CHAPTER 3
Miss Marigold
"Rasa penasaran selalu menuntun seseorang untuk melangkah lebih jauh, menapaki jalan yang sebelumnya tak pernah mereka jajah. Hingga tak sadar, mereka tersesat di tempat asing, di mana mereka hanya bisa melangkah maju, tetapi tidak bisa menemukan jalan untuk kembali."
⸙ ⸙ ⸙ ⸙ ⸙
Rose masuk ke dalam ruangan Chase setelah mengetuk pintu dan mendapat persetujuan untuk masuk. Berbeda dengan ruangannya yang didominasi warna merah, ruangan Chase justru didominasi oleh warna abu-abu dan hitam yang membuatnya terlihat tampak maskulin. Sebelumnya, ketika masih ditempati oleh Franklin, ruangan tersebut didominasi oleh warna cokelat. Terlihat tua, seperti pemiliknya.
Rose berjalan dengan penuh rasa percaya diri menghampiri meja Chase seraya menenteng proposal yang sudah dia siapkan. Wanita itu meletakkan proposal yang dibawanya ke atas meja Chase. Menatap sosok berwajah tegas di hadapannya dengan pongah.
"Ini proposal tema yang aku sebutkan tadi. Semua penjelasannya secara rinci ada di dalam. Semoga kau bisa mempertimbangkan perihal tema yang aku usulkan," ujar Rose percaya diri. "Dan tentu saja harus," lanjutnya kemudian, dengan suara yang lebih pelan, tetapi terdengar sarkastik.
Chase menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Menatap Rose dengan gaya dan tatapan yang amat menyebalkan. Kedua tangannya bertaut di depan dada. Lalu tiga detik kemudian, lelaki itu kembali menegakkan badan dan menjentikkan jari.
"Membaca berlembar-lembar tulisan ini hanya menyita waktuku. Silakan jelaskan secara lisan, Miss Seymour."
Rose meniupkan napas dengan jengah. Merasa kesal dengan tingkah Chase, yang jika dipikir-pikir, dia mirip dengan seseorang. Cara dia tersenyum, cara dia menatapnya dengan remeh, hingga cara dia bertindak sesuka hati. Semuanya nampak sama.
Rose menjelaskan kembali perihal tema "Sport and Fashion" yang sudah ia jelaskan di ruang rapat. Kali ini dengan lebih rinci. Mulai dari latar belakang mengapa harus menggunakan tema itu, anggota tim yang ia usulkan, desainer pilihannya, pun dengan kandidat model yang Rose pikir akan cocok dengan tema tersebut.
"Ah, bagaimana ini? Setelah mendengar penjelasanmu, ternyata aku malah ragu untuk menerima usul temamu."
"Lantas? Kau plin-plan?" Rose memicing tajam. "Dan, jika kau pikir temaku tidak bagus, kau memiliki rencana lain?"
Chase mengangkat bahu. "Nope," jawabnya. "Sebenarnya, tim yang kau buat aku setuju-setuju saja. Tapi tidak ada satu pun dari model yang kau sebutkan yang menarik minatku. Sandara Grace, dia terlalu anggun untuk menjadi model dengan tema yang kau inginkan. Caterina Smith, bukankah dia sudah terlalu tua? Beberapa bagian tubuhnya mungkin sudah kendor. Dan James Wyatt, aku tidak menyukainya, Demi Tuhan, Miss Seymour."
Rose tersenyum miring. "Oke. Terserah kau menyukainya atau tidak, hal itu bisa didiskusikan lewat rapat redaksi selanjutnya. Yang ingin aku konfirmasi saat ini hanyalah, apakah kau menyetujui tema ini, Mr.Carlbough? Itu saja. Tolong jangan bertele-tele dan membuang waktuku yang berharga. Agar tim juga bisa bekerja segera."
Chase terkekeh pelan, membuat Rose mengerutkan kening dengan heran--apa yang dia tertawakan?
"Kau berlagak seolah di sini hanya kau yang sibuk, Miss Seymour."
Chase berdiri dengan gaya elegan. Berjalan ke hadapan Rose. Melihat keseluruhan tubuh wanita itu dari ujung kaki hingga ujung rambut, lalu tersenyum miring. Rose sangat menarik, pikirnya. Bibir dipolesi lipstik merah tersebut sangat tajam dalam melontarkan kata-kata. Tapi sangat mengena dan benar-benar menggunakan logika.
"Tapi, yeah, memang. Kau tidak suka membuang waktu. Begitu kata karyawan-karyawan di sini." Chase mengerutkan hidung dan bibirnya dengan gaya sok manis. "Kau tidak pernah berkencan?" tanya Chase dengan suara berbisik kali ini.
Mungkin akan menyenangkan menggoda wanita yang tampak kokoh ini, merasakan kehangatan tubuhnya di atas ranjang, dan... wow, sial! Chase merasa itu akan sangat menakjubkan. Memiliki sensasi yang luar biasa.
Namun Rose justru memutar bola mata dengan jengah. Sungguh terdengar seperti pertanyaan yang tidak penting menurutnya.
"Jika sudah tidak ada yang ingin kau bicarakan, aku pergi." Rose berbalik cepat meninggalkan Chase. Namun saat sampai di ambang pintu, Rose kembali menoleh. Menatap Chase yang saat ini juga menatapnya dengan senyuman yang--sial sekali--tampak sengaja menggodanya.
Rose berujar, "Kau harus menghadiri acara makan malam tim agar kita bisa membahas hal ini dengan yang lain."
Chase tersenyum tipis. Well, wanita yang sangat menarik. Dia belum memutuskan tim tersebut secara resmi, tapi dia sudah mengambil keputusan sendiri. Sungguh tipe wanita mandiri yang terlalu mandiri. Menarik.
⸙ ⸙ ⸙ ⸙ ⸙
"Sial, kapan kita akan makan jika perdebatan ini tak kunjung berhenti?"
Frank mendesah pelan seraya memejamkan mata lelah. Mereka diundang makan malam sebagai tim yang terbentuk untuk tema bulan ini, tetapi berakhir hanya berakhir mendengarkan perdebatan Rose dan Chase. Lagi.
"Aku menyesal datang. Lebih baik pergi dengan teman-temanku dan mendengarkan celotehan gila mereka daripada harus mendengarkan perdebatan yang membuat kepalaku ingin meledak," Anne menimpali dengan gelengan kecilnya.
"Haruskah kita pulang saja?" Frank memberi usul gila, yang segera ditanggapi oleh Anne.
"Ya. Jika kau mau kepalamu dipenggal si penyihir merah dan satu lagi atasan barumu."
Anne dan Frank yang duduk bersisian, beralih kembali menatap dua sosok yang tengah bersitegang dengan pendapat masing-masing. Rasanya, mereka seperti makhluk ghaib yang tidak memiliki peran apa pun di sana. Dan sebenarnya, memang tidak ingin. Mereka hanya ingin segera makan, karena perut yang sudah kelaparan, kemudian pulang untuk menenangkan diri setelah seharian bekerja dengan orang-orang yang nyaris tidak waras ini.
"Grace saat ini sedang naik daun. Gayanya selalu terlihat anggun dan polos. Akan menjadi terobosan besar jika kita membuatnya tampak seperti gadis tangguh dan berani dengan pakaian sporty."
Rose, masih dengan kandidat utama yang menurutnya pantas menjadi model tema bulan ini; Sandara Grace.
"Tapi wajah gadis itu sama sekali tidak bisa meyakinkanku, Miss Seymour."
Dan Chase, yang masih kukuh bahwa Sandara Grace tidak cocok.
"Kau pikir untuk apa ada make-up? Soft lens yang bisa mengubah vibes tatapan seseorang? Dan kau tahu kenapa namanya melesat tiba-tiba beberapa tahun belakangan? Karena dia profesional, melakukan pekerjaan dengan baik. Aku yakin dia juga bisa bekerja maksimal dengan gayanya yang berbeda."
Inilah Rose. Yang tidak pernah monoton. Dia bisa menciptakan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Sesuatu yang awalnya biasa menjadi luar biasa. Menjadikan sesuatu yang tak terlihat menjadi terang benderang. Dengan cara apa pun.
"Bagaimana jika tidak?" sanggah Chase lagi.
"Maka mulai saat itu, kau bebas untuk meragukan pendapatku. Dan yang perlu kau ketahui, pendapatku selama ini selalu berakhir baik." Rose berbicara dengan angkuh. Menatap Chase tanpa gentar.
Cole menatap Frank, kemudian mengangkat bahu dan alis, sambil tersenyum miring. Seolah mengatakan lewat bahasa tubuh, bahwa yang dikatakan wanita itu benar.
Dan Anne yang duduk di sisi Frank berbisik, "Benar sekali. Meski dia menyebalkan saat bekerja, tapi hal-hal yang dia usulkan selalu membawa Dazhed pada keberuntungan besar."
"Dan untuk orang-orang yang bekerja di bawahnya juga," Frank menimpali tanpa ragu.
Semua orang kelabakan bekerja di bawah perintah Rose. Tapi saat seluruh pekerjaan selesai, keberuntungan yang besar--entah itu karir atau uang--akan berdatangan pada mereka. Makanya, meski dia terkenal kejam, orang-orang di luar sana mengantri untuk bekerja dengannya.
"Kau ingat nama Thania Wilson yang dulunya tidak begitu dikenal, tiba-tiba menjadi top model kesepuluh setelah mengisi sampul majalah Dazhed bulan Desember tahun lalu? Aku paling takjub padanya," bisik Anne dengan nada yang benar-benar menunjukkan bahwa dia sangat takjub.
Thania Wilson wanita dari ras hitam yang kata orang tidak begitu cantik dan menarik, sehingga dia jarang sekali mengisi sampul majalah. Tapi Rose mampu melihat adanya berlian di dalam diri wanita tersebut. Banyak pertentangan dari orang-orang tim saat Rose memilih wanita itu. Tapi begitu majalahnya terbit, BOOM! Edisi bulan tersebut laris, dan Thania Wilson mulai diburu oleh berbagai brand fashion terkenal dan juga majalah-majalah lain sampai dia masuk menjadi 10 top model Amerika di tahun berikutnya.
"Oke." Akhirnya Chase tidak lagi menyanggah. "Jika penjualan edisi bulan ini tidak sebaik sebelumnya, kau yang bertanggung jawab."
"Memang sejak dulu begitu, Mr. Carlbough," balas Rose tersenyum sinis.
"Baiklah. Aku terlalu lapar untuk menanggapi ucapan-ucapan tajammu, Miss Seymour. Mari makan."
Chase tersenyum dengan gayanya pada orang-orang yang berada di meja. Yang tentunya sudah hampir kehilangan nafsu makan sejak tadi.
⸙ ⸙ ⸙ ⸙ ⸙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro