar."
"Countess."
"Ada apa?"
"Kenapa anda ... khawatir dengan saya?"
Countess Alchemilla berbalik badan, punggungnya bersandar di daun pintu. Kopi yang menurut Sistema Cardis itu cold brew ia seruput perlahan namun dengan suara keras, menyembunyikan decak lidah. Dalam beberapa menit, yang Countess bersurai pirang kecoklatan itu hanya melihat permukaan hitam kopi, seakan melihat sesuatu yang jauh dari pandangan.
"Aku tidak punya hutang budi pada Elise," senyumnya simpul. "Itu saja, kayaknya."
"Hutang budi?"
"Bukan bocah seusiamu untuk tahu," ucapnya. "Sudah sana, jangan sok-sok mengurusi pikiran orang tua."
"Baiklah, nanti kalau saya bisa pulang ke rumah, saya tanya sendiri ke Madam."
"Jangan buat aku malu, nak!"
"Bercanda, saya permisi, Countess."
Ini sudah ketiga kalinya Countess Alchemilla membuatnya tenang, apapun hutang budinya ke Madam sudah terbayar lunas. Ia beruntung bisa dikelilingi orang yang tepat di saat kritis, begitu pikir Eliza.
Heh, baru kali ini ia merasa beruntung.
⌘
Menghindari konsentrasi kamera pengintai, Eliza tidak memeriksa pintu yang ada di dekat ruang utama. Ia menuju area pintu masuk yang dekat dengan rumah hijau, sebuah jalur setapak kecil membelah rerumputan sintetik yang ditanam di sekitar rumah hijau, jalur yang tidak dihiraukan orang-orang dan kamera.
Eliza membentangkan sebelah tangan ke depan, lima jarinya terbuka menyentuh jalur gelap tersebut. Cahaya merah mulai berpendar membentuk telapak tangannya, ERROR ERROR ERROR, tulisan itu melayang di udara tempat Eliza menyentuhkan permukaan tangannya. Dinding yang tak terlihat, tetap bergeming ketika ditekan dengan kekuatan yang lebih besar, tidak dapat ditembus oleh virtual avatar, inilah 'hologram solid' yang disebut orang-orang barusan.
Ia menarik tangan, mundur beberapa langkah menjauh dari arah jalan keluar, ia menoleh ke belakang, mencari pilar atau siku dinding tertutup tempat ia bisa duduk tanpa terganggu untuk analisa.
Ada batas aman dimana Eliza menjaga dirinya terekspos dengan peralatan atau lajur operasional Sistem. Selama ia tidak menyentuh apapun, Sistema Cardis tidak akan bisa dilacak oleh Sistem. Ketika seleksi tahap satu, Eliza berusaha untuk tidak menyentuh apa-apa selain lengan bajunya sendiri. Sistema Cardis juga ia matikan selama seleksi berlangsung.
Kerahasiaan harus tetap terjaga rapat, sesuai dengan perjanjian.
<notifikasi>Pemindaian selesai.</notifikasi>
Eliza terdiam di jalan penghubung antara jalan utama dan percabangan menuju ruangan-ruangan seperti <spa> dan <rekreasi dalam ruang>. Ada banyak pilar berdiri di sana, berukuran silindris besar dan terbuat dari marmer yang kokoh. Eliza memutuskan untuk duduk di dasar salah satu pilar, membuka notifikasi.
<kata benda>
<nama>Hologram Solid (tentatif)</nama>
<deskripsi>
Dibuat dengan susunan kode yang mirip dengan kode milik Sistem. Tidak ditemukan tanda tracing. Hologram ini menyegel penuh area Neo-Virtual Area dengan sebab yang belum diketahui. Citra hologram berwarna merah, visibel ketika disentuh benda padat. Selain peringatan visual, tidak ada peringatan berupa bunyi.
</deskripsi>
</kata benda>
Sangat ambigu, pikir Eliza. Informasi berarti yang bisa ia dapat dari pelacakan ini adalah bahwa hologram pembatas ini adalah 'kode yang mirip dengan kode milik Sistem'. Akan tetapi, tidak serta-merta berarti kode ini dibuat oleh Sistem.
Sistema Cardis juga tidak menyebutkan kode ini dirancang oleh orang ketiga. Eliza pernah menganalisa sidik jari kode milik orang lain di Slum sebelumnya. Walaupun orang itu mampu menduplikasi kode milik keluarga tertentu, ada suatu 'kebiasaan' yang akan peretas itu tinggalkan di kode yang ia buat. Sementara, hologram ini ada bersih - mirip tetapi tidak dibuat oleh Sistem. Mirip tapi bukan buatan orang lain.
Alih-alih AI telah membuat kode ini, namun AI ini bukan bagian dari Sistem.
Pertanyaannya: lalu, siapa?
Eliza tengah memikirkan segala kemungkinan, memposisikan dirinya ketika ia dihadapkan dengan beberapa klien yang melaporkan kode program yang diduplikasi, ketika Sistema Cardis memberi sebuah notifikasi lain.
Kamera ketiga, kamera yang menangkap daerah <atap> mendapati seseorang datang memasuki wilayah yang selalu sepi pengunjung tersebut. Jam dua malam.
Eliza sudah bisa menebak siapa yang akan datang ke sana. Akan tetapi, ia tidak menduga bahwa Countess Kleine akan melepas blazernya, melipatnya rapi di atas tanah, sebelum akhirnya ia memanjat tralis, berdiri dengan kaki mencengkram tralis pagar erat. Mata Eliza membulat, darah terasa berlarian ke ujung kepalanya.
Tidak.
Tanpa berpikir panjang, Elizabeth Cardis segera mengabaikan segalanya dan berlari menuju atap.
⌘
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro