Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 16

Ingatan Akashi seakan diajak kembali ke beberapa waktu silam di Hotel Akasaka, lebih tepatnya terhadap kasus pembunuhan yang terjadi kepada seorang tokoh penting negara. Hal yang membuat Akashi mengerutkan dahi karena kasus ini berkaitan dengan kakak dari [name], Kasamatsu Yukio, walau belum ia selesaikan sampai detik ini karena keraguannya sendiri. Apakah Imayoshi memang berencana membuat bentangan jurang antara ia dan [name], gadis yang belakangan ini memenuhi benaknya? Bagaimana bisa Imayoshi mengetahui kasus tersebut?

Pada waktu itu Akashi datang dengan ayahnya, Akashi Masaomi, di sebuah pesta perayaan ulang tahun salah seorang anggota legislatif dari pihak pendukung pemerintah bernama Kasamatsu Satoshi. Walaupun Akashi Masaomi ada di pihak oposisi, tetapi semasa muda mereka cukup akrab karena berasal dari perguruan tinggi yang sama.

"Ah, Masaomi!" sapa pria paruh baya berambut gelap seraya menghampiri Masaomi dan dirinya.

Di samping Kasamatsu Satoshi, Akashi melihat pemuda seumuran dengannya. Akashi menduga dia adalah anak dari pria paruh baya tersebut, walau wajahnya sedikit berbeda dari dugaannya. Pria berambut crimson itu pun berasumsi bahwa pemuda itu seorang anak angkat.

Masaomi yang semula berbasa-basi singkat dengan Satoshi menyadari tatapan anaknya kepada anak dari rekannya, seolah-olah sedang berdeduksi tentang suatu hal.

"Satoshi, kau ingat Seijuro putraku?" ucap Masaomi. "Sepertinya ia baru sekarang bertemu dengan putramu."

Satoshi terkekeh. Ia menepuk punggung putranya seraya menatap Akashi dengan senyuman terpatri di wajah.

"Ah iya, kenalkan dia Kasamatsu Yukio, putraku yang kubanggakan. Kuharap kau bisa akur dengannya, Seijuro."

Akashi pun balas tersenyum. Dia mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Kasamatsu Yukio, yang tentunya ikut disambut dengan pria berambut spike gelap itu. Ada aura kurang menyenangkan saat Akashi menatapnya, ia bisa lihat jika Kasamatsu Satoshi benar-benar menyayangi putranya—ah, putra angkatnya. Namun, ia tidak melihat tatapan penuh emosi itu di mata Kasamatsu Yukio, justru ada rasa kebencian tersirat di dalamnya.

[][][]

Akashi bukannya tidak menyukai pesta, hanya saja ia lelah berbasa-basi dan terlibat dalam pembicaraan dangkal dengan rekan-rekan ayahnya di pemerintahan. Pria itu menghela napas sembari memutar-mutar gelas flute berisi anggur dengan pelan. Tiba-tiba, ia merasakan eksistensi seseorang di sampingnya, yakni Kasamatsu Yukio.

"Kau pasti sudah menduga kalau aku anak angkat," ujar Yukio tiba-tiba, yang tidak ayal membuat Akashi menaruh atensi pada pria berambut spike itu.

"Dari tatapanmu, seakan sedang menelanjangiku." Yukio tertawa kecil dengan gurauannya sendiri, Akashi pun sedikit mengulas senyum.

Akashi meminum sedikit anggurnya, lantas menatap Yukio dari balik gelasnya. "Kenapa kau tidak menyukai ayahmu? Beliau orang yang hebat."

Yukio mendengkus. "Kau juga akan membenci ayahmu kalau kau mengetahui rahasia kelam dan jahat miliknya, Akashi." Seusai mengatakannya, pandangannya seolah-olah menerawang jauh, seolah tengah mencari sesuatu yang telah lama hilang.

Akashi mengangguk, ia tidak ingin mengganggu privasi Yukio. Toh, ia baru mengenalnya hari ini dan juga belum dalam tahap berteman. Akan tetapi, ada sesuatu di balik perkataan Yukio tadi yang mengusiknya.

Kau juga akan membenci ayahmu kalau kau mengetahui rahasia kelam dan jahat miliknya.

Ia menggelengkan kepala. Hubungannya dengan sang ayah tidak sedekat itu, ia memang mewarisi bisnis keluarga dari sang ayah, tetapi di dalam rumah suasananya seperti ... formal? Entahlah, sejak ibunya tiada, suasana di dalam rumah menjadi kaku dan dingin. Wajar jika ayahnya menyimpan rahasia di belakang Akashi karena hubungan mereka tidak sedekat ayah dan anak pada umumnya, bukan? Kenapa perkataan itu mengusiknya?

"Akashi," panggil Yukio, sontak membuyarkan lamunan singkat pria berambut crimson itu. Kasamatsu Yukio menyipitkan mata, memandang orang-orang yang datang ke pesta ulang tahun ayahnya. "Aku mencurigai banyak orang di sini sebenarnya, sebab terkadang pekerjaan ayahmu dan ayahku itu berbahaya. Orang-orang di sini hanya saling memanfaatkan, bukan begitu?"

Akashi mengendikkan bahu. Memang, orang-orang yang menduduki jabatan tinggi tidak sepenuhnya baik, pasti ada keinginan untuk mempertahankan kedudukan tingginya dengan segala cara; salah satunya dengan saling memanfaatkan berdasarkan dalih menjalin relasi. Namun, Akashi sudah datang ke pesta dengan ayahnya berkali-kali, tidak ada hal buruk yang terjadi.

"Kau hanya paranoid," jawab Akashi. "Mungkin karena kau jarang ikut acara seperti ini, lalu sekarang kau merasa terintimidasi dengan orang-orang yang mungkin serigala berbulu domba di acara ayahmu."

Kata-kata Akashi terkesan sedikit kasar dan tidak dipilah, sehingga Yukio dibuat diam karena perkataannya.

Akan tetapi, jika lirikan mata Akashi tidak berbohong, seorang Kasamatsu Yukio sedikit mengulas senyum penuh arti.

[][][]

Akashi mengetuk-ngetuk pena yang digenggamnya di atas meja. Di hadapannya, duduk Kuroko Tetsuya yang menjadi penghubung dirinya dengan kemauan Imayoshi untuk 'bermain', katanya. Jujur, ia ingin sekali datang ke TKP langsung, yakni hotel tempat Imayoshi saat ini berada, tempat diselenggarakannya pesta ulang tahun Kasamatsu Satoshi beberapa waktu silam. Namun, ia tidak diperbolehkan melakukannya oleh Imayoshi untuk menguji keterampilannya. Akhirnya, ia hanya bisa duduk di sebuah café tidak jauh dari tempatnya semula, sedangkan anggota dewan juga terancam bahaya jika ia tidak bertindak cepat menyelesaikan permainan.

"Tetsuya," panggil Akashi sembari mencoret-coret kembali kertas yang beberapa waktu lalu tergambar sebuah denah hotel olehnya.

"Ya, Akashi-kun?" sahut Kuroko lirih.

"Bisa kau mintakan berkas kasus kematian Kasamatsu Satoshi di kepolisian? Hubungi Hyuga atau Daiki, bisa juga temanmu yang lain." Akashi masih menulis sesuatu sembari sesekali bergumam kepada dirinya sendiri. "Terutama hasil otopsinya." Lanjut pria berambut crimson itu.

Kuroko menyanggupi permintaan temannya itu, ia pun menghubungi rekan-rekannya di kepolisian untuk dimintai berkas yang dimaksud Akashi. Kasus yang tengah dikerjakan Akashi adalah kasus yang tidak bisa diselesaikannya karena ia merasa ragu, ia hanya diselimuti kecurigaan kepada anak angkat Kasamatsu Satoshi, yakni Kasamatsu Yukio, hanya karena Akashi tahu perasaan benci pemuda itu terhadap ayah angkatnya. Akashi takut merasa bias, sehingga ia serahkan kepada detektif resmi kepolisian. Akan tetapi, kasus itu ditutup tanpa adanya penyelesaian.

[][][]

Pesta ulang tahun yang tergolong megah untuk pria paruh baya, begitu pikiran Akashi. Sebab tamu undangan silih berganti berdatangan tidak lama setelah kedatangannya dan bahkan setelah ia selesai berbincang singkat dengan Kasamatsu Yukio. Ia sendiri tidak terlalu mengamati keberadaan ayahnya, yang diasumsikan tengah berbincang dengan pejabat-pejabat yang lain, tetapi ia tiba-tiba berdiri di sampingnya saat makan malam dihidangkan dan live music ditampilkan.

Akan tetapi, Akashi menyadari raut wajah ayahnya yang seperti murka akan sesuatu.

"Tou-sama, ada apa?" tanya Akashi tanpa menatap langsung ke ayahnya itu.

Masaomi menggeleng. "Hanya bertemu dengan orang yang tiba-tiba lemah dan tidak hati-hati dalam berbicara," jawabnya. Ia menatap putra tunggalnya itu. "Kau adalah pria yang kuharapkan, Seijuro. Kau cerdas dan dapat diandalkan, jangan jadi pria yang lemah. Kau harus bisa menghadapi apapun."

Akashi diam sejenak, ia bingung dengan respon yang harus ia berikan atas ucapan ayahnya. Lagi pula, ayahnya tidak mungkin bersikap aneh hanya karena ucapan sinis yang acap kali diterimanya dari orang lain.

"Siapa orang yang tadi—"

Tanpa menyelesaikan pertanyaannya, pandangan Akashi tiba-tiba tertuju pada Kasamatsu Yukio dan Kasamatsu Satoshi yang tiba-tiba undur diri, pikirannya masih dipenuhi kata-kata Yukio dan gestur wajahnya yang mencurigakan. Tanpa sadar ia beranjak dari tempatnya dan mengikuti sejoli ayah dan anak tadi, tanpa mengacuhkan panggilan dari Masaomi.

Yukio dan ayahnya masuk ke sebuah kamar, terdengar pertengkaran mereka oleh Akashi, tetapi ia tidak bisa menangkap pembicaraan ayah-anak itu karena ia tidak berani mendekat lebih jauh. Yang jelas, kata yang Akashi dengar adalah nama ayahnya, perihal orang tua kandung Yukio, dan kematian.

Akashi mendengar suara tubuh jatuh tergeletak di atas lantai, lantas suara teriakan Yukio seperti orang yang ketakutan akan sesuatu. Saat Akashi menghampiri mereka, Kasamatsu Satoshi tergeletak dengan wajah yang pucat, bercucuran keringat, dan pupil mata yang membesar.

Mata Yukio sedikit terbelalak saat Akashi berkata dengan lirih, "Ia diracuni."

Ekspresi lain tersirat dari wajah Yukio yang tertangkap Akashi, seakan mengatakan, "Sudah kuduga."

TBC

Sebenarnya cukup susah juga menyelesaikan ff ini, karena premis dan konflik yg dulu kusiapkan kurang matang, tapi aku senang bisa meneruskan walau slow update banget, berkali-kali pengen nyerah sebenernya. Jujur, untuk update ini memakan banyak waktu karena aku harus membaca beberapa referensi karena rencananya ingin kubuat locked room mystery, tetapi karena sedikit susah direalisasikan akhirnya aku memakai kasus racun. 

Clue racunnya: salah satu dari 3 tanaman beracun di Jepang, Torikabuto namanya. Bisa baca-baca dikit kenapa tanaman ini bisa disebut sebagai Queen of Poisons (Kingnya Arsenic FYI).

Kuharap updatenya bisa memuaskan teman-teman (walau lama heheheheh). Yang jelas tujuan Imayoshi di sini karena ia berhubungan dengan seseorang dan dapat banyak keuntungan, nah seseorang ini terkait sama masa lalu Yukio sama [name] dan emang punya hubungan juga sama bapak angkatnya Yukio hehew. 

Makasih udah baca <3 Dankee

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro