Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

m a f u m a f u

calling HistoriaAgathaHime
thanks for ordering again!

maaf jika kali ini tidak
sesuai dengan ekspetasimu ;-;
dan ngomong-ngomong,
aku hatersnya mafu.

haters tapi bukan haters
yang fanatik sampai mau
ngejatuhin mafu, aku adalah
haters yang hanya diam (?)

welp, semua orang punya
pikiran serta kemauan masing-
masing lagipula.

please.

Alunan merdu dari gitar milik pria bersurai putih terhenti ketika dirinya melihat sosok yang sudah ia tunggu dari tadi. Sosok itu mendekat kemudian masuk ke dalam bangunan kafe tersebut, manik matanya nampak mencari seseorang.

Sang pria bersurai putih melambaikan tangannya, itu membuat sosok itu mendekat ke arah dirinya kemudian duduk tepat di depannya. Sosok dengan surai berambut biru itu membuka jaket serta topi yang ia kenakan dan meletakkannya di sebelahnya.

"Apakah tidak apa memainkan gitar di tempat umum seperti itu? Bukankah itu mengganggu? Lagipula, kau akan dianggap pengamen asalkan kau tahu," pria yang baru datang itu berkomentar.

Si surai putih tertawa kecil kemudian meletakkan gitarnya disebelahnya. "Aku salah satu kru dari band yang ada di kafe ini jadi kurasa tidak apa, lagipula kafenya masih belum ramai."

"Tetap saja mengganggu," balas pria itu lagi.

Mafu hanya bisa menghela napasnya pasrah, ia tidak ingin memulai debat dengan Soraru. Ia tahu pasti dirinya yang kalah lagipula, Soraru lebih cerdas dan bijaksana daripada dirinya.

"Ada apa jadi memanggilku kemari?" Soraru to-the-point, ia tidak ingin membuang-buang waktunya bersama dengan makhluk tidak jelas yang satu ini.

Sialnya, ia harus satu grup dengan makhluk tidak jelas itu.

"Kau tahu (Y/n) kan?" tanya Mafu.

Soraru memutar kedua bola matanya malas. "Kita sudah berteman dengannya sejak kecil, bagaimana caraku melupakannya begitu saja? Kecuali dirimu, aku sangat ingin melupakanmu."

Mafu merasa seperti ada yang retak di dalam dirinya. "Itu tidak penting sekarang, Soraru! Masalahnya sekarang, kakaknya itu!"

Seorang pelayan datang, Soraru memesan segelas kopi dan Mafu tidak ingin memesan apa-apa. Pelayan itu pergi meninggalkan mereka setelah mencatat pesanan Soraru.

"Memangnya apa masalahnya?" si surai biru itu mengambil ponsel dari kantongnya untuk membaca pesan yang masuk serta berita terbaru hari ini.

Mafu meletakkan kepalanya di meja. "Kakaknya itu terlalu overprotektif, bahkan bisa dianggap siscon. (Y/n) memang menerima lamaranku, tapi kakaknya tidak menyetujuiku."

Soraru terdiam berusaha untuk mencerna serta mencarikan jalan keluar untuk masalahnya Mafu. Tidak lama, seorang pelayan kembali ke meja mereka dan meletakkan kopi pesanan Soraru di meja kemudian pergi.

"Cobalah pergi minta bantuan Hime," kata Soraru dengan malas.

"Aku sudah minta bantuannya, tapi dia tidak bisa membantuku."

Si surai biru tidak habis pikir untuk mencari cara agar tidak terlibat dalam masalah Mafu, hanya satu alasannya, malas. Ia terlalu malas untuk menggunakan kebijakannya yang hebat untuk masalah Mafu yang bisa dianggap sepele.

Soraru memijit-mijit jidatnya. "Kau punya otak kan? Kenapa tidak coba mengambil hati kakaknya? Buktikan kalau kau adalah calon suami yang pantas untuk (Y/n), buang sifat kekanak-kanakkanmu itu!"

Mafu menghela napas, sebenarnya ia juga berencana seperti itu namun ia tidak tahu caranya bagaimana.

"Datang kerumah (Y/n) dan bantulah (Y/n) dengan pekerjaan rumahnya, seperti menyapu atau semacamnya. Dengan begitu kakaknya akan melihat kalau kau adalah calon yang baik bagi adiknya."

"Bagaimana jika tidak berhasil?"

"Memangnya cara apa saja yang pernah kau coba?"

Si surai albino nampak mengingat-ingat. "Aku sering mengajak (Y/n) berkencan dan aku selalu memulangkannya sebelum jam 10 malam. Aku juga yang biasanya mengantar jemputkan (Y/n) kemana-mana, namun nampaknya kakaknya malah cemburu kepadaku."

"Itu dia masalahmu, Mafu! Cobalah jangan bersikap terlalu egois kepada (Y/n), kakaknya juga pasti mau mengantarkan (Y/n) ataupun memiliki waktu berdua dengan (Y/n) layaknya kakak-adik."

Mafu kembali menghela napasnya kemudian menegakkan badannya lagi. "Baiklah, akan kucoba."

*

Tepat sebelum jam makan malam, Mafu mendatangi rumah (Y/n). Ia memarkirkan mobilnya kemudian diketuknya rumah yang lumayan mewah itu. Bukan mewah, desainnya modern lebih tepatnya.

Seseorang lelaki yang umurnya setahun lebih tua dari Mafu membukakan pintu, ia menatap Mafu dengan tatapan tajam yang mengisyaratkan apa-yang-kau-mau.

"Hai! Aku kemari untuk makan malam bersama, karena itulah aku membawakan beberapa bahan makanan pesanan (Y/n) kemari," ujar Mafu berusaha menahan nada ketakutannya.

Lelaki itu tidak menjawab apa-apa namun ia mempersilahkan Mafu masuk, dengan sopan Mafu masuk ke dalam rumah itu kemudian menuju langsung ke dapurnya. Terlihat sosok calon istrinya yang cantik sedang mengenakan apron.

Mafu meletakkan bahan makanan yang ia beli di meja dapur kemudian mencuci tangannya, ia berencana untuk membantu (Y/n) memasak agar kakaknya dapat melihat kalau ia serius dengan (Y/n).

"Aku tidak terlambat kan?" tanya Mafu sambil melihat wanita pujaannya sedang mengeluarkan bahan makanan dari paperbag.

"Tidak kok! Tepat pada waktunya. Nah, Mafu bisakah kau mencucikan sayur ini?" (Y/n) memberikan Mafu beberapa selada, tomat, serta beberapa bahan dasar salad lainnya.

Mafu mengangguk mengerti. Diambilnya sayuran itu kemudian ia masukkan ke dalam baskom anyaman barulah ia mencucinya. Setelah selesai Mafu menggoncang-goncangnya sedikit baskom itu agar airnya tidak terlalu menetes.

(Y/n) memotong-motong daging dada ayam kemudian melumurinya dengan tepung, ia akan membuat ayam asam manis kesukaan kakaknya.

Ia memberika Mafu pengupas kentang. "Nah, Mafu, kupas kentangnya dengan pengupas kentang ya." Mafu mengangguk mengerti kemudian melaksanakan tugasnya.

Lelaki yang membukakan pintu bagi Mafu tadi terlihat geram ketika melihat mereka berdua bersenang-senang di dapur. "(Y/n)! Bisa kemari sebentar?!"

Sang gadis menoleh. "Mafu, tolong jagakan ayamnya. Angkat jika sudah berwarna keemasan kemudian tiriskan saja dulu."

Sang calon suami menangguk mengerti kemudian mulai mengambil alih pekerjaan sang calon istri. (Y/n) bergegas pergi mendatangi kakaknya.

"Apa yang ia lakukan di dapur kita?!" bisiknya dengan nada marah.

"Sudah jelas kan? Mafu membantuku, kakak! Memangnya kakak ada apa sih jadi sangat membenci Mafu?!"

"Kenapa tidak bantuanku saja?!"

"Kakak biasanya tidak mau membantuku juga!"

Sang kakak terdiam, semua perkataan adiknya benar. Ia marah kepada Mafu tanpa alasan, ia hanya ingin melindungi adiknya namun nampaknya ia malah memperlakukan adiknya layaknya burung dalam sangkar.

"Kakak tidak bisa membantah lagi kan?! Memangnya kakak siapa jadi ingin melarangku menikah dengannya?! Lihatlah apa yang kakak lakukan kepadanya, ia rela membatalkan konsernya untuk ini kak!"

"M-maafkan aku, (Y/n) ...."

"Jangan minta maaf kepadaku, kak. Minta maaflah kepadanya."

Sang kakak menghela napasnya agar semua kemarahan serta kekesalannya hilang. "Kau benar."

(Y/n) menganggukkan kepalanya lega kemudian ia kembali ke dapur untuk membantu Mafu. Ternyata, semua masakan yang mereka rencanakan sudah hampir selesai. Mafu sengaja belajar memasak hanya untuk momen ini.

"Bagaimana caramu bisa hampir menyelesaikan ini semua?" tanya (Y/n).

"Bisakah kau cepat memberikan bumbu asam manis pada ayamnya? Aku sudah lapar," kata Mafu dengan ekspresi yang sangat lucu.

(Y/n) menahan tawanya ketika melihat ekspresi calon suaminya itu. "Kau tahu Mafu? Sepertinya kakakku sudah merubah pikirannya."

Mafu yang mendengarkan tidak percaya yang barusan ia dengar. "Sepertinya kita harus segera mencari tempat acara dan yang lainnya sebelum kakakmu itu merubah pikirannya lagi."

Sang gadis tertawa kecil. "Aku kali ini setuju denganmu."

――

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro