s o r a r u
calling 「 SCUNGWV 」
i hope you not
waited for too long
bab sebelumnya mafeng dan
sekarang sosro, dasar after
the rain :( kalian itu bole
aja famous tapi jangan
overrated juga :"
abaikan ocehanku tadi.
― don't leave me.
Suara biola dan piano saling beradu di taman kota membuat orang-orang yang melintas tertarik mendengarnya. Bukanlah suara camuk jadinya namun sebuah alunan melodi yang menyatu sempurna. Mereka yang memainkannya adalah rival.
Soraru dan (Y/n). Dua musisi jalanan yang tidak bisa menyatu walaupun melodi-melodi yang mereka buat jelas menyiratkan kalau mereka saling melengkapi. Tidak ada yang tahu jika mereka bertolak belakang, alunan musik mereka benar-benar membuat pendengarnya larut dalam ketenangan.
Tepuk tangan meriah terdengar ketika mereka sudah berada di akhir pertunjukkannya, mereka menunduk mengucapkan terima kasih dan penonton-pun langsung mengisi kantong yang telah mereka sediakan dengan uang sebagai upah atas pertunjukan kecil mereka.
Sang pria melirik sinis kantong sang gadis karena nampaknya miliknya tidak seberapa dengannya, melihat situasinya sang gadis menjulurkan lidahnya tanda mengejek dan membuat pria itu geram.
Kerumunan mulai meninggalkan mereka karena hari sudah mulai malam, sang gadis dengan senang merapikan pianonya, pria itu juga melakukan hal yang sama. Tanpa mereka sadari seseorang dengan surai putih memperhatikan mereka dari bangku taman.
Ia memperhatikan mereka dengan seringai yang penuh arti.
*
"Apa?!" dua insan yang mempunyai kubu berbeda itu terkejut bukan main, mereka harus bekerja sama kali ini.
Salah satu dari mereka memprotes. "Maksudmu Mafu, aku harus bekerja dengan gadis ini? Kenapa juga kau seenaknya mendaftarkanku?!"
Sang surai putih hanya tersenyum. "Aku memperhatikan kalian kemarin, dan walaupun aku tahu kalian mungkin tidak bisa bersatu namun ayolah lihat hadiahnya!"
"Kenapa tidak kau saja yang ikut lombanya? Dasar orang aneh, aku tidak mengenalmu!" kata sang gadis.
"Belum mengenalku ya?" kata pria dengan surai putih itu, "Kalau begitu perkenalkan namaku Mafu-mafu, teman serta sahabat dari Soraru yang mungkin sudah kau kenal."
Sang gadis menatap Soraru dengan sinis, mengisyaratkan bahwa semua ini adalah salahnya.
Soraru memperhatikan perkataan sang gadis. "Walaupun begitu, dia ada benarnya. Kenapa tidak kau saja yang ikut lombanya? Kau kan bisa bermain alat musik juga."
Mafu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aku adalah panitia-nya jadi tidak bisa ikut lomba padahal aku sangat ingin mengikutinya."
Soraru dan (Y/n) memberikan Mafu tatapan datar, jauh di dalam hati mereka berdua mereka sangat ingin memukul pria ini ataupun menaboknya. Kalau perlu membuangnya ke tempat sampah.
"Jadi, tolong menangkan lomba ini untukku, ya?" Mafu memohon kepada mereka berdua, "Hadiahnya untuk kalian saja!"
Sang gadis nampak memikirkan kesepakan Mafu, ia memang sangat ingin didebutkan apalagi mempunyai album namun tentunya tidak dengan Soraru.
"Baiklah, aku setuju denganmu. Kesempatan tidak boleh disia-siakan," kata (Y/n) sambil tersenyum kepada sang surai albino.
Mafu menatap gadis itu dengan penuh harapan, ia menundukkan badannya dan mengatakan terima kasih pada gadis itu berkali-kali. Tentunya sang rival tidak mau kalau dengan hal itu.
"Aku juga akan menerimanya."
"Aku sudah menduga itu, Soraru."
*
(Y/n) menggaruk kepalanya sambil membaca kertas not yang diberikan oleh Soraru. Ia memang bisa membaca not balok namun entah kenapa lagu yang dipilih oleh Soraru sangatlah rumit.
"Kau yakin akan memainkan lagu ini?" tanya-nya sambil mencoba menawarkan lagu lain kepada Soraru.
Soraru yang juga nampak kebingungan dengan not-not itu terkejut. "Tentu saja! Jangan bilang kau tidak bisa membacanya, ini sangat mudah tahu!"
Sang gadis menghela napasnya, sudah jelas kalau Soraru berbohong. Ia menatap langit-langit ruangan itu, sangat baik Mafu mau meminjamkan ruang musiknya untuk mereka berdua berlatih. Sebuah lagu kemudian teringat dibenak sang gadis.
Tangan-tangannya langsung menari indah di atas tuts piano, ia tidak membutuhkan kertas not, gadis itu mengingat nadanya. Ia memainkan lagu itu dengan penuh perasaan.
Soraru yang mendengarkan terlarut dalam nada-nada indah itu, entah kenapa seperti dirinya terhipnotis alunan melodinya. Yang Soraru tahu ia tidak pernah mendengar lagu ini di manapun. Ini baru pertama kalinya.
Gadis itu berhenti, kemudian menatap tuts-tuts piano dengan tatapan penuh kepedihan. Refleks, Soraru berjalan mendekati sang gadis dan mencoba menghibur sang gadis dengan mengelus punggungnya.
"Ada apa?" tanya Soraru bingung.
(Y/n) segera menghapus air matanya. "Itu adalah lagu yang kuciptakan sendiri untuk mendiang kakakku, namun lagu itu belum sempat selesai karena kakakku sudah tiada."
Soraru merasakan kesedihan yang dialami oleh (Y/n). "Kalau aku boleh tahu, siapa nama kakakmu itu?"
"Namanya adalah Lon, apakah kau mengenalnya?"
Sebuah pisau tajam seperti menusuk tempat di hati Soraru, ia belum siap untuk hal ini. Tidak ia sangka kalau kakak dari rivalnya adalah sahabatnya sendiri. Selama ini ia hanya membenci (Y/n) karena bakatnya, selama ini ia hanya menilai orang hanya karena penampilannya.
Soraru begitu egois.
"Aku mengenalnya lebih dari siapapun," Soraru berkata dengan lirih, "H-hey, bagaimana jika kita memainkan lagu itu untuk perlombaan?"
(Y/n) tersenyum sesaat. "Tapi lagu ini belum selesai―"
"Aku akan membantumu menyelesaikannya."
*
Soraru menarik napasnya kemudian menghembuskannya kembali, tidak ia percaya kalau ia sudah berada di panggung yang besar bersama dengan orang yang berharga baginya.
(Y/n) menepuk pundaknya dan membuat dirinya terkejut. "Kehidupan itu layaknya tuts piano, tuts putih melambangkan peristiwa baik dan tuts putih melambangkan peristiwa buruk. Walaupun begitu tetaplah ingat kalau tuts hitam juga menghasilkan nada yang indah."
Sang pria tersenyum kepada sang gadis, ia paham apa maksud dari perkataan sang gadis namun ia tidak paham kenapa gadis itu mengatakan hal yang aneh kepadanya saat mereka ingin tampil.
Soraru menggandeng (Y/n), kemudian mereka berdua naik ke panggung. Penonton menyambut mereka berdua dengan meriah, mereka pergi ke pos mereka masing-masing kemudian mereka mulai memainkan lagu yang mereka sepakatkan.
Auditorium itu kembali dimeriahkan oleh tepuk tangan ketika mereka berdua selesai, mereka menundukkan badan tanda berterima kasih kepada penonton namun Soraru melihat kelakukan (Y/n).
(Y/n) turun duluan dari panggung, disusul oleh Soraru. Namun saat (Y/n) turun, ia tidak bisa menjaga keseimbangannya dan terjatuh membuat Soraru yang dibelakangnya panik bukan kepalang.
Staf-staf yang ada di belakang juga ikut panik dan segera memanggilkan ambulance, Soraru melihat kalau ada darah yang keluar dari mulut (Y/n). Dengan cepat pria itu menggotong (Y/n).
"Soraru, maafkan aku tidak memberi tahumu sejak lama kalau aku memiliki penyakit begini," ujarnya lirih, "Jika kita menang, pakailah hadiahnya untukku."
Soraru merasakan kalau nadi (Y/n) mulai melemah. "Tidak! (Y/n)! Jangan katakan itu kepadaku! Kita pasti bisa melalui ini bersama! Lihatlah apa yang kita buat kepada dunia!"
"(Y/n)! Jangan tinggalkan aku disini!"
――
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro