Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

u s s s

calling Mughny_Febryani20
sorry if you wait too long
for this :( i hope you
like it <3

hellow anz >:3 jangan
laporkan suzaku kalau
aku membuat buku
oneshot ini :(

but anyways, kuharap
kau menyukainya! dan
maapkan jika membuat-
mu lama menunggu T^T

"(Y/n)!" suara yang sudah dikenal gadis itu sejak lama menyambutnya ketika ia sudah sampai di depan pintu.

Gadis dengan surai merah itu nampak kesusahan membawa beberapa barangnya. "Hai, kak! Lama tidak berjumpa!" sahutnya dengan ceria.

Sakata, sang kakak sepupunya langsung sigap membantu (Y/n) untuk membawa barang-barangnya ke dalam. Gadis itu merasa cukup terbantu dan ia beruntung kalau sepupunya itu termasuk orang yang lumayan peka.

Sakata duduk sofa. "Jadi, kamu beneran dapat beasiswa?"

Sepupunya mengangguk. "Kalau bohongan aku tidak mungkin disini, aho."

"Aho-aho begini tapi peka lho!"

"Iyain ajalah."

"Kok gitu?" Sakata memasang wajah sok polosnya.

(Y/n) terkekeh. "Sudah jelas enggak polos malah maksain muka polos, sepupuku ini emang yang paling aho."

Sakata kemudian memanyunkan bibirnya kecut tanda kalau ia sedang kesal dengan sepupunya itu. Itu sudah sering terjadi jika Sakata bersama dengan (Y/n), karena itulah (Y/n) sangat senang menggoda Sakata.

"Aku akan belanja bahan makanan," ujar Sakata dengan dingin, bisa dipastikan kalau ia masih kesal.

Belum sempat (Y/n) menjawab, Sakata sudah membanting pintu dan pergi. Sepupunya itu kembali terkekeh dengan sikap kekanak-kanakkan Sakata dan terkadang ia bingung mengapa sepupunya itu lebih cantik darinya.

Padahal, gender Sakata itu laki-laki. Ia harus bersyukur kalau sepupunya itu bukanlah trap seperti 96neko atau Astolfo.

Tiba-tiba, pintu rumah diketuk. (Y/n) menjadi bingung, mana mungkin Sakata kembali secepat itu. Sang gadis bersurai merah itu berpikir positif kalau sepupunya itu sudah merasa baikan ataupun ketinggalan dompet.

"Halo! Apakah ada orang?!"

Suara itu asing bagi (Y/n), itu bukan suara Sakata. Sang gadis menjadi ragu untuk membuka pintu namun ketukan itu kembali menjadi-jadi.

Gadis bersurai merah itu mengambil lightstick dari grup k-pop favoritnya ikon (kebetulan bentuknya seperti tongkat baseball) kemudian menggunakannya sebagai alat bertarung.

Sebenarnya, ia berencana untuk datang ke salah satu konser Sakata dan menggunakan lightstick itu supaya Sakata merasa dihianati sepupunya sendiri untunglah lightstick itu berwarna merah jadi mungkin fans Sakata yang lain tidak akan menyadarinya.

(Y/n) membuka pintu, dan dengan cepat memukul orang yang ada di depan pintu dan membuat mereka mengaduh kesakitan.

"Aduh! Aduh! Sakata! Apakah kamu sudah gila!" kata salah satu dari mereka.

Sang gadis berhenti ketika mendengarnya, ia melihat tiga laki-laki dengan surai ungu, cokelat, dan kuning sedang memegangi kepala mereka sambil mengaduh.

"Aho-mu sudah kelewatan, Sakata," kata si surai kuning.

Mereka bertiga mengadah ke arah (Y/n), sang gadis mengira kalau mereka kebingungan namun mereka malah tertawa lepas.

"Sakata, kamu lagi crossdressing? Kok penampilannya gitu?" tanya si surai ungu sambil menahan tawa.

(Y/n) disamakan dengan sepupunya yang aho itu tidak terima. "Aku bukan Sakata! Lagipula, kalian siapa dan kenapa datang kemari?!"

Mereka terdiam dan mengira kalau Sakata bukan di tingkat aho lagi melainkan kurang waras.

"Sakata, kamu udah minun obat belum?"

"Aku bukan Sakata!"

"Apa ini Sakata, Sakata?"

Si surai merah yang asli datang sambil membawa sebuah kantong plastik berisikan bahan makanan, (Y/n) yang melihatnya langsung memeluk sepupunya itu.

"He?!" si surai cokelat, ungu dan kuning kebingungan dengan pemandangan yang mereka lihat, mereka melihat dua Sakata hanya saja salah satunya genderbend Sakata.

"Sakata, mereka aneh menyamakanku dengan dirimu yang aho," lapor (Y/n) kepada sepupunya itu.

Sakata mengelus-elus pucuk kepala (Y/n) untuk menenangkannya. "Kalian apakan sepupuku yang malang ini? Dia masih baru di Jepang sudah kalian bully seperti ini."

Mereka bertiga hanya bisa terdiam dan merasa bersalah karena membuat orang yang sebenarnya tidak mereka kenal ketakutan, bahkan orang itu adalah sepupu Sakata.

"Maafkan, kami," si surai cokelat mewakilkan, "Perkenalkan, namaku Urata dan yang rambut ungu ini Shima dan terakhir Senra. Kami adalah teman satu unit Sakata."

Sakata menggeleng-gelengkan kepala kepada mereka bertiga yang sudah kebiasaan membully dirinya. Ia memang pasrah jika dirinya dibully namun Sakata tidak bisa diam jika sepupunya yang di bully.

Suasana menjadi sangat canggung.

"Bagaimana jika kita semua masuk ke dalam dan memperbaiki kesalah pahaman ini?" usul Sakata, tidak ada yang menjawab namun semuanya mengikutinya masuk ke dalam rumahnya.

Selagi Urata dan Shima menunggu di sofa, Senra memperhatikan gerak-gerik sepupunya Sakata itu. Terlepas dari kejadian yang tadi, harus diakui senyumannya sangat manis bagi Senra. Jantungnya jadi berdebar-debar.

"Oi, Senra! Jangan bengong!" kata Sakata yang datang sambil membawa nampan berisikan makanan kecil.

"Cantik," Senra keceplosan dan ia masih belum sadar.

Sakata menatapnya bingung."Apa yang kau maksud?" Si surai merah tersebut menatap ke arah yang dilihat oleh Senra, kemudian ia tersenyum licik.

Si surai merah itu menyuruh Senra untuk membantu (Y/n) merapikan barang-barangnya, dan tentu saja Senra menerimanya dengan senang hati. Shima dan Urata juga ingin membantu namun Sakata melarang mereka berdua.

"Ada apa, Sakata? Lebih banyak orang kan lebih cepat selesai?" ujar Shima bingung.

Sakata menarik Shima dan Urata ke posisi berdiskusi. "Kalian tidak peka atau bagaimana? Apakah kalian mau mengganggu cinta pada pandangan pertama Senra?"

Shima dan Urata berpikir kemudian disaat yang bersamaan menggelengkan kepala mereka tidak paham. Sakata memberikan wajah datar kepada mereka berdua, sungguh teman-temannya ini tidak peka.

Sementara itu, Senra dengan semangat membara membantu (Y/n), (Y/n) merasa sangat tertolong dan tidak enak dengan Senra. Ia tidak ingin teman satu unit sepupunya itu kelelahan.

"Senra-san, terima kasih atas bantuanmu. Apa yang bisa kulakukan untuk membalas perbuatanmu?" tanya (Y/n) ketika mereka berdua selesai.

Senra meminum air yang disediakan oleh (Y/n), dia hampir tersedak ketika mendengarkan perkataan (Y/n). "Tidak usah, aku ikhlas membantumu kok!"

(Y/n) tersenyum, kemudian ia memberikan nomor telponnya kepada Senra. "Bagaimana jika kau mengajakku berkeliling? Aku masih baru disini dan aku membutuhkan pemandu."

Senra sangat senang dalam hati. "Baiklah kalau itu maumu, tuan putri."

Sang gadis tersipu malu. Tanpa dua sejoli itu sadari, Sakata dan yang lainnya mengintip dari pintu. Si surai merah sangat bangga kepada sahabatnya dan sepupunya itu.

"Mari kita tunggu saja sampai akhirnya kita dapat undangan."

――

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro