e v e
― white day.
Lelaki dengan rambut jamur blonde bergegas keluar dari bangunan sekolah saat bel waktunya pulang berbunyi. Ia sengaja cepat-cepat agar ia tiba duluan, tidak ia sangka senpai-nya benar-benar mau ditemui di taman sekolah.
Tadi pagi sebelum masuk sekolah, kebetulan Eve sedang piket jadi ia datang duluan dan tiba-tiba ia teringat senpai yang memberikan cokelat kepadanya saat hari valentine jadi ia menempelkan sticky note pada rak sepatu milik senpainya itu. Ia ingin membalas perbuatan senpainya kepadanya.
Lelaki itu duduk di kursi yang sudah disediakan di taman belakang sekolah, menunggu senpainya datang dengan cemas. Memang senpainya itu berkata akan datang, namun Eve tidak yakin kalau itu benar atau hanyalah kebohongan.
Eve merongoh sakunya, sebuah kotak berwarna merah muda berbentuk hati ia keluarkan dari saku celananya itu. Eve membuka kotaknya untuk memastikan cokelat buatannya masih utuh dan baik-baik saja setelah ia bawa berlari ke taman.
Jamur blonde itu merasa lega karena cokelat yang dibawanya sama sekali tidak rusak ataupun meleleh. Diantara cokelat-cokelat itu tersembunyi sebuah kalung perak, Eve membelinya semalam dan itu khusus untuk senpainya.
"Eve?" sebuah suara membuat Eve segera menyembunyikan hadiahnya kembali ke dalam sakunya, dan Eve menoleh kepada asal suara itu.
Sang empunya nama terpesona dengan pemandangan yang dilihatnya, walaupun senpainya itu sedang terengah-engah tetap saja ia cantik. Kecantikan senpainya itu spesial, mungkin wajahnya tidak seberapa dengan artis-artis korea namun Eve tahu kalau hati senpainya itu sangat baik.
Eve mengeluarkan kotak hadiahnya itu kemudian memberikannya kepada sang senpai. "Tolong terimalah ini, (Y/n) senpai! Hari ini adalah white day, jadi aku ingin membalas cokelat yang kau berikan kepadaku saat valentine."
Gadis yang lebih tua setahun darinya itu terkejut, ia menerima pemberian Eve kemudian membuka isinya. Ini pertama kalinya pada white day ia menerima cokelat oleh adik kelas seperti Eve.
Karena terkena sinar matahari, kalung yang Eve beli bersinar membuat (Y/n) penasaran. Tidak lama ditemukannya kalung perak.
Mata (Y/n) bekaca-kaca, ia tidak tahu harus menjawab apa kepada Eve, adik kelasnya yang ini terlalu baik kepadanya. Sang gadis meletakkan kotak cokelatnya di kursi dan dengan semangat memakai kalung pemberian Eve itu.
Eve yang melihat langsung bersemu merah, tidak ia sangka senpainya itu menerima hadiah pemberiannya dengan senang hati bahkan sampai terharu.
"Senpai, aku menyukaimu," kata yang selama ini Eve tahan akhirnya keluar juga.
(Y/n) terdiam, bisa dilihat kalau pipi milik (Y/n) bersemu merah muda. "A-aku―," baru saja Eve mengetahui apa jawaban senpainya, seorang pria dengan surai gelap datang.
"Ternyata kamu disini, (Y/n)," kata pria itu―Sou. Eve mengenalnya, Sou adalah anak kelas sembilan setahun lebih tua dari (Y/n) dan dua tahun lebih tua darinya.
Sang gadis menoleh, "Memangnya ada apa, Sou?"
Sou melihat keadaan ke menemukan kalau (Y/n) disana bersama Eve, "Ternyata kamu bersama adik kelas ya? Memangnya ada masalah apa?"
(Y/n) menginjak kaki Sou dan membuat lelaki itu megaduh kesakitan, Sou benar-benar mengacaukan momennya dengan Eve.
"Pergi saja sana duluan! Nanti aku akan menyusul, Sou," kata sang gadis dengan nada kesal.
Sou masih menahan sakit namun karena ucapan dari (Y/n), ia memutuskan untuk pergi dan menunggu (Y/n) diparkiran. Eve memandang senpainya itu penuh harap.
"Maafkan aku, Eve, tapi hatiku sudah dimiliki oleh Sou."
Waktu bagaikan tiba-tiba berhenti bagi Eve, kenyataan yang pahit langsung menusuknya tepat di dadanya. Ia ditolak. Eve menundukan kepalanya karena malu.
"Kita masih berteman kan?" tanya sang senpai untuk memperbaiki keadaan.
Eve menghembuskan napas kasar, ia masih belum bisa menerima semuanya namun tentu Eve masih ingin berteman dengan sang senpai.
"Tentu," Eve menjawab singkat.
Sang gadis tersenyum lega, "Baiklah, kalau begitu terima kasih, Eve! Sampai jumpa besok disekolah!"
Eve tidak menjawab ucapan selamat tinggal dari senpainya itu, rasanya memang tidak mengenakkan dan canggung namun Eve tidak akan menyerah.
"Aku pasti akan bisa memenangkan hatimu, senpai! Lihat saja!" tekad Eve.
――
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro