Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 6 : A Little Angel

Taehyung tampak sibuk dengan ponselnya sehingga membuat Sohyun merasa bosan. Meskipun jam istirahat kondisi di seluruh sudut sekolah begitu ramai, namun tidak bagi Sohyun. Ia merasa kesepian. Ia menumpukan kepalanya pada salah satu tangan di atas sikunya. Sementara, tangannya yang lain ia ketuk-ketukkan di atas meja.

Ia pun kehabisan kesabaran.

"Yak!! Apa yang kau lakukan? Kenapa daritadi senyum-senyum sendiri? Kenapa terus menatap ponselmu? Apa kau tahu, aku sangat bosan?? Kau menyebalkan!"

"Hei! Kenapa diam saja??"

"Aishhh!!"

Sohyun pun dengan ganas merebut ponsel Taehyung dari tangannya. Taehyung tercekat. Merasa terusik, ia pun berusaha merebut kembali ponselnya dari genggaman Sohyun. Namun, gadis itu terlalu lincah sehingga butuh waktu lama untuk menguasai kembali kepemilikannya.

"Sohyun! Awas.. ada Sungjae di belakangmu!"

"Mana??"

Taehyung segera menyabet ponselnya ketika Sohyun menoleh.

"Dasar.. pabo!"

Taehyung mengejek Sohyun, ia pun segera kabur dari sana.

"Heol! Tae....!!!"

Kenapa dia malah pergi? Aku jadi sendiri kan sekarang?

Aku tahu apa yang sedang kau lihat di benda kotak itu. Kau sedang penasaran akan Bae Irene. Kau mau tau banyak tentangnya, benar kan? Kim Taehyung?
.

.

.

.

.
.

.

.
"Bae Irene... sebentar lagi kau akan jadi milikku!"

Batin Taehyung.

..................................

Cuaca mendadak menjadi mendung. Mungkin langit tau betapa sendunya perasaan Sohyun saat ini. Sohyun sedang mengendarai sepedanya, namun pikirannya benar-benar kacau hingga pandangannya terlihat begitu kosong.

Sohyun-ah.. aku ada kerja kelompok bersama Seungcheol. Kau bisa pulang sendiri kan?

Kalimat itu masih terngiang di kepala. Taehyung memintanya pulang duluan, tetapi Sohyun tau bahwa ia sedang dibohongi.

"Kau mau kemana Tae? Kenapa membiarkan gadis itu pulang sendirian?"

"Tenang. Sohyun akan baik-baik saja. Dia sudah dewasa dan terbiasa sendiri. Aku harus mengurus sesuatu yang sangat penting. Ini masalah hati..."

Percakapan antara Seungcheol dan Taehyung lah yang membuat Sohyun semakin yakin. Sekarang, sahabat dekatnya itu pasti mengulik kehidupan Bae Irene.

Tapi sampai kapan? Sampai kapan gadis itu harus berpura-pura baik-baik saja. Ia sakit. Sesungguhnya, ia sangat rapuh dan retak hatinya.

"Dia sudah dewasa. Dia terbiasa sendiri. Dia akan baik-baik saja."

"Daebak! Sahabat macam apa itu? Semua orang bilang bahwa persahabatan itu jauh lebih penting dari hubungan percintaan. Aku mencoba mempertahankan persahabatanku dengannya. Tapi dia?? Dia meninggalkanku begitu saja. Munafik sekali.. sungguh menyebalkan!! Semua pria itu menyebalkan!!"

Sohyun berulangkali mengomel di perjalanan. Untungnya, jalanan sepi saat itu. Kalau tidak, mungkin dia sudah dibilang gila oleh orang-orang yang berlalu lalang.

Tiba-tiba ia mengerem sepedanya ketika melihat seorang anak kecil duduk termenung di bawah pohon di pinggir jalan.

"Apa dia menangis?"

Sohyun hendak mendekati anak itu. Namun, langkahnya terhenti. Dililihatnya kembali, seorang ibu-ibu datang. Ibu itu menggendong seorang bayi. Mereka terlihat kumal. Sohyun berkesimpulan bahwa mereka adalah orang jalanan.

Ibu itu terlihat garang dan marah. Ia merebut sebuah kantong plastik putih yang sejak tadi dipegang oleh si anak. Ibu itu menyahutnya lalu membuangnya ke aspal. Beberapa kali tangan anak itu ditarik dengan kasar. Walaupun sang anak sudah menurut, tetap saja ibu itu menariknya kasar.

Sohyun tidak tega menyaksikannya. Bagaimana seorang ibu bisa berlaku seperti itu pada anaknya sendiri? Tunggu. Tapi apa benar anak itu adalah darah dagingnya? Jika iya, mengapa seorang ibu harus setega itu?

Sohyun jadi teringat sosok ibu yang sudah meninggalkannya. Seorang ibu yang lebih memilih menikah dengan pria kaya dan meninggalkan putrinya sendiri yang masih berumur 5 tahun. Umur 5 tahun seharusnya menjadi saat-saat paling menyenangkan. Bisa bermain bersama teman-teman, dan memupuk kenangan manis bersama mereka. Namun, berbeda dengan dirinya. Ia justru harus menanggung perasaan menderita karena tidak mendapat kasih sayang ibu kandungnya sendiri.

Dan sejak hari dimana ibunya pergi, sejak itu pula perlakuan ayahnya pada Sohyun berubah. Ayah Sohyun menjadi suka mabuk dan menendangi tubuhnya. Melampiaskan semua kemarahan akibat sang ibu kepadanya.

Dan kata-kata 'anak haram' adalah hal yang cukup memilukan benaknya. Ia tak menyangka sang ayah sebegitu kejam memukul jiwanya. Menyobek-nyobek relung hatinya.

Sohyun menggelengkan kepala. Ia tidak mau mengingat masalah itu lagi. Ia mulai menyadarkan diri kembali.

"Loh, kemana mereka?"

Ibu dan anak itu hilang. Yang ada hanyalah plastik bekas injakan yang isinya tercecer disana.

"Sebenarnya apa itu? Kenapa ibu itu membuang lalu menginjaknya?"

Sohyun mendekati sesuatu yang kini menjadi sampah. Mengamatinya baik-baik lalu terkejut.

"Sosis?? Sepertinya masih hangat dan baru. Kenapa dibuang-buang?? Kasihan sekali gadis kecil itu. Pasti ia sangat ingin memakannya..."

Tak terasa, titik embun muncul dari kedua mata bulat Sohyun.

"Anak sekecil dia harusnya banyak mendapat kasih sayang dari ibunya. Kenapa Tuhan bersikap tidak adil?"

..................................

Sial. Di luar sana sedang hujan lebat. Padahal Sohyun sangat kelaparan dan bahan makanan sudah habis di rumahnya. Ia ingin sekali keluar dan membeli ramen. Namun ia harus mengurungkan niatnya itu.

Kruyuuuukkkkk....

Perut bodoh. Kenapa ia harus berbunyi disaat yang tidak tepat? Padahal Sohyun sudah berencana untuk kembali masuk ke kamar. Merapatkan selimut dan menutup mata. Cara ampuh menghilangkan laparnya. Namun yang ada malah naluri laparnya tak bisa lagi ditolak.

"Baiklah Sohyun.. mari keluar mencari ramen!"

..................................

Sohyun sudah berhasil mendapatkan apa yang ia cari. Buru-buru ia memakai hoodie-nya kembali dan membuka payung yang ada di tangannya. Angin berhembus sangat kencang hingga membuat Sohyun betul-betul harus menahan marah.

"Kenapa kau mengujiku huh?? Payung nakal! Kau harus tahu, hari ini aku begitu terlihat bodoh! Sekarang kau malah tersangkut di atas sana!"

Sohyun berusaha meraih payungnya yang tersangkut di pohon. Sayangnya, pohon itu sangatlah tinggi dan lebat daunnya. Percuma saja Sohyun melompat-lompat seperti kelinci. Ia tak akan bisa mengambilnya.

"Pakai ini__"

Seseorang menyodorkan payung dari belakang.

"Apa yang kau lakukan pabo??! Malam-malam begini kau keluar sendirian??"

"Bukankah aku sudah dewasa. Aku juga terbiasa sendirian. Aku pasti akan baik-baik saja!"

"Mwo?! Apa yang kau bicarakan? Berani melawanku??"

"Terserah."

Ya. Orang itu adalah Taehyung. Laki-laki yang sudah membuat perasaannya kesal hari ini. Dia selalu muncul dimana-mana. Pantas saja, mustahil bagi Sohyun untuk melupakannya dalam sekejap mata.

"Kau beli apa tuh?"

Taehyung melirik ke arah kantong belanja Sohyun. Sekarang, mereka sedang menggunakan satu payung bersama.

"Eh?!"

Taehyung bergeming.

Pergerakan tiba-tiba dirasakan oleh Sohyun. Tubuhnya kini semakin dirangkul oleh Taehyung.

"Apa yang kau lakukan?"

Tanya Sohyun penasaran.

"Hujan. Bajumu basah.. makanya aku menarikmu agak ke dalam supaya terkena jangkauan payungku. Lagian, kalo lapar, ngapain sih nggak datang ke rumahku seperti biasanya? Rumah kita kan dekat. Nggak perlu sampai hujan-hujanan ke luar rumah malam-malam. Bisa sakit dan bisa bahaya!"

Taehyung mulai ceramah. Sohyun hanya mengabaikannya saja. Ia masih marah pada laki-laki itu.

"Tumben diem aja?"

"Diamlah Tae! Diam atau aku sumpal mulutmu!"

"Omo! Kenapa kau jadi galak sekali??"

Sohyun memicingkan mata. Berharap otak Taehyung segera memproses sikapnya dan segera melakukan intropeksi diri tentang kesalahannya tadi sore.

"Nah sampai..."

Mereka sudah sampai di depan rumah sederhana Sohyun. Tanpa berucap, Sohyun langsung masuk menuju ke rumahnya hingga membuat Taehyung heran.

"Yak!! Setidaknya ucapkan terima kasihh!!"

"Sshhhh.. gadis itu!"

"Benar-benar membuatku gemas."

Sohyun yang masih berada di balik pintu, kini membuka kembali pintu rumahnya. Memperhatikan Taehyung yang mulai bergerak meninggalkan halaman rumahnya.

"Gomawo..."

Seutas senyum tersirat di wajah Sohyun.

Sohyun pun hendak kembali ke dalam rumah sebelum ia mendengar suara rintihan itu.

"Siapa disana?"

"Tidak ada orang? Lalu suara siapa itu??"

Sohyun menelisik ke sekitar halaman rumahnya. Tidak ada apapun. Nihil.

Lalu, dilihatnya ada semak-semak yang bergoyang. Sohyun merinding. Jangan-jangan itu hantu?

Atau.. apa mungkin rasa lapar lah yang membuatnya terlalu banyak berimajinasi hari ini??

Sohyun menghela nafas. Ia mencoba berpikir positif.

Tenang Sohyun. Itu pasti angin.. tidak ada hantu disini...

Krosakkk krosakkk...

Semak itu bergerak-gerak kembali. Sohyun kesulitan menelan ludah. Ia gemetaran tapi juga penasaran ada apa dibalik semak itu. Meskipun hujan masih mengguyur tubuhnya, ia tetap memaksakan diri melihat keadaan di balik sana.

Selangkah.. dua langkah.. sampai beberapa langkah telah ia tempuh. Kini semak itu sudah di depan mata. Tangannya berkesiap menyibak dedaunan itu dan.......

.

.

.

.

.

.


.
.
.

.

.

"Jadi kau tersesat dan sekarang kelaparan?"

Gadis kecil itu menganggukkan kepala.

Ah.. Sohyun tak tega.

"Bagaimana kalau makan ramen bersama eonni?"

Gadis itu terdiam. Ia tampak sedang berpikir keras. Kemudian, ia mantap menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Apa kau tidak suka ramen??"

"Atau apa kau takut padaku?"

Lagi-lagi gadis kecil itu menggelengkan kepala.

"Aigoo.. dengarkan aku. Kau harus makan. Kau tidak boleh kelaparan karna kau masih sangat kecil. Anggap saja aku keluargamu sendiri oke?? Tidak usah takut dan sungkan padaku."

"Eomma bilang, aku tidak boleh menerima pemberian orang lain . Eomma bilang orang-orang seperti kami tidak butuh rasa kasihan."

Gadis cilik itu mulai angkat suara.

"Jadi itu alasanmu tidak mau menerima ramen dari eonni?"

"Bagaimana jika eonni tidak bisa menghabiskan ramen ini sendirian? Apa kau mau membantu eonni? Bukankah kita harus saling membantu?"

"Aduuhhh.. perut eonni mulai kenyang.."

Sohyun melirik gadis itu dan ia berpura-pura kekenyangan.

Taktiknya pun berhasil.

"Baiklah jika eonni butuh bantuan.. aku akan memakan ramen itu untuk eonni."

Bagus Sohyun! Kau sangat pintar.
.

.

.


.

.

.

"Nah.. begitu. Habiskan yang banyak ya.."

Sohyun sangat senang. Anak itu akhirnya mau makan. Dia anak kecil yang sama dengan yang ia lihat tadi sore. Mungkin mereka memang ditakdirkan untuk berjumpa. Beruntung ayah Sohyun tidak pulang hari ini. Kalau saja ia pulang, pasti nasib anak di depannya akan terus kelaparan dan kehujanan di luar sana. Pun juga Sohyun, ia pasti diusir dari rumah kalau sampai ayahnya tahu masalah ini.

"Siapa namamu, anak manis?"

"Ahra. Namaku Ahra."

"Nama yang indah, Ahra..."

"Apa kau punya keluarga?"

Lanjut pertanyaanku.

"Iya. Seorang ayah, ibu dan seorang adik bayi bernama Doonbae."

Keluarganya lengkap. Tapi.. kenapa ia tidak terurus?

"Kau tinggal dimana?"

"Di suatu tempat dimana orang-orang membuang barang-barang bagus mereka."

Sohyun masih tidak paham. Ia mengedipkan mata berkali-kali mencoba mencerna ucapan Ahra.

"Ada boneka bagus disana.. tapi salah satu matanya hilang. Ada buku-buku bagus.. tapi sudah usang. Ada perabotan bagus.. tapi beberapa sudah jebol."

"Eomma sering mengumpulkan apa-apa darisana. Kami mencari yang bagus-bagus..untuk keperluan kami sendiri. Appa sering tidak pulang. Bahkan aku tidak bisa sekolah lagi.."

Sohyun bergerak memeluk Ahra erat-erat. Bagaimana anak sekecil dia sudah menerima masalah yang sekompleks itu? Bergelut dalam kemiskinan. Hidup di lingkungan kumuh bahkan tak bisa bersekolah. Tapi pemikirannya sungguh luar biasa.

Tidak mau menerima belas kasihan dan mandiri mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Ahra.. kau sungguh malaikat kecil... aku bangga padamu.. mulai sekarang.. kau bisa menganggap eonni seperti kakak kandungmu sendiri. Eohh??"

Ahra tersenyum puas.

Dan pada akhirnya, aku tak merasa kesepian lagi. Kami memiliki nasib yang sama, jadi kami mungkin akan saling merasa cocok.

Terima kasih telah hadir dalam kesendirianku Ahra...

.

.





























To be Continued.

Part ini berdasarkan kisah nyata author. Beberapa bagian digubah supaya lebih dramatis saja..😢😢😢😢😢

Oke. Tunggu next part ya.. cerita Taeso masih belum berakhir disini.

Konflik dari Sohyun masih baru muncul...

Mian.. typo bertebaran.😔

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro