j e l
aku menemukan oneshot ini saat membongkar microsoft wordku, semoga kalian suka uwu
— anniversarry
Raga gadis itu diguncang dengan pelan disusul dengan sebuah suara maskulin memanggil namanya dengan lembut membuat kesadaran (Name) terkumpul. Kelopak matanya terbuka pelan, sebuah senyuman manis dari kekasihnya menyambut dirinya.
“Selamat pagi, hime-sama.”
(Name) terkekeh pelan ketika mendengarnya, ia segera bangkit dari tidurnya walaupun rasanya ia ingin lebih lama bermalas-malasan di pulau kapuk. Namun, hari ini hari yang spesial; hari ini adalah hari jadi di mana sahabatnya, Jel, mengajaknya berkencan dan menembaknya menjadi pacarnya.
Tidak terasa mereka sudah jadian selama dua tahun. Hubungan mereka bisa terbilang langgeng walaupun ada beberapa badai menerpa kehidupan romansa mereka. Hubungan kuat itu tercipta karena mereka saling mempercayai satu sama lain; karena mereka saling mendukung atas apa pun keputusan yang mereka buat.
Saat (Name) menguap karena otaknya kekurangan oksigen, Jel menunjukkan sebuah benang wol berwarna jingga yang tampak tersambung ke suatu hal. Gadis bersurai (h/c) itu menatap Jel dengan bingung serta memiringkan kepalanya.
Jel terkekeh pelan, sebuah senyum kembali tersungging di wajahnya yang bisa dibilang elok. “Kamu ingat ini hari apa kan? Nah, ayo ikuti benangnya!”
Iris mata (e/c) melebar antusias, gadis itu segera melempar selimut yang biasa melindungi tubuhnya dari udara dingin ke sembarang tempat. Ia segera memegang mengikuti benang jingga itu hingga menuju lemari pakaian. Benang itu tersambung dengan apa pun yang ada di dalam lemari.
Gadis itu sempat menoleh ke arah Jel karena ragu namun Jel menangguk pelan guna meyakinkannya. Sebuah baju terusan cantik tergantung dengan apik di dalamnya; Jel membelikannya spesial untuk hari jadi mereka.
Melihat ekspresi (Name), Jel kembali terkekeh. “Bagaimana? Kamu suka kan?”
Gadis itu menangguk dengan mantap. “YA! Tentu saja!” Ia segera mengambil baju terusan itu, netranya kembali tertuju pada benang jingga yang rupanya belum mencapai ujungnya. Tanpa disuruh oleh Jel, gadis itu dengan antusias kembali mengikuti ke mana benang itu menuju. Jel mengikutinya dari belakang sambil menahan dirinya agar tidak tertawa karena tingkah imut kekasihnya.
“Kamar mandi?” gumamnya pelan, ia teringat dengan baju terusan yang ia pegang; ia paham kenapa benangnya menuju kemari. “Kalau begitu, aku bersiap dulu ya, Jel.”
Sang pria menganggukkan kepalanya, ia menunggu gadis itu di depan kamar. Sambil senyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana ekspresi gadis itu ketika sudah mencapai ujung benang jingga itu.
*
(Name) mengikuti benang jingga itu keluar dari kamarnya, saking fokusnya sampai lupa kalau Jel yang merencanakan semua ini; bahkan ia tidak melihat kalau Jel sedang berdiri menunggunya di luar kamar. Benang itu mengantarkannya ke dapur di mana terdapat sepiring wafel untuk gadis itu sarapan. Tidak ada orang lain di rumah selain dirinya dan Jel jadi ia berkesimpulan kalau Jel lah yang membuatkan wafel itu untuk dirinya.
“Kamu yang membuatnya Jel?” katanya sebelum memasukkan satu potongan kecil wafel ke dalam mulutnya.
Jel duduk di sebelah (Name), ia tersipu malu. “Y-ya. Maafkan jika rasanya tidak enak dan sarapannya terlalu sederhana. Selama ini kamu yang memasak.”
Gadis itu mengancungkan jempol kepada Jel. “Ini enak Jel! Cobalah!”
Jel membuka mulutnya lantaran gadis itu kini ingin menyuapinya wafel namun saat wafel itu dekat; ingin bersentuhan dengan mulutnya, gadis itu segera menyuapkan sang wafel ke mulutnya sendiri dan tertawa penuh kemenangan.
“Ah, hime-sama jahat sekali,” kata Jel disusul dengan tangisan palsu agar (Name) mengasihaninya.
(Name) menutup mulutnya dengan salah satu tangannya, tertawa karena tingkah laku Jel yang suka bercanda. Tawanya menular kepada Jel sehingga kedua insan itu tertawa.
Pada suapan terakhir, gadis itu memberikannya kepada Jel. “Baiklah, baiklah, ini buka mulutmu.”
Jel membuka mulutnya sekali lagi. Tidak seperti yang tadi, kali ini wafel itu mendarat di mulutnya. Ia mengunyah wafel itu dengan bahagia sebelum menelannya kemudian meminum segelas air mineral yang ada di hadapannya.
“Ayo, Jel! Kita lanjutkan lagi!” (Name) kembali antusias dengan petualangan itu.
Sang Hawa segera bangkit dari tempat duduk dan kembali mengikuti ke mana benang jingga itu menuju; benang itu membawanya ke rak buku di ruang tamu, sebuah buku tersambung pada benang itu dan (Name) belum pernah melihat buku itu sebelumnya.
Jemari lentik gadis itu menarik buku dari barisannya, sampulnya polos bahkan tidak ada judul di sana membuat gadis itu semakin penasaran dengan isinya. Halaman paling pertama buku itu bertuliskan : “Untuk sayangku (Name) dari kekasihmu Jel.”
Halaman selanjutnya dibuka. Gadis itu tidak bisa berhenti membuka halaman yang selanjutnya sambil tersenyum bahagia, itu adalah sebuah jurnal di mana Jel menempel foto kegiatan mereka dan menceritakan apa yang terjadi di hari itu dalam sudut pandangnya sendiri.
(Name) menutup buku itu karena ia sudah sampai di halaman kosong, itu adalah halaman untuk hari ini. Matanya berair karena haru. “Jel, ini sangat indah,” lirihnya.
Sang Adam menarik gadis itu ke pelukannya yang hangat karena insting. Tak lupa ia memberikan elusan lembut pada surai indah milik (Name). “Hatiku sakit (Name) kalau melihat matamu mengeluarkan air mata begitu walaupun itu sebenarnya air mata bahagia.”
Dengan jempolnya, Jel menghapus air mata yang ada di pelupuk mata (Name). Gadis itu memegang tangan Jel yang ada di wajahnya kemudian menggesekkan kepalanya sedikit ke sana mengisyaratkan kalau ia baik-baik saja.
“Bagaimana kalau kita lanjut?” tawar Jel sambil mengambil jurnal itu dari tangan (Name); mengembalikannya ke rak buku.
Gadis itu menganggukkan kepalanya setuju. Ia menggandeng tangan Jel sambil melanjutkan perjalanan mereka kepada ujung benang jingga itu. Benang itu membawa mereka ke lorong yang menuju ke halaman belakang, sebuah lukisan Jel dan (Name) tersambung pada benang itu. Piguranya penuh dengan ukiran dan kelihatan sangat klasik. Gadis itu kembali tersenyum bahagia.
Di bawah foto itu terdapat meja dan sebuah boneka menyerupai Jel terdapat di atasnya. Boneka Jel itu memegang bantal bertuliskan “I love you.” Yang membuat senyuman kembali tersungging di wajah gadis itu.
Setelah itu, tidak ada lagi benda yang tersambung kepada benang itu lagi. Menyisakan satu untaian panjang menuju ke taman belakang.
Jel membukakan pintu geser kaca yang ditutupi gorden itu untuk (Name). Cahaya dari luar langsung masuk ke dalam netra (Name), setelah netranya menyesuaikan dengan cahaya matahari luar; semuanya jelas. Anggota Sutopuri di sana, dengan hiasan pesta putih, barbeque dan prasmanan. Bahkan pakaian mereka sangat resmi layaknya acara pernikahan padahal ini hanya acara peringatan hari jadi.
Dengan bahagia, gadis itu berbaur dengan yang lainnya. Itulah ujung benang jingganya.
Tidak lama, Jel membawanya ke tengah taman belakang. Ia menatap netra gadis itu lekat-lekat menandakan keseriusan.
“(Name) aku tidak pandai dalam merangkai kata-kata indah namun tanpamu, aku tidak akan ada di sini sekarang.
Tanpamu, hidupku akan terasa hambar. Kamu seperti teman-teman yang lainnya sangat spesial dalam hidupku.
Namun untuk hari ini (Name), kamu lebih spesial dari mereka semua yang berhadir di sini. Ini adalah hari kita, hari di mana aku menyatakan cintaku kepadamu dan hari di mana kita menjalin hubungan sepasang kekasih... “ Jel memberikan jeda pada ucapannya, “...Aku ingin membawa hubungan itu ke jenjang yang lebih tinggi lagi.”
Di akhir ucapannya itu, Jel menggunakan salah satu lututnya untuk bertumpu dan mengeluarkan sebuah kotak beludru dari kantongnya. Ia menatap ke arah (Name) yang matanya kembali berkaca-kaca haru.
Jel memberikan senyuman terbaiknya, senyuman yang hanya ia peruntukkan untuk sang gadis seorang; dunia itu serasa milik mereka berdua sekarang. “(Name)(Surname), apakah kamu bersedia untuk menjadi istriku?”
(Name) segera memeluk Jel. Air mata harunya tidak terbendung lagi, ia segera meneriakkan jawabannya itu kepada dunia, “YA! AKU BERSEDIA!”
Anggota Sutopuri lainnya langsung bersiul-siul, bersorak dengan gembira karena lamaran yang lancar itu; suara sorakkan mereka mengiringi adegan di mana Jel memasangkan cincin itu pada jari manis (Name).
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro