Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ketika kulkas dibiarkan terbuka

"Ini memang mengejutkan", Taufan nyengir menatap Halilintar yang kini menatap dirinya datar. "Kau tidak keberatan kan berdua di rumah bersama Ice?".

"Memang nya apa yang bisa di lakukan dia?", Halilintar balas bertanya dengan tangan menunjuk ke arah sofa, tempat di mana Ice sedang malas-malasan. "Dia bukan kau yang bisa bikin kepalaku meledak"

Taufan berjengit dengan senyum jengkel, ia sedikit tersinggung dengan perkataan Halilintar.

"Baiklah-baiklah.. ku titip adikku Lintar! Jangan kau jadikan dia daging potong"

"Aku bukan kanibal"

"Aku hanya berjaga-jaga, bagaimana kalau nanti adikku kau mutilasi seperti boneka beruang milikku?"

"Ayolah!", Halilintar mendesah malas. "Itu kejadian saat umur kita 5 tahun Taufan, dan sekarang kita sudah SMA"

"Pokoknya jaga dia Halilintar! Hanya kau orang yang bisa kuandalkan.. kalau misalnya orang tuaku tidak kerja di luar kota atau setidaknya Gempa pulang liburan kesini, jadinya aku gak perlu tinggalin Ice dengan anak kost jomblo yang kerjaannya makan tidur hanya untuk pergi turnamen skeatboard"

"Pergilah!",emosi Halilintar naik ke ubun-ubun, tangannya kini memegang erat sapu lidi dengan posisi siap di lemparkan. "Pergi atau aku usir!"

Taufan tertawa lebar dan segera berlari menuju jalan, sebuah taxi berhenti tepat di depan pemuda itu. Taufan masih sempat menambahkan tangannya sebelum memasuki taxi.

"Gak lama kok Lin! 2 hari lagi aku pulang! Janji!"

"Bac*t"

Halilintar menatap taxi yang pergi menjauh. Tatapan matanya kini mengarah ke Ice yang masih setia dengan bunga tidurnya. Halilintar mendengus malas mengingat kekhawatiran Taufan.

Memang nya hal gila apa yang bisa di lakukan anak SMP seperti Ice?

BOBOIBOY HANYA MILIK ANIMONSTA
SAYA SELAKU PENULIS HANYA MEMINJAM KARAKTERNYA

Request
_Bearcy_


[Refrigerator]
.
.
.
.

😄HAPPY READING😄

"Kak Hali.. lihat kak Ufan gak?"

"Dia udah pergi", Ice membelalakkan matanya seketika, rasa kantuknya mendadak menghilang dari muka bumi. Tatapan matanya menatap Halilintar seolah dikhianati. "Kok gak bilang? Kan kak Ufan belum pamit ke aku"

"Kamunya tidur, Taufan gak tega mau bangunin", Ice mendengus tak senang. Mau bagaimanapun juga, Taufan itu harus pamit padanya.

"Kapan kakakku pulang?"

"2 hari lagi"

"Lama banget", Halilintar menutup novel miliknya, menatap Ice tak habis pikir. "Cuma 2 hari, bukan 2 abad"

"Lebih dari semenit itu lama"

"Serah"

Ice menghela nafas, matanya melirik jam dinding berbentuk kucing di dinding kost an Halilintar. Lagi-lagi dirinya mendengus aneh.

"Kak Hali"

"Hnn.."

"Gak masak? Bentar lagi jam makan malam"

"Aku gak pernah masak", Ice membelalakkan matanya tak percaya. "Anak kost?! Gak pernah masak?! Jadi selama ini makan apa?! Rumput?!"

"Ya nggaklah..", Halilintar mendengus malas melihat Ice yang jadi berisik. Tangannya memijit pelipisnya pelan. Seingatnya Ice bukanlah manusia yang banyak bicara, lantas mengapa sejak tadi remaja SMP ini terus mengoceh?

Apa Ice baru di rasuki sesuatu?

"Kak! Jawab dong kalau aku nanya"

"Biasanya aku delivery"

"Kalau lagi bokek?"

"Minta dikirim duitlah.. apalagi?"

"Astaga..", Ice mengusap wajahnya gusar mendengar penuturan Halilintar. "Ku kira Kak Hali orangnya hemat"

"Hemat kok", Halilintar asal membalas dengan tangan meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. "Hemat tenaga"

"Mau pesan apa? Biar aku bayar", Ice mendengus, tatapan malas ia berikan kepada Halilintar. Remaja SMP itu memutuskan kembali berbaring di sofa, memeluk erat bantal sofa. "Kak Hali aja yang pesan, aku gak usah"

"Lah?", Halilintar memiringkan kepalanya bingung mendengar penolakan Ice. Tadi siapa yang berisik tentang makan malam?

"Kok gak pesan?"

"Aku gak bisa makan masakan delivery"

Halilintar mengerjapkan matanya bingung mendengar jawaban Ice.

"Kok gak bisa?"

"Nanti aku sakit perut, nyusahin kak Hali"

Halilintar mendengus. Baru ia temui spesies manusia seperti Ice.

"Masak sendiri aja sana, ada indomie punya Taufan di dapur"

"Aku gak bisa masak"

Halilintar hampir tersedak air ludahnya sendiri.

"Indomie aja loh! Masa gak bisa?"

"Gak bisa, masak air aja aku gak bisa"

Lebih bagus adik Taufan yang satu ini mati aja.

*****

Endingnya, Halilintar memutuskan untuk tidak makan malam. Kan kasihan kalau dirinya makan terus Ice malah kelaparan. Apa kata Taufan nanti? Ia tak mah di cap menelantarkan anak orang.

Awalnya Halilintar kira sudah selesai, Tapi masalah baru menghinggapinya.

"Kau tidur sofa, aku mau tidur di kamar"

"Gak mau", Halilintar menghentikan langkahnya, menatap Ice malas. "Kenapa?"

"Nanti aku gak bisa tidur, Insomnia ku bisa kambuh kalau tidur di tempat selain di kasur"

Lah? Terus selama ini tidur di kelas?

"Yaudah, sana tidur kamar"

Ice tersenyum lebar. Kakinya melompat girang menuju kamar Halilintar. Ia tahu dirinya di bodohi remaja SMP itu. Tapi ia tak bisa marah dengan manusia kelewat cuek seperti Ice. Hanya membuang tenaganya.

****

Halilintar itu jarang banget menyesal. Ia udah sering mukulin preman di gang, ngelemparin Taufan pakai kaleng kopi, dan kenain guru mental dengan mulutnya yang manis.

Ia minta maaf? Tentu saja Halilintar minta maaf! Ia pria sejati, selalu mau minta maaf duluan. Sayangnya perkataan maaf itu tak pernah di sertai dengan penyesalan.

Tapi kali ini Halilintar sangat menyesal. Benar-benar sangat menyesal.

Seharusnya semalam ia tetap beli delivery tanpa peduli dengan nasib Ice. Kan sekarang lambungnya marah, dan ini tak bisa di selesaikan begitu saja dengan kata maaf.

Asam lambungnya naik.

Halilintar meringis di sofa tanpa bisa bergerak kemanapun. Dalam hati banyak yang ia umpati. Mana obatnya habis lagi udah dari sebulan yang lalu. Andai kata Tuhan mau mengirimkan seseorang untuk menolongnya...

"Kak Hali kenapa? Kok pucat gitu?"

Baru juga doa, udah datang aja. Tuhan memang paling sayang dengan Halilintar.

"I-ce... to--lo..ng... a--asam.. lam--bung..ku.."

Ice yang terlahir peka dapat langsung menangkap maksud dari ucapan Halilintar.

"Kakak kena asam lambung? Ada obatnya gak? Biar aku ambilin"

Halilintar menggeleng menciptakan helaan nafas pasrah dari Ice. Remaja SMP ini dapat langsung menebak apa keinginan Halilintar.

"Bentar, aku beliin obat"

Pada akhirnya Ice melangkah pergi meninggalkan Halilintar seorang diri dalam keadaan menderita.

Setengah jam lamanya Ice kembali dengan membawa sekotak obat. Halilintar dengan cepat menyambar obat itu, memakannya untuk menghilangkan rasa yang menyiksa. Ice mendengus, meletakkan sekantong kecil kue-kue.

"Makan dulu kak kuenya, biar perut gak kosong"

Halilintar diam-diam tersenyum haru. Betapa baiknya Ice hari ini, tidak seperti semalam. Remaja SMP itu mau membantunya yang menderita. Tanpa di minta, ia sudah cukup peka.

Bahkan tanpa minta imbalan...

"Kak total semuanya 200rb ya.. sekalian ongkos jalan"

****

Keesokan harinya tubuh Halilintar kembali bugar. Langkah nya terdengar mantap menuju dapur. Untuk pertama kalinya, ia akan mencoba masak di kost an. Bukankah itu keren?

Soalnya Halilintar tidak mungkin membiarkan Ice kelaparan. Semalam saja remaja SMP itu hanya ngemil untuk mengisi perut. Halilintar gini-gini masih punya hati.

Tangannya dengan lihai membuka lemari, mengambil stok indomie milik Taufan. Gak usah masak yang ribet-ribet. Indomie aja udah cukup.

Sebelum masak Halilintar baca petunjuk di belakang bungkus Indomie.

"Rebus mie dalam 400 cc air mendidih selama 3 menit sambil diaduk", tangan Halilintar dengan lihai mengambil panci, mengizinkan dengan air dan meletakkannya di atas kompor.

Tangannya siap ingin menghidupkan kompor, tapi dirinya langsung teringat sesuatu.

"Aku kan gak pernah beli gas"

Halilintar mulai uring-uringan pagi itu. Ini hari Senin, setidaknya ia harus menyiapkan sarapan untuk Ice agar anak itu gak pingsan di sekolah. Hampir 2 jam ia terus uring-uringan kayak orang gila.

Tak sadar jika Ice sudah muncul lengkap dengan seragam.

"Kak Hali ngapain?"

"Kamu gak lihat? Aku mau masak mie"

Lah? Terus kenapa mondar mandir kayak mandor?"

"Aku lupa kompornya gak pernah di pasang gas", Ice melongo seketika mendengar penuturan Halilintar.

"Tapi kak.."

"Aku harus bikin sarapan! Aduh.. mana kakakmu jemput sore ini lagi.."

"Kak Hali"

"Apa beli sarapan di bude lontong depan aja kali? Gak usah deh, gak enak lontongnya"

"Kak"

"Beli kue kayak semalam aja mungkin lebih baik"

"Kak"

"Tapi emang kenya--"

"Kak, kompor rumah kost an kakak kompor listrik"

Halilintar terdiam seketika.

"Kok tahu?"

"Kan kak Taufan sering masak disini"

Oh tuhan..
Kalau kau benar-benar menyayangi Halilintar, cabutlah nyawanya segera, karena sang pemilik nama kini malunya gak ketolong.

****

"Makasih ya Hali! Kamu mau repot-repot jaga Ice", Taufan terkekeh pelan dengan tangan mengusap kepala Ice yang sedari tadi hanya diam. "Mungkin lain kali aku bisa titipin Ice la--"

"GAK USAH!"

BLAM.... 

Taufan mengerjapkan matanya bingung saat Halilintar membanting pintu kamarnya dengan keras. Matanya melirik ke arah Ice dengan tatapan bingung.

"Kalian kemarin baik-baik aja kan?"

"Iya"

END

Haruskah ku bilang ini aneh:v

Gak tau idenya kesana~ awokawok
Makasih untuk Kak cinta karena mau request:D

Semoga cerita ini memenuhi kepuasan Request kakak:D

Yang lain sabar ya! Ngantri!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro