CHAPTER 2
MARRYGOLDIE
It is better to lead from behind and to put others in front, especially when you celebrate victory when nice things occur. You take the front line when there is danger. Then people will appreciate your leadership.
~ Nelson Mandela ~
⸙ ⸙ ⸙ ⸙ ⸙
Dinding abu-abu dengan desain garis-garis yang membentuk alur tampak terasa sangat dingin. Hal itu pulalah yang terasa di dalam ruang pertemuan yang dikelilinginya. Semua karyawan merasakan ketakutan melihat dua manusia yang saat ini tengah berdebat. Bahkan saking takutnya, mereka sama sekali tidak bisa bergerak. Seakan jika mereka bergerak sedikit saja akan memecahkan perang di antara dua manusia itu.
Dua manusia itu adalah Rose dan juga Chase. Tatapan tajam keduanya tak pernah lepas. Ruang pertemuan selalu menjadi tempat yang menegangkan. Tapi kali ini suasana semakin mencekam tatkala Chase tidak menyetujui rencana yang Rose untuk rancangan tema 'Sport and fashion' yang diusung oleh Rose. Menurut Chase tema itu tidak menarik banyak orang. Itulah yang menjadi pemicu ketegangan saat ini.
"Olahraga sedang digandrungi banyak orang saat ini, Mr. Carlbough. Dengan tema ini kita bisa mengubah persepsi orang jika dalam olahraga kita bisa tampil stylish." Rose bersikeras mempertahankan tema yang sudah dipikirkannya selama berminggu-minggu.
"Kita berolahraga bukan untuk bergaya di depan kamera, Miss Seymour. Kita berolahraga untuk menjaga kesehatan."
"Stylish tidak hanya untuk bergaya di depan kamera, Mr. Carlbough. Jika kau tidak paham dengan arti kata stylish, bagaimana bisa anda menjadi pemimpin redaksi di majalah Dazhed?"
Semua orang seketika menelan air liurnya mendengar ucapan kejam Rose. Wanita itu sama sekali tidak takut pada Chase meskipun kedudukan pria itu jauh lebih tinggi darinya. Bagi Rose dia akan menghormati orang yang pantas dihormati. sayangnya dalam kasus Chase dia adalah pria yang jauh dari kriteria pantas dihormati.
"Kau meragukanku menjadi pemimpin redaksi majalah Dazhed?" Chase memicingkan matanya memberikan tatapan tajam pada wanita itu.
Sayangnya Rose sama sekali tidak takut dengan tatapan pria itu. Karena itulah sifat Rose. Dia tidak takut pada siapapun. Dia benci jika harus menjadi wanita lemah yang bisa dikuasai oleh pria. Dia sudah pernah melihat ketidakadalan itu melalui ayah tirinya dan juga sang ibu. Rose tidak akan pernah menjadi wanita lemah seperti sang ibu.
"Jika kau tidak bisa menilai tema yang bagus, maka ya aku meragukanmu, Mr. Carlbough. Bahkan Mr. Franklin jauh lebih baik dari anda."
Chase terdiam tanpa mengalihkan pandangannya dari wanita berani di hadapannya. Dia mengamati wanita yang mengenakan shirt jumpsuit berwarna merah. Lalu tatapannya beranjak naik. Tertuju pada belahan kemeja yang rendah sehingga membuat payudara wanita mengintip di baliknya. Kemudian tatapannya beralih kembali pada wajah tegas Rose yang terlihat cantik. Rambut panjang berwarna coklat kemerahan itu dibiarkan tergerai dengan begitu indahnya. Bibir yang dilapisi lipstick merah terang tampak begitu menggoda dan berbahaya. Bibir itu bisa melukai siapapun yang berbicara dengannya.
"Sayangnya Mr. Franklin tidak lagi berkuasa di sini. Aku sudah menggantikannya. Bukankah seharusnya kau menuruti ucapanku, Miss Seymour."
"Menurutimu? Apakah kita sedang berada di negara diktator, Mr. Carlbough? Kau memang memegang jabatan pemimpin redaksi, tapi bukan berarti aku dan karyawan lain akan menurutimu. Kami memiliki kebebesan untuk berpendapat. Seharusnya pemimpin yang akan mendengarkan pendapat karyawannya."
Semua karyawan menatap ke arah Chase. Meskipun Rose kejam, tapi mereka semua setuju dengan ucapan sang penyihir merah. Mereka bukanlah rakyat yang sedang dipimpin oleh Adolf Hitler. Yang bekerja hanya menuruti atasannya saja.
Chase tahu jika dia semakin menekan Rose, dia tidak hanya akan berhadapan dengan Rose tapi juga semua karyawannya. Akhirnya Chase pun menyandarkan punggungnya di kursi dan menatap Rose dengan tenang.
"Baiklah, Miss Seymour. Aku akan mendengarkanmu. Jelaskan pengaruh apa yang akan terjadi jika kita menggunakan tema ini?"
Rose tersenyum tipis karena berhasil mendesak Chase. "Selama ini kita tahu jika pakaian olahraga memiliki ukuran yang lebih besar dari tubuh kita. Terkadang wanita merasa tidak percaya diri mengenakan pakaian seperti itu. Tubuh mereka akan tampak tenggelam di dalam pakaian itu. Karena itu sekarang wanita tidak lagi mengenakan pakaian training yang berukuran besar."
Chase mengawasi Rose tanpa berkedip. Rose terlihat begitu fasih menjelaskan tema yang diusungnya. Rasa percaya dirinya yang tinggi membuat penjelasan itu terdengar begitu meyakinkan.
"Banyak desainer yang memanfaatkan alasan ini untuk membuat pakaian orahraga yang tampak stylish. Seperti halnya Stella McCartney, Jeremy Scott, Riccardo Tisci dan desainer lain yang mampu membuat persepsi tentang pakaian olahraga mulai berubah. Dengan mengusung tema ini dan bekerja sama dengan perusahaan pakaian terbesar di Amerika, aku sangat yakin semua orang bisa melihat pakaian olahraga tidak lagi tampak mengerikan. Dengan pakaian yang terlihat stylish akan membangkitkan semangat banyak orang untuk berolahraga. Karena itulah tema 'Sport and fashion' sangat penting diterbitkan."
Rose menatap Chase dengan dagu yang terangkat seakan menunjukkan dia mampu memberikan penjelasan yang bagus untuk disetujui olehnya. Karyawan yang berada dalam ruangan itu kembali takjub pada Rose dan ikut memandang ke arah Chase untuk menantikan keputusan pria itu.
"Penjelasan yang bagus, Miss Seymour. Kau mampu mengubah keputusanmu dengan penjelasan yang menakjubkan itu."
"Jadi anda menyetujuinya?" tanya Rose.
"Baiklah. Aku menyetujuinya. Tapi kau harus menjelaskan detail tema itu secara langsung padaku."
"Sienna akan memberikan proposal tema itu dan akan menjelaskannya pada anda, Mr. Carlbough."
Chase menggelengkan kepalanya. "Tidak, Miss Seymour. Aku mengatakan kau yang harus menjelaskan detail tema itu padaku."
"Aku?" Rose terkejut dengan ucapan Chase.
"Ya, kau Miss Seymour. Aku ingin kau lebih meyakinkanku dengan menjelaskan tema itu lebih detail lagi. Apa kau keberatan melakukannya? Karena jika kau keberatan mungkin aku akan membatalkan keputusanku."
Rose menatap tajam Chase dan tampak begitu kesal karena pria itu telah menyalahgunakan kekuasaannya. Wanita itu memejamkan matanya dan berusaha untuk tidak menuruti keinginannya menonjok atasannya sendiri. Tak lama setelah meredakan emosinya dia membuka matanya dan menatap Chase kembali.
"Baiklah, Mr. Carlbough. Aku yang akan menyerahkan proposal itu dan akan menjelaskan langsung pada anda."
Chase tersenyum penuh kemenangan membuat Rose ingin melayangkan kepalan tangannya agar senyuman di wajah pria itu lenyap.
"Baiklah. Pertemuan hari ini selesai. Selamat bekerja kembali." Chase berdiri dari kursinya lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan itu.
Rose pun melakukan hal yang sama dan diikuti oleh Sienna. Para karyawan yang berada dalam ruangan itu pun bisa bernafas dengan lega. Itulah yang dilakukan Colin Coleman, sang redaktur fashion yang mengenakan setelan unik bermotif kotak-kotak yang mampu membuat siapapun pusing. Wajah putih pria itu semakin memucat. Dia memegang kepalanya dengan gerakan yang lemah gemulai.
"Aku bisa mati jantungan jika dalam suasana dalam ruang pertemuan setegang tadi."
Anne Oswald, yang bertanggung jawab dengan make up melakukan hal yang sama. Dia pun seakan kehabisan oksigen karena terlalu banyak menahan nafas.
"Aku juga akan menyusulmu, Cole. Memiliki satu penyihir merah saja sudah membuat jika berada dalam bom waktu dan sekarang ditambah dengan pemimpin redaksi yang mampu memancing amarah Miss Seymour."
Sang fashion writer tampan bernama Frank Addison menatap kedua teman kerjanya. "Selamat datang di neraka Dazhed. Aku merasa ingin segera pindah dari sini. Di sini membuatku gila. Terutama Rose sang perfeksionis."
Coline atau yang biasa dipanggil Cole memegang tangan Frank. "Oh, tidak. Jangan tinggalkan aku, Babe. Aku bisa semakin mati tanpamu."
Frank menepis tangan pria itu dan menatap Cole jijik. "Hentikan itu, Cole. Kau membuatku merinding. Aku masih normal. Jadi jangan buang-buang waktumu untuk merayuku. Seperti kata pimpinan redaksi kita yang baru, selamat bekerja kembali. Aku harus mberkutat dengan revisi artikelku. Bye." Pria itu buru-buru membereskan barangnya dan bergegas keluar dari ruang pertemuan.
Anne mendaratkan kepalanya di atas meja. "Bagaimana bisa aku bekerja dengan penuh tekanan seperti ini. Aku butuh hiburan."
Cole pun tersenyum menatap temannya itu. "Mau melihatku menari?"
Seketika Anne menegakkan kepalanya dan segera membereskan barang-barangnya. "Tidak perlu, Cole. Aku sduah bersemangat untuk kembali bekerja."
Anne bergegas pergi meninggalkan Cole yang mendengus kesal. "Tega sekali kalian meninggalkanku sendirian."
Pada akhirnya Cole juga meninggalkan ruangan itu. Menjadi karyawan di majalah Dazhed tidaklah mudah. Meskipun Dazhed adalah perusahaan yang bergengsi, tapi lingkup pekerjaannya sama dengan neraka.
⸙ ⸙ ⸙ ⸙ ⸙
Kali ini yang menulis Marrygoldie lho. Jadi baca yuukkkss.... Jangan lupa VOTE dan juga tinggalkan KOMEN setelah membaca ya....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro