Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

r i i n u

no one requesting this
i make this chapter for
myself (・ω・*)

anggap saja chapter ini
chapter pertama comebacknya
diri ini setelah istirahat
sejenak :")

ngomong-ngomong, apakah
akun kalian baik-baik saja?
akunku kena hack soalnya '-'
untung tidak terjadi apa-apa.

― kindergarten.

Suara ketukan terdengar dari depan pintu apartemen seseorang wanita. Wanita yang sedang menikmati majalah fhasion miliknya menoleh ke arah pintu sambil menebak siapa yang ada di depan pintunya itu.

Ia membukakan pintunya, sesosok pria dengan surai merah nampak datang dengan seorang anak kecil dibelakangnya. "Syukurlah kau dirumah (Y/n)-san," kata pria itu, kantung mata yang tergantung di matanya mengisyaratkan kalau pria itu sedang lelah.

"Ada perlu apa jadi kau datang kemari, Araki? Kau nampak sangat lelah dan anak siapakah itu?"

Pria itu mengelus pucuk kepala sang anak dengan lembut. "Bisakah kau menjagakan Riinu untukku? Sangat sulit menjadi single father." kata Araki sambil menunjukkan muka memelas.

(Y/n) menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia merasa tidak enak dengan Araki namun ia belum pernah menikah dan mengurus anak sebelumnya. "B-baiklah Araki, akan kujaga Riinu."

Araki tersenyum lega. Pria itu membungkukkan badannya ke arah sang anak kecil. "Riinu jangan nakal ya...."

Anak itu, Riinu, tersenyum dan menganggukkan kepalanya kepada Araki kemudian masuk ke dalam apartemen milik (Y/n). Riinu mengambil tempat di ruang tamu dan mulai mengeluarkan alat-alat gambarnya.

"Akan kujemput kau langsung setelah pulang kerja ya Riinu," kata Araki berpesan. Riinu hanya mengangguk dan fokus kepada kertas dihadapannya. Pria itu menghela napas heran kemudian meninggalkan mereka berdua.

(Y/n) menutup pintunya dan bergegas ke dapur untuk menyiapkan beberapa makanan ringan untuk Riinu. Tidak lupa wanita itu menyiapkan beberapa iris buah apel. Dengan perlahan wanita itu membawakan nampan yang berisi makanan kepada Riinu yang nampak sibuk menggambar. Setelah nampannya sudah terletak di meja, ia kembali mengambil majalahnya dan duduk di sofa yang berada di belakang Riinu.

Sesekali wanita itu mengintip untuk memastikan Riinu baik-baik saja dan terkadang wanita itu tertangkap basa oleh Riinu sedang memperhatikan dirinya. Suasana yang canggung dan hening membuat (Y/n) tidak nyaman, ia takut Riinu bosan.

"Riinu, apakah kau merindukan ibumu?" kata wanita itu dengan nada yang pilu, ia tahu betul rasanya kehilangan orang yang dicintai di dunia ini.

Sang anak bersurai merah itu menelan apel yang dikunyahnya. "Tidak sama sekali. Ibu sangat jahat kepada ayah, ibu hanya memanfaatkan kekayaan ayah."

Wanita itu terkejut mendengar perkataan Riinu. Diletakannya majalahnya kemudian sang wanita mendekat kepada Riinu. "Tidak boleh berkata begitu," katanya dengan lembut, "Bagaimana pun, beliau tetap ibumu kan?"

Riinu menatap (Y/n) dengan tatapan yang dingin, membuat wanita itu takut kalau ia ada salah mengatakan apapun. "Maafkan aku," ujar Riinu sambil menoleh kembali ke kertas lukisannya.

(Y/n) menghela napasnya pelan, berpikir untuk mencari cara agar Riinu tersenyum walaupun sedikit saja. (Y/n) jadi teringat taman yang ada di dekat apartemennya, disana ada taman bermain anak-anak mungkin Riinu senang pergi kesana.

"Riinu, bagaimana jika kita pergi jalan-jalan?"

*

Tidak sesulit yang (Y/n) pikirkan. Ternyata Riinu tidak menolak diajak jalan-jalan sama sekali, (Y/n) pikir Riinh adalah seorang introvert karena sikap Riinu yang pendiam.

Di taman bermain banyak anak-anak yang berlarian kesana kemari, bermain jungkat-jungkit, kotak pasir, perosotan dan masih banyak lagi. (Y/n) menjadi teringat disaat dirinya masih berusia yang sama dengan Riinu. (Y/n) berharap Riinu tidak kesusahan mencari teman baru disini.

"Riinu! Tidak kusangka kau ada disini!" seorang anak bersurai ungu berlari mendekati Riinu kemudian memeluk Riinu, walaupun samar (Y/n) dapat melihat kalau Riinu tersenyum.

Riinu mendorong anak itu. "Jangan memelukku terlalu erat Nanamori!"

Nanamori—nama anak itu—hanya bisa nyengir kuda. "Riinu, siapa wanita ini? Apakah ini ibu barumu?" tanya Nanamori dengan polos.

(Y/n) merasa tidak enak dengan Riinu hendak membalas. "Ah, bukan aku hanya—" omongannya terpotong karena Riinu langsung menyerobot wanita itu.

"Ya, ini ibuku."

Sang wanita langsung syok bukan kepalang mendengar perkataan Riinu. Bukannya tidak mau namun apa yang akan dikatakan Araki jika melihat anaknya begini? Imej-nya sebagai teman yang baik sudah hancur, Araki pasti tidak ingin berhubungan dengannya lagi.

Baru saja (Y/n) ingin memperjelas semuanya kepada Nanamori namun ternyata kedua anak kecil itu sudah bermain dengan bebas di taman. Wajah gembira terpampang jelas di wajah Riinu, setidaknya saat ini (Y/n) dapat melihat Riinu tersenyum walaupun sudah kehilangan sosok seorang ibu.

Tetap, perkataan Riinu masih saja berputar di kepala (Y/n).

*

"Ayah!" Riinu berlari kepada sosok Araki yang sedang berdiri di ambang pintu kemudian memeluk kaki sang pria itu.

Araki tersenyum. "Bagaimana harimu, Riinu?"

Riinu melihat sang ayah dengan mata yang berbinar. "Luar biasa, ayah! Perkataan ayah salah tentang tante (Y/n) yang tidak berpengalaman merawat anak!"

Sang wanita menahan emosinya karena selama ini pria yang berada dihadapannya itu merendahkan dirinya yang belum pernah menikah dan punya anak. "Apa yang kau bilang tentangku, Araki?"

Araki menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil tersenyum canggung. "Nah, bagaimana jika kita pulang sekarang, Riinu?"

"Sebentar ayah ...." kata sang anak. Riinu berlari merapikan peralatan warna-nya yang sudah tidak terpakai kemudian memberikan hasil gambarannya kepada (Y/n).

(Y/n) menatap gambaran Riinu itu. Itu adalah dirinya, Riinu dan Araki yang sedang menghabiskan waktu bersama. (Y/n) benar-benar terharu melihat hal itu sehingga tidak bisa menahan air matanya.

Riinu memeluk (Y/n) dan sang wanita membalas pelukan itu. "Aku ingin (Y/n) menjadi ibuku!"

Sang anak bersurai merah itu menatap ayahnya sambil memberikan kode, (Y/n) bingung dengan sikap mereka berdua. Araki langsung mengeluarkan sesuatu dari sakunya, (Y/n) mengita kalau itu adalah bayaran untuknya.

"A-araki sepertinya bayaran tidak perlu," ujar (Y/n) menolak dengan lembut, "Aku ikhlas merawat Riinu dan tidak mengharapkan imbalan darimu."

Araki bertumpu pada satu kakinya. "(Y/n) sebenarnya aku menitipkan Riinu kesini agar Riinu dapat menilai apakah kau cocok menjadi ibu pengganti untuk Riinu."

Wanita itu menatap Araki bingung.

"Dan sepertinya aku tahu jawabannya. Apakah kau mau menikah denganku, (Y/n)?" Araki membuka sebuah kotak cincin dengan cincin pernikahan di dalamnya

(Y/n) menatap Araki dengan tatapan dingin kemudian membantu Araki untuk berdiri. Wanita itu langsung memeluk sang lelaki dengan bahagia. "Ya! Aku mau!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro