s o u
maapkeun aku yang menunda request-an kalian, aku terkena writterblock 。・゚・(ノД')・゚・。
jadi, kubikin drabble ini untuk mencari mood menulis (´ . .̫ . ')
— thunder
Awang-awang sedang suram di atas sana, bahkan mereka tidak membiarkan kirana sang surya berpendar di tengah pokok hujan walaupun para awan belum sama sekali mengembalikan muatan mereka ke bumi.
Bahana yang ditimbulkan ketika awan beradu benar-benar menunjukkan kekuasaannya seolah-olah memperingatkan para keturunan Adam yang menguasai planet biru itu bahwa mereka bukan apa-apa jika dibandingkan dengan semesta; mereka hanya debu di dalam jagat raya ini.
Kuntum bunga¹ itu paham kalau ia tidak akan tersambar cemeti malaikat karena ia sudah dilindungi genting wismanya itu namun ia tetap menutup kedua telinganya dengan tangan; meringkuk ketakutan karena suara guntur.
Lelaki itu udarakan karbon dioksida, hatinya seperti teriris ketika melihat kekasihnya itu namun ia tidak berdaya. Ia tidak bisa mengubah cuaca ataupun menyuruh bumantara untuk berhenti.
Dengan penuh perhatian, ia duduk di sofa tepat di sebelah gadis yang meringkuk itu. Membuka lipatan selimut yang ia bawa kemudian meletakkannya mengelilingi raga sang kekasih sebelum akhirnya langit memutuskan untuk menjatuhkan semua air yang mereka ambil kembali ke tanah; berawal dari rintik biasa dan terus berlanjut hingga hujan lebat dihiasi gemuruh halilintar yang menggelegar.
Gadis itu mengencangkan tangannya untuk menutup telinganya, netranya tertutup. Tubuh mungilnya bergetar namun ia berhasil mengutarakan perasaannya saat ini walaupun suaranya kecil karena hujan, “S-sou aku, aku, t-ta-takut.”
Sang pemilik nama segera membawa ratu yang bertakhta di hatinya itu ke dekapannya, hangat tubuhnya tersalurkan untuk membuat gadis itu tidak panik. Dengan nalurinya, ia mengelus surai indah sang gadis dan mengecup pucuk kepalanya pelan; mengisyaratkan kalau ia ada di sini untuk menemaninya di tengah amukan langit. Tangannya yang satu lagi juga tidak mau diam, jari jempol ia gunakan untuk menghapus air mata yang sempat keluar di pelupuk mata sang gadis.
Gadis itu memberanikan diri untuk membuka netranya dan mempertemukannya dengan milik Sou. Pria itu memberikan senyuman terhangatnya. “Tenanglah... aku di sini,” bisiknya pelan.
***
[ glosarium ]
awang-awang : langit
kirana : cahaya
bahana : suara nyaring
cemeti malaikat : petir
wisma : bangunan untuk tempat tinggal
¹kuntum bunga ini maksudnya itu perumpamaan gadis muda bukan kuntum bunga secara harfiah
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro