Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Scifer • Postulate

Bedah Buku
"Postulate"
Oleh
rizkywahyufir

●●●

[ Sinopsis ] •

Sang utusan Tuhan menyebut dirinya sebagai 'Postulat', Messal, ia akan menggulingkan istana Sang Mata Satu yang melayang di atas bumi meski harus menentang yang-tak-terbinasakan.***Masa depan bukan tentang gedung tinggi dan robot mengilap yang mengantarkan makanan. Kau akan melihat pesawat-pesawat tempur menembakkan desing rudal dan sebuah bola yang meledak menyiksa. Messal hidup di masa itu. Dia bisa melihat semuanya, termasuk kau yang sedang membaca. Namun, ia tak bisa memanggilmu. Ada dia.Sang Mata Satu benar-benar sudah menguasai bumi, tidak, sekarang dia menamainya sebagai Aradh. Mengaku Tuhan, lalu merangkul seluruh penyembah setia, ia menerbangkan utopia yang melayang di atas Aradh. Dia memanggilnya Axama.Tak mau mati konyol saat kiamat benar-benar segera datang, Messal akan menggulingkan Axama. Meski sendirian, Postulat, hatinya tak pernah gemetar. Postulat memang tak punya hati. Tidak, hingga Dou, seorang pria yang ingin menghidupkan kembali kelima putranya, mengulurkan tangan kepada Messal.***"Ulurkan genggaman kepada yang di bawah, Yang-Tertinggi akan bertarung bersamamu."Post-u-late"Apa yang terjadi setelah kau terlambat?"

1. Sea

Prolog

Pas pertamakali tau konsep dari cerita ini aku agak kaget. Karena memadukan unsur kepercayaan dan fiksi ilmiah tuh susah-susah gampang, kalo ada yang ga masuk kacau nanti. Tapi dari yang aku baca di sini justru sebaliknya. Author bisa banget memadukan antara dua unsur ini menjadi satu karya yang pas, ga berlebihan dan ga kekurangan juga. Suasana emosional juga sampe ke aku, sih.

Walau gitu, tadi bagian Mesaye dan istrinya yang ada di luar, aku kurang bisa membayangkan latar setelah bagian bom dari tank. Apakah mereka sedang berada di dalam suatu ruangan? Rumah? Atau di luar?

1.1 Mata Satu

Aku kira di awal chapter ini menceritakan kisah Messal yang sudah dewasa lalu hidup di kota yang damai, tapi ternyata bukan! Malah sebaliknya! Untuk pendeskripsiannya di chapter ini menurutku sangat detail, jadi mudah dibayangkan!

1.2

GATAU SUKA BGT SAMA CHAPTER INII. Interaksi Ibu sama Messal tuh adem banget hikss. Awalnya aku sgt kesal ya ges ya sama si keriting dan ibunya itu. Tapi terus malah disuguhi sama adegan heart warming(emot nangis terharu) APALAGI MESSAL LUCU BGT WKWKK.

Oke, untuk tokoh-penokohan sih udah punya karakter nya masing-masing, bagi aku karakter si Messal ini udah langsung keluar, karakter ibunya juga. Jadi udah oke. Paling nanti bisa ditambahi kayak ngasih keterangan terkait fisik agak detail lg tentang para tokoh di tengah-tengah narasi. (Ini saran ajaa, aslinya mah udh oke!

OH YA, MAU PROTES. Kenapa abis dikasih adegan heart warming, adegan lucu, adegan mengharukan, tb tb langsung jadi konflik yh? Rada ga terima si Ummi udah tewas, padahal beberapa paragraf di atas tuh dia masih bercanda sama Messal. Ini definisi "Kita gatau apa yang akan terjadi beberapa saat ke depan."

1.3

NI CHAPTER ISINYA SI MATA SATU PEN AK GEBUK ASLI. SOK SOK AN BGT GILA. Oke pertama, selamat kepada sang author telah berhasil membuat emosi readers(saya khususnya) jadi naik melihat kelakuan si mata satu yg sangat ingin dibunuh. Dan di sini wajar kalo Messal rada terguncang akibat sama kondisi kehidupannya yang jdi kacau balau.

Secara alur ini seru, penjelasannya detail juga, ga ngebingungin, dan terstruktur.

Secara konsep juga ini unik ya, menyatukan unsur religius dan fiksi ilmiah, tapi di sini aku masih belum bisa nemu di mana letak fiksi ilmiahnya? Hmm mungkin bab yang aku baca baru 4 bab doang, semoga dapat terjelaskan di bab-bab berikutnya. Kalo masalah gaya penulisan sih, udah rapih kok. keseluruhan, intinya cerita ini menurutku punya konsep yang unik banget, alur nya juga seru, gaya penulisannya juga oke banget.

Serius. Pokoknya semangat untuk terus berkarya!!!

2. Gilang

0 – prolog

Nice, very good opening! Saya rasa memang beginilah salah satu cara terbaik dalam membuka sebuah cerita bergenre fiksi ilmiah. Berangkat paduan narasi cerdas nan berbobot, plot dipenuhi aksi menguncang, tensi kuat dan misteri yang demikian pekat. Konsepsi pondasi cerita dikonstruksi dengan runtut dan detail, baik berupa pemilihan latar di yerrusalem, tentang Messal dan sang bapak yang ajaib. Keseluruhan prolog yang solid berhasil memicu trigger rasa penasaran akan kelanjutan cerita. Akankah cerita ini sukses menyerupakan sebuah rekaan akhir zaman ini nantinya? Let's see!

1.1 Sang Mata Satu

Untuk berulang kali, saya harus mengecek kembali genre tulisan ini. Tertera jelas ini fiksi ilmiah, tapi berisikan banyak kabar nubuat akhir zaman? Well, penulis terbilang berhasil menyempurnakan kengerian akan datangnya sang antagonis dengan pemilihan diksi yang memukau. Scifi x Religi, why not?

1.2 Tepi Barat

Sajian dinamika relasi Messal dan ibunya sukses dimunculkan dengan hangat, walau masih terasa canggung dalam beberapa dialog dan bisa dieksplorasi kembali sebelum dihancurkan pada momen-momen setelahnya. Penokohan Messal masih belum banyak menyentuh sisi humanisnya hingga sulit merenggut simpati pada pembaca. Namun, seharusnya tragedi besar yang dituturkan pada paruh akhir harus bisa menjadi katalis development dia kedepannya.

1.3 Hiburan Tuhan

Well, menarik, terdapat dajjal dan juru selamat dalam cerita ini. Lagi-lagi, Sang mata satu mencuri atensi dengan kelakuan dajjalnya melalui cara cara elegan serta intimidatif. Di sisi lain, build up penokohan Messal mulai terlihat melalui caranya menemukan identitas aslinya. Oh iya, konsepsi postulat ini cukup menarik perhatian saya. Eksistensi mereka selayaknya nabi/rasul alias manusia pilihan mesti dieksplorasi lebih dalam. Salut banget atas keberanian penulis mengangkat unsur-unsur yang lumayan berat ini.

3. Yoga

Prolog

Aku suka dari alur yang digunakan, penggambaran karakter Mesaye dan Atalya cukup terasa. Meski harus diakui ada sedikit sensasi bitter yang ditunjukkan oleh penulis. Penulis menunjukkan penggambaran yang bagus mengenai latar lokasi. Masih ada beberapa misteri yang harus dijawab di bab ke depannya. Tapi entah mengapa aku kurang suka penggunaan nama Mesaye dan Mesal. Ini pendapatku pribadi sih. Selain itu, ada beberapa pemborosan kata, meski jarang, namun lumayan mengganggu.

Messal-kecil? Kurasa bisa dipisah, apa digabung. Mungkin penulis harus menemukan solusi lain, sedikit aneh kurasa.

Chapt 1

Oh, begitu. Good. Menarik. Kalimat tersebut yang terucap kala membaca bagian ini. Intinya bab ini dibuka dengan ragam harmonis Yerussalem, saat ketiga agama hidup damai. Dan, mulailah si mata satu memulai aksinya.

Chapt 2

Di awal cerita pace cukup lambat dan terkesan membosankan. Seperti ada potongan plot yang lumayan besar, dari prolog ke bagian awal. Mungkin, bakal dijawab di bagian lanjutan. Semoga. Sampai sini kita tahu si mata sudah menemukan yang dia cari. Dan, bakal ada apa dengan ular? Hayo lo ... apakah pria keriting tersebut, atau apa hayo ...

Chapt 3

Akhirnya di sini terjawab sudah apa itu postulat. Heran aja kenapa makannya kambing dan kurma, kenapa tidak babi dan kurma? Cuaks

4. Kahnivore

Prolog

Agak kesulitan menangkap apa yang ingin disampaikan penulis barangkali karena beberapa hal masih di simpan untuk bab selanjutnya. Namun menurut aku 'perasaan' serta 'hawa-hawanya' itu sudah dapet.

Chapter 01

Okai. Setelah chapter 1.1 aku pretty much bisa bilang kalau cerita ini mulai menarik. Topik yang diangkat sangat tidak biasa dan agak berbahaya (tapi inilah kenapa kita selalu ingin menulis bukan) menurutku but sejauh ini aku suka cara penulis menyampaikan cerita. Sangat laki-laki.

Chapter 02

Uuuh. Aku suka bahwa disini kita bisa melihat orang yang melakukan semuanya demi dirinya dengan semena-mena dan apa dampaknya pada orang-orang yang terkena imbas dari kearoganan mereka. Kosa katanya makin kaya sangat khas penulis yang benar-benar indonesia. Aku terkejut sekali ada Presiden di antara rakyat biasa. Kenapa?

Chapter 03

Sangat berani. Aku nyaris tak bisa berkata-kata saat Sang Mata Satu sudah memusnahkan setengah dari popullasi di bumi dalam waktu sesingkat itu!! Oh dan aku baru mengerti sekarang siapa Messal dan bapaknya satu misteri di Prolog akhirnya terungkap di sini.

5. Olin

0. Prolog

Menarik ya, paragraf awal langsung disuguhkan suasan yang tegang. Konflik batin dari si wanita terhadap kondisi Messal juga sangat intens. Awal-awal bagian bab itu sangat menyentuh. Saya bertanya-tanya, kenapa si ibu berekspektasi Messal kecil untuk menangis, Messal ini baru dilahirkan atau terjadi sesuatu yang berkaitan dengan banyaknya fenomena aneh di Yerusalem? Bait yang menarik di prolog untuk saya penasaran pada chapter selanjutnya!

1.1 Sang Mata Satu

This chapter is 10 but it's getting thrilling to read it furthermore! 15/10 kali yak xixi. Saya suka penggambaran kekacauan dari kemunculan si Mata Satu ini. Beberapa unsur kepercayaan yang ada dalam cerita begitu kaya, benar-benar bikin saya berpikir kalau wawasan penulis di bidang ini memanglah luas. Saya sangat suka chapter ini, tapi saya masih menunggu unsur-unsur sci-fi yang sudah dijanjikan di blurb (Heh! Gak sabar ya kamu, Mol! Atau mungkin saya yang tidak teliti?).

Sebelumnya, ini hanya masalah teknis saja xixi. Menghiraukan itu artinya peduli. Ada bagian percakapan: "Hiraukan saja dia!". Namun, ini kan cuma masalah teknis aja, jadi bukan sesuatu yang besar banget.

1.2 Tepi Barat

Halo Messal, kita bertemu lagi, tapi kamu udah bukan bayik lagi. Noooo, ada yang pergi di chapter ini ;_;

Di chapter ini saya nangkap relasi Messal dengan Ibunya juga 'kedudukan' Messal bagaimana di lingkungannya. Lalu, muncul karakter baru ya? Eh, atau saya melewatkan sesuatu? (Saya bolak-balik prolog sampai chapter 2 btw. Sepertinya ini clue biar saya baca terus ke chapter berikutnya). Tanggapan saya, masih sama bagusnya dengan chapter sebelumnya! Saya bisa ngerasain banget ketegangan tapi ada bumbu-bumbu kesal karena bocil juga sih.

1.3 Hiburan Tuhan

Ini memalukan, saya pikir Anasazi itu nama satu karakter xixi. Okay, sekarang saya paham.

Ketika saya membaca keseluruhan chapter ini, memang ya si Mata Satu ini sifatnya kek da—. Masih seperti sebelumnya, untuk chapter ini, saya benar-benar menikmati. Karena tegang cuy, saya suka yang tegang. Percakapan-percakapan antara Mata Satu juga menarik banget kontennya. Cuma, ini pendapat personal aja ya, ini mungkin saya masih belum notice unsur sci-fi. Atau mungkin, ada tapi saya belum tahu perihal itu. Overall, bagus banget ceritanya! Saya scroll terus dan tidak sadar sudah habis satu chapter! Keep going sampai tamat ya Mas Penulis! Jarang-jarang sci-fi dikombinasikan dengan religi.

6. Ram

Prolog

Cerita dibuka dengan cukup baik dan deskripsi yang cukup mendetail. Adegan demi adegan yang dituangkan ke dalam bentuk narasi dan dialog sesungguhnya mampu membangkitkan ketegangan, tetapi belum cukup renyah untuk digigit. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, di antaranya adalah penggunaan kalimat efektif, penggunaan tanda baca, serta urgensi penggunaan bahasa asing.

Bab 1

Cerita yang diusung sebenarnya terbilang unik, walaupun konsep-konsep tentang nubuat akhir zaman yang serupa cukup umum di luaran sana. Sampai sejauh ini belum ditemukan nuansa fiksi ilmiah yang kental, meskipun penulis menggunakan nama-nama lokasi geografis yang realistis. Diksi-diksi konotatif, memaksa saya memahami satu per satu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun demikian, tentu ada alasan tersendiri dibaliknya.

Bab 2

Lagi-lagi, saya terganggu dengan penggunaan onomatope. Bukannya tidak boleh, saya tahu ini adalah preferensi dan hak penulis, tetapi tidak ada salahnya juga kalau penulis mau mempertimbangkannya kembali.

Bab 3

Adegan kembali berpindah. Mungkin, hal ini dimaksudkan untuk mempercepat munculnya konflik. Walau bagaimanapun, penggambaran antagonis yang intimidatif dalam bab ini berhasil mencuri perhatian. Keberania penulis mengangkat tema-tema yang sejatinya berat namun ringan untuk dikonsumsi patut diacungi jempol.

7. Rahma 

Prolog

Sambutan yang sangat menarik. Saya suka dengan cara penulis mengawali cerita. Bermula dari sajian aksi yang penuh kekalutan, interaksi antar karakter yang menyentuh, serta pemilihan latar tempat nan cocok, lalu ditutup dengan misteri yang mengundang decak kagum. Saya sempat penasaran dan bertanya-tanya mengenai bayi bernama Messal ini, apa yang menjadikannya seunik ini. Namun, akhirnya terjawab juga, meski dengan menyisakan rasa penasaran. Rangkaian diksi yang dituturkan pun begitu pas, sehingga tanpa sadar saya merasa larut dalam cerita. Terlebih lagi karakter Messal kecil didesain unik dan menarik. Ah, iya saya pikir keputusan penulis meletakkan latar belakang mengenai keluarga Messal pada bab ini sudah tepat. Itu membuat karakter unik Messal semakin kentara kuat. Keunikan memang kerap mengundang ketertarikan. Maka sudah saya putuskan untuk ngefans sama Messal >_<

Bab 1.1 Sang Mata Satu

Satu kata untuk bab ini. Ngeri. Kemunculan karakter baru yang disampaikan begitu apik, sukses mewarnai kisah ini semakin menarik. Penggambaran surga dan neraka yang ditunjukan sang Mata Satu membuat saya teringat akan sesuatu yang cukup familiar. Tema yang diambil terbilang tidak biasa dan cukup menantang, bahkan cenderung berat menurut pandangan pribadi saya, tapi tampaknya penulis berhasil menyajikannya. Dan itulah yang menjadi daya tarik sendiri. Saya salut atas kepiawaian penulis dalam menggambarkan tiap karakternya. Begitu melekat dan mudah diingat.

Bab 1.2 Tepi Barat

Wow! Bab ini sempat membuat saya jeda sejenak—mengambil napas. Time skip cerita yang langsung membawa ke Messal remaja mengantarkan pada adegan manis antara Messal dan ibunya, tapi siapa yang menduga mendadak tempo cerita berubah. Tegang dan emosional. Kedua unsur ini berhasil dipertahankan hingga akhir bab. Saya suka itu!

Bab 1.3 Hiburan Tuhan

Rasanya rada kesal ketika baca bab ini. Eksistensi sang Mata Satu dengan tingkah intimidasinya berhasil menarik simpati saya terhadap umat manusia. Well, iya saya kesel, tapi itu kenapa mood sang Mata Satu naik turun begitu, bikin greget aja dan tentunya itu yang bikin menarik untuk mengikuti kelanjutannya sih. Ah, iya, selama mengikuti cerita ini ada satu dua kata asing yang saya tidak mengerti, tapi seiiring berjalannya cerita jadi paham sendiri. Secara keseluruhan ceritanya oke, bagus banget! Penyampaiannya baik dan tidak bertele-tele, meski rasanya saya kurang menangkap unsur fiksi ilmiah yang kental sampai sini. Mungkin penulis hendak fokus pada latar bumi yang distopia. Ya, apapun itu, saya suka perpaduan genre ini! Nice! Semangat terus kakak penulis!

8. Dean Floyd

PROLOG

Pembukaan disambut dengan berbagai debuman, kepanikan, kecemasan, dan ketenangan dalam satu waktu. Di sini saya masih bertanya-tanya, apa sih yang terjadi? Kenapa dia ketakutan? Kenapa ada semacam perang? Dan kenapa bayinya bersikap seperti 'bukan bayi'? Tapi setelah dibaca semakin ke bawah, aku semakin paham alurnya. Siapa mereka dan ini itunya. Aku benar-benar terkesan sama tulisannya, cara penulis menyampaikan cerita, menggambarkan suasana, dan menyisipkan diksi-diksi yang enak dibaca.

CHAPTER 1

Lagi saya bertanya-tanya. Tokoh ini siapa, sih? Kok sudah sampai sini saja? Tapi lagi (sekali lagi) saya kayak kena cahaya ilahi. Saya diterangkan dengan berbagai kesempatan di mana sang Mata Satu berlaku. Dan mengambil kesimpulan bahwa, oh, dia itu seperti ini, dan itu adalah sifatnya. Alurnya terlalu bagus hingga saya nggak bisa terlewat satu katapun. Saya suka bagaimana penulis menggambarkan sang Mata Satu yang berkuasa.

CHAPTER 2

Saya sejak awal berpikir, ini genre yang berat saya rasa. Genre ini emang berat (menurut saya), tapi penulis menyampaikan semuanya dengan bahasa yang mudah dipahami. Walau ada satu dua kata yang kurang saya paham, tapi nggak terlalu mengganggu alur dan bagaimana cerita berlangsung. Saya lagi (lagi) suka banget sama kalimat-kalimat terpilih yang menyangga cerita. Bagaimana si tokoh ketakutan atau panik, saya juga seperti merasakan hal yang sama.

CHAPTER 3

Kembali lagi sama sang Mata Satu yang nggak tau kenapa saya malah kesel tapi suka sama sifat dia gitu. Bener-bener sekarang biru besok merah. Walau percakapan antara sang Mata Satu dan para presiden terkesan mendominasi, tapi nggak datar. Masih ada gejolak emosi dan mood sang Mata Satu yang naik turun secara random. Baru sampe sini aja udah seru banget, penasaran sama apa yang bakal sang Mata Satu Moody-an lakukan. Apa lagi, pertemuan Messal sama presiden dan akhirnya tahu siapa dia sebenarnya. Itu bikin semakin greget. Saya masih memikirkan pak Jokowi yang kemungkinan ikut ke istana sang Mata Satu juga.

Salam Manis,

Tim Scifer

●●●

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro