Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Romantory • Midnight Rain

Bedah Buku

Midnight Rain

Karya
ayzy04

• Blurb •

Pada mulanya, sebuah payung kecil yang melindunginya dari tetesan air hujan, kini berubah menjadi sebuah sangkar. Kapankah ia akan terlepas dari itu semua?

• Review •

1. IchiHikaru

Aku baru baca sampai bab 7. Dan entahlah, mungkin karena aku jarang baca tipe cerita sejenis ini. Jadi aku nggak ngerti kenapa Stella masih mempertahankan hubungan sama cowok macam Andrew. Iya, iya, aku tau Stella nggak akan bisa berbuat apa-apa kalaupun mau. Tapi kesannya Stella juga ya sudahlah ketika komunikasi dalam hubungan mereka sangat tidak sehat.
Tapi ya sudahlah. Mungkin serunya memang di bagian situ, tapi aku yang nggak ngerti.

Aku suka keputusan penulis soal penggunaan scene di prolog, meski timeskip di bab selanjutnya yang terlalu mendadak perlu jadi catatan. Untuk penulisan aku no comment. Cukup nyaman dibaca. Meski aku pribadi agak pening liat beberapa paragraf yang kelewat panjang.
Yang mau aku highlight mungkin soal banyaknya dialog bahasa Inggris yang menurutku sebenernya yah ... nggak perlu. Bukan apa-apa. Aku nggak masalah sama dialog berbahasa asing. Tapi aku liat penulis di sini perlu men-translate lagi ke bahasa Indonesia. Jadi, menurutku daripada merepotkan diri sendiri mending langsung aja tulis pakai bahasa Indonesia.

Aku tau. Mungkin maksudnya buat menekankan kalo cerita ini settingnya di negara Barat. Tapi ada banyak kok cara lain buat menggambarkan setting cerita, nggak cuma lewat penggunaan bahasa asing dalam dialog.

Tapi secara keseluruhan menurutku nggak ada yang mengganggu banget. Untuk saran ... ada satu sih

Stella, Andrew, go get some therapy!

2. aurumsulistyani

Aku rasa masalahku adalah membacanya di saat mood yang tidak tepat.

Aku sangat penasaran bagaimana Stella akan berakhir, tapi aku tidak mampu memaksa diriku untuk membaca vibe cerita seperti ini untuk saat ini. Penulisannya rapi dan alurnya sangat membuat penasaran meskipun saat berpindah bab aku agak mengalami disorientasi waktu. Kejadiannya sangat melompat dan akhir bab sebelumnya membuatku ingin tahu apa yang terjadi setelah itu, tapi ternyata sudah berganti scane di bab berikutnya.

Karakterisasi, yah aku yakin kalian akan membencinya bukan karena penulisannya buruk, bukan. Namun karena ini memang dibuat seperti itu, Aya sangat berhasil untuk membuat pembaca terpikat sehingga tidak akan sulit untuk menganggap karakter begitu hidup dan membuatku ingin menampar Andrew dan mengguncang bahu Stella agar sadar.

Lalu ada deskripsi, yah, aku akan bilang ini sangat panjang. Terutama untuk membahas hal kecil atau tindakan fisik yang dilakukan karakter. Mungkin itu juga bergantung dengan preferensi masing-masing, aku pribadi selalu lebih menyukai deskripsi perasaan daripada gerakan fisik, jadi itu mungkin yang membuatku kurang nyaman.

Beberapa dialog bahasa inggris, yah Nita sudah membahasnya, aku pernah menulis seperti ini juga tapi seiring seringnya aku membaca suatu buku, bahkan bahasa alien pun tidak perlu ditulis dengan bahasa alien, pembaca cukup tahu kalau itu bahasa alien. Jadi penggunaan dialog dengan bahasa asing sebenarnya tidak masalah, tapi itu sebenarnya juga kurang efektif kalau menurutku jika hanya untuk mendongkrak latar. Akan lebih baik jika latar tempat diperkaya ditambah dengan perilaku orang di daerah itu juga. Dialog asing yang cukup sering aku temukan adalah panggilan, seperti kata khusus untuk memanggil seseorang (ayah, ibu, kekasih, kakak) di tempat itu digunakan sudah cukup aku rasa.

Selebihnya ini bagus dan jika aku membacanya di mood yang tepat aku yakin akan selesai dalam beberapa jam. Masalah seperti yang aku bilang aku tidak dalam mood kelabu. Good job Aya

3. Lisaa_Lien

First of all izinkan aku mengagumi kedua MC ini. Stella si wanita lemah lembut dengan Andrew si pria kulkas 12 pintu yang sulit ditebak dengan tampang red flag tapi ternyata green flag.

Untuk tulisannya sendiri aku menemukan beberapa typo, tapi gak sesering itu sih dan typonya masih bisa terbaca. Gaya tulisannya pun aku suka, baku tapi masih bisa dipahami. Mungkin kritikku cuma satu sih, entah mengapa dari bab 1 - 25 (sial, aku ketagihan, wkwk) terkadang aku merasa kayak ada plot hole. Antara bab satu dengan bab lainnya aku merasa "jembatannya" hilang. Tiba-tiba aku "hah? Bentar," mungkin karena alurnya juga cepat (? Yang kutangkap begitu)

Karakter Stella ini bisa aku pahami, aku penganut prinsip punya pasangan yang harus sederajat dan Andrew ini terlalu high. Sementara itu Andrew sulit menunjukan perasaannya atau bahkan gak tau apa itu cinta.

Over all masih tidak sesinting itu dan tekanan darahku pun masih normal, meskipun Stella ini kadang gak make sense, kok nurut banget sama Andrew bahkan sampe HPnya diambil pun dia gak ngereog. Terus buat si Isabella, hmm ... sinting sekali kamu. Sejauh ini aku benci Isabella tapi aku gak mau judge dia duluan karena aku merasa belum kenal banget sama dia meskipun tetep aja dia nyebelin. Terus karena kulihat dia karakter yang penting, aku berharap sih dia gak sekadar cewek obses nyebelin tapi juga ada perkembangannya (gak tau tapi vibes Isabella ini eleganto meskipun tidak boleh ditiru sifatnya)

4. orisonace

Jujur aku nggak lanjut baca di bab kemunculan Sean, karena kupikir permasalahan Stella dan Andrew di resto belum selesai. Tapi barusan banget aku lanjut baca lagi, dan ngerasa ada sesuatu yang hilang. Narasi yang disajikan gak seluwes dan senyaman bab-bab sebelumnya. Deskripsi latar tempat terlalu panjang, jadi jenuh, mungkin untuk deskripsiin latar nggak perlu sekaligus dalam satu paragraf. Selang-seling cocok kali yak.

Ada beberapa narasi yang kurang nyaman dibaca, kayak selalu bersama rekan-rekannya bisnisnya dan aku mengepalkan tanganku di atas kakiku. Aku rasa hal seperti ini wajar karena belum masuk tahap revisi, jadi ini itung-itung buat nambah catatan kalau cerita udah selesai dan mau direvisi nanti.

Untuk karakterisasi ... aku rasa dua-duanya sukses bikin greget. Stella dan Andrew ini tipikal orang yang bikin nggak habis pikir.

Sejauh ini, itu aja dulu, kerja bagus Kak Aya ><

5. Lamanhiat6

Bab Prologe: Oke lah drama cinta segitiga yang dimulai dari MC yang putus
Bab selanjutnya: Loh kok?

Betul kata beberapa review sebelumnya, cerita ini punya bab yang agak loncat-loncat dan terasa nanggung tapi jelas masih enak dibaca dan rapi bagi diriku yang punya minus. Sebenarnya aku cukup enjoy baca cerita ini. Dari karakter, Andrew dan Stella punya porsi tersendiri untuk dibenci atau disukai. Secara pribadi aku harus bilang kalau yang nggak disukai dari karakter Stella adalah dia insecure? or apapun yang menjurus ke perasaan dia nggak ngerasa cukup baik untuk Andrew serta dia selalu mempertanyakan dan menyimpan perkiraannya atas kejadian di prologe tanpa buat hal itu clear. Sementara bagian yang aku suka malah saat dia nggak bersama Andrew, dia bisa bebas ngobrol sama siapa saja dan nggak canggung.
Untuk Andrew, kak Aya bisa benar-benar bikin karakter kebanyakan cowok yang aku kenal. Nggak banyak ngomong, dan sat set. Sayangnya kembali lagi, Stella tipikal orang yang butuh penjelasan sementara Andrew nggak bisa ngasih itu. Aku mikir dia udah ngerasa ngasih semua hal yang dia bisa untuk membahagiakan Stella, tapi caranya kurang tepat.

Dan untuk Sean, aku nggak suka dia.
Dari sepuluh bab yang aku baca bisa aku bilang kalau hubungan Andrew-Stella itu canggung, kek, mending kalian putus saja kalau nggak bisa komunikasi!

6. kenzopeter

Berhubung bab yang kubaca nggak terlalu banyak dan juga udah didahului oleh review dari temen-temen yang lain, jadi reviewku kali ini cuma bersifat tambahan aja.

Pertama, ada banyak hal unik yang aku liat di novel kali ini. Seperti, pakai fitur komen writer sebagai terjemahan. Entah apakah karena aku kurang update dan jarang baca wattpad lagi atau bagaimana, tapi menurutku pemanfaatan seperti ini inovatif banget.

Kedua, penulis yang ini berhasil melukiskan bagaimana karakter yang akan muncul sesuai dengan gambar-gambar di awal cerita. Jadi vibes yang sampai bukan cuma melalui perantara kalimat dan diksi, melainkan juga melalui visualisasi.

Ketiga, setuju banget sama review-review sebelumnya tentang gimana penulis berhasil membawa sifat manusiawi ke dalam karakter. Menurutku kesalnya pembaca terhadap suatu tokoh itu salah satu bukti keberhasilan penulis dalam memanusiakan karakter novelnya.
Mungkin cukup itu dariku, adapun terkait aturan penulisan, diksi, dsb. udah terwakili dengan temen-temen sebelumnya.

Semangat terus kak Aya.

Salam manis
Romantory

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro