Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Fantaser • Rigor Mortis

Bedah Buku

RIGOR MORTIS

Karya

nrndraaptr

Blurb
Berawal dari dongeng kelam nenek, Rhafal, Anya dan Vader terjebak di Hurrah-dunia kegelapan antah berantah. Ketiganya berusaha untuk kembali, sayangnya monster dan para pemburu primitif terus mengejar. Ketika hanya ada satu pilihan untuk pulang, Rhafal harus berhadapan dengan Bramacorah, sang raja yang kejam sekaligus penguasa Hurrah.


• Review •

1. Biyu

Prolog yang bagus, tapi kurasa masih ada penulisan ejaan dan tanda baca yang harus dibenahi, seperti 'negeri', 'perhatikan jejakmu' yang mungkin bisa diganti menjadi 'langkahmu', dan kesalahan penggunaan huruf kapital setelah koma. Deskripsi yang ditulis lumayan bagus dalam memberi gambaran suasana dunia lain sebelum Rhafal benar-benar tiba di Hurrah. 

Menurutku, fantasi Rigor Mortis ini tipikal cerita yang dikemas dengan ringan, meskipun genrenya sendiri bisa masuk dark fantasy. Tbh, sudah lama aku tidak menjumpai yang seperti ini, fantasi dengan sentuhan humor bagus juga saat digabung. Selera humor yang bagus, beberapa bagian yang diberi lelucon sejenak bisa mengurangi ketegangan dari cerita ini. 

Dari segi karakter sendiri sudah cukup ramai, tapi mungkin beberapa tokoh bisa dipertegas lagi karakternya agar terlihat konsisten dan tidak terlalu mirip dengan yang lain. Omong-omong, peri Mortem sekilas mengingatkanku pada makhluk ajaib milik Newt Scamander dalam film Fantastic Beasts. Beralih ke yang lain, latar suasananya agak cepat berubah ya. Beberapa saat lalu rasanya tegang, tapi sesat berikutnya tampak santai. Dan mungkin sedikit tambahan untuk tanda jeda sebagai penanda waktu karena terdapat part yang belum terpisah antara mimpi Rhafal dengan percakapannya bersama Vader. 

Selebihnya, aku mulai menikmati petualangan Rhafal, Vader, dan Anya di Hurrah yang ternyata sangat berbeda dari terakhir kali Rhafal dan neneknya berkunjung. Dari sini, ketegangan cerita mulai terasa dan world building mulai terlihat dengan konflik yang bermunculan. 

Akhir kata, semangat melanjutkan sampai tuntas, wahai Marquess Starlight Court. 

2. Eve

Aku yakin ini termasuk isekai sih.

Prolognya lumayan, ini melakukan pekerjaan dengan benar tapi ada yang kurang. Aku saranin prolognya lebih dinamis agar tonenya bisa terbawa ke seluruh jilid setelahnya.

Jilid 1-2. Aku jadiin satu karena menurutku bisa kamu jadiin satu, juga pemilihan prosamu kadang terasa agak bertele-tele. Meskipun begitu terasa banget narator kita itu anak kecil karena narasinya gak fokus. 

Jilid 3 itu tentang kematian tapi Jilid 4 menurutku lebih efektif dan elegan untuk eksplorasi hal tersebut. "Tidak ada lagi alasan untuk datang ke rumah" itu lebih efektif dan tidak melodramatik seperti Jilid 3.

Jilid 5 & 6 bisa dijadiin satu, menurutku akan lebih efektif menunjukkan bagaimana mimpi dapat mempengaruhi realita.

3. Jenna

Aku sejujurnya gak pandai dalam memberikan saran atau kritik. Jadi aku cuma mau sampein beberapa pendapat aku aja yaa. Rigor Mortis ini menurutku idenya fresh, gak pasaran. Jagat Arwah, makhluk-makhluk Hurrah, semuanya benar-benar kerasa fantasinya. Tata bahasanya juga bagus, aku suka bagaimana penggambaran tokoh utama dan penggunaan sudut pandang orang pertama, jadi lebih mudah memahami isi hati tokoh utama. Dan nilai plusnya buatku, satu chapter isinya gak terlalu panjang dan gak bertele-tele jadi enjoy bacanya.

Tapi, aku nemuin ketidak-konsisten-an dalam menulis kata sapaan kekerabatan, seperti ayah, ibu, nenek, dsb. Kata sapa ini harusnya ditulis menggunakan huruf kapital, seperti Ayah, Ibu, Nenek. Dalam cerita Rigor Mortis, kata sapa ini kadang ditulis kapital, kadang tidak

Sekian dari Jenna, semangat nulisnya!

4. Mezu

Rigor Mortis, selain covernya yang menarik, ternyata dalamnya juga tak kalah asik. Anjay. 

Kisah ini tentang Rhafal, Anya, Vader yang kemudian masuk ke dunia kegelapan yang penuh monster dan pemburu primitif. Banyak keanehan yang kelam di dalam Hurrah, padahal awalnya bukan tempat yang demikian, tapi berubah karena sosok bernama Bramacorah.

Kisah dimulai dengan prolog yang mengenalkan tentang Hurrah dan Bramacorah. Ini menarik, aku suka cara Sam membuka cerita dengan prolognya yang singkat padat tapi kemudian boom, cukup menjelaskan singkat tentang worldbuilding yang akan dikenalkan kedepannya. 

Tentang Hurrah yang mendadak diperkenalkan berada di dalam lemari nenek mengingatkanku dengan Pandora's Box, seolah nenek itu Pandora dan Hurrah itu adalah miliknya. Tapi gak tahu ya, karena nantinya aku masih menanti si nenek ini sebenarnya siapa? 

Bahasan soal Jagat Arwa dan Hurrah ini menarik banget sih, tapi kurangnya itu karena di awal-awal cerita kan banyak chapter tentang masa kecil Rhafal, beberapa kali aku gak dapet gong-nya di setiap chapter. Tapi makin kesini makin asik setelah kematian nenek dan kemunculan Peri Mortem, 

Awalnya kupikir setting-nya rada di masa lalu dan agak eropa, tapi ternyata cukup modern dan Indonesia banget? 

Untuk bahasanya, kadang kaku kadang terlalu tidak baku. Tapi cukup luwes dan mengalir. Sesuatu yang bagus tapi juga unik untuk ranah dark fantasy.

Anyways, dikarenakan kesibukan aku belum bisa baca banyak-banyak bahkan sering terlupa buat lanjutin karena ada halangan, tapi aku cukup menikmatinya. Meski bagiku, aku selalu kayak … ah dikit lagi gong padahal tapi yaa … udah. Puas sih, tapi kayak dikittt lagi. Anyways, keep the good work, Hisamm.

5. Misaka

Rigor Mortis sebuah kisah petualangan Rhafal, Anya, dan Vader di dunia Hurrah. Hal yang terunik adalah cerita ini seperti The Chronicles of Narnia tapi dalam versi fantasi gelap (soalnya nyebut refrensinya di dalam cerita :v).

Menarik buat kusimpan terlebih dahulu dan karena statusnya masih on-going aku masih belum berani review secara penuh soal jalan ceritanya. Dari yang kubaca, imajinasi soal Hurrah berarti dari sini worldbuilding yang dibangun udah bagus sih, nuansa gelap dan mencekam bener-bener bikin pembaca masuk ke dalam cerita. Di sisi lain, tempo yang dibawakan juga lumayan cepat tapi pas. Selain itu untuk tata bahasa aku belum bisa komen (karena dari teman-teman sudah banyak yang ngasih masukan ditambah aku juga penganut Licentia Poetica) untuk Rigor Mortis, tetapi ringan akan pembawaannya. Jadi serasa seperti membaca novel remaja tapi genrenya fantasi gelap.

Cuma dari penamaan tokoh sih dari ketiga nama tokoh itu aku kurang sreg sama nama "Vader". Agak jomplang juga sih dengan nama tokoh Anya dan Rhafal. (Ini komen pribadi jangan ditanggepi).

Sekian dulu 🙏 semangat.

6. ERheaZ

Cerita Rigor Mortis  aku ingat belum sepanjang ini karena memang awalnya cerpen yang sama-sama kami ikutkan dalam sebuah event. Walau prompt yang kita ambil sama, pendekatan penulis lebih 'matang' dari segi eksekusi. Aku suka bagaimana cerita ini berkembang. 

Memang troupe yang ditawarkan tidaklah baru, ya gimana kan prompt-nya memang sudah ditentukan sama penyelenggara dari awal. Namun, tidak baru bukan berarti membosankan. Percayalah kamu akan selalu menemukan hal-hal menarik, entah di kehidupan nyata mereka sebagai anak SMP, atau sewaktu ... pintu lemari Nenek Ada--oops, ga boleh spoiler--digeser. Kalau kamu suka yang santai di awal, tegang kemudian, cerita ini cocok sudah (hints: petualangan dimulai setelah chapter 5). 

Ps: Karena ada Alkonost dan Vader, pikiranku terbang ke pesawat Alkonost di GTA V sama om Darth Vader.

(+) Gaya berceritanya aku suka, khas anak kecil masa puber. 

(+) Humorku sering jebol gara-gara selipan komedi di tengah-tengah peristiwa. Bagusnya, penulis tidak berlebihan dalam menyelipkan komedi. Intinya, isi pikiran Rhaf dan celetukan non-akhlak mereka itu loh yang suka bikin tepok jidat atau geli sendiri pas baca. Hei, ini dalam artian positif. Thumbs up! 

(+) Masuk chapter 5 ke atas, vibe-nya langsung dark. Kasian juga sih sama trio ini, sambutannya terlalu 'meriah' sampai pengen putusin napas mereka. But overall, tensinya terbangun dengan baik walo sering tersentil komedi, tapi justru di sini menariknya. Pokoknya seru. Hei, aku sempet sedih loh waktu ngira *biiiip* bakal tewas, kasihan sama Kanda. Duo Pakanda ini menurutku karakter pendukung yang menarik, semoga nasib mereka tidak tragis (agak pesimis sih). Btw, Rhaf itu 12 apa 13 tahun, sih? 

(+) Aku kejungkal waktu Rhaf break the 4th wall! Dan dia melakukannya dua kali. Well done, Bung, well done!
Hints: Rhaf nyuruh kita balik baca chapter 1 sama 5 in case kita lupa apa yang dia alami wkwkwkwk 

(+) Diksi-diksinya ringan, jadi mudah dipahami. Kalimat-kalimat juga tidak segerbong yang tidak kenal tanda titik. Soal kata takbaku tidak aku masukkan dalam kontra, karena kurasa ini memang disengaja oleh penulis. Terkadang lucu juga sih sama penghuni Hurrah masa lalu yang tahu bahasa kekinian. 

(-) Nah, di saat yang sama ada juga penggunaan diksi yang kurang tepat atau justru berlebihan. Mohon periksa typo-nya juga.
Misal:
- tungkai = (sudah pasti) kaki. Jadi, tidaklah perlu ditulis 'tungkai kaki' pilih salah satu saja.
- silver keperakan. Silver = perak. Ganjil rasanya kalau diartikan jadi perak keperakan.
- bopong/membopong. Bopong = gendong ala pengantin (di depan dada). Woah, dengan mengabaikan kondisi Anya aku malah pengen cie cie ke Rhaf yang buayanya udah keluar. Makin ini kya kya, waktu disebut Rhal mengeratkan lengan Anya ke tengkuknya. Pikiranku, buset nih dua bocil. Namun, setelah baca beberapa deskripsi aku bisa berkesimpulan si Anya itu cuma dipapah. Soalnya gimana cara Rhaf mendongak buat liat punggung Anya, atau gunanya apa si Anya membungkuk lemas kalo benar posisinya digendong ala pengantin. Kuat amat si Rhaf lari-lari dengan berbagai rintangan kalo harus bawa beban di depan, yang ada lebih gampang kejungkal mereka. Lagipula di bagian lain sudah disebut kondisi dia dah kayak abis napas alias capek pake banget. Terdorong adrenalin juga masih non sense karena dari awal digambarkan dia ga atletis. 

(-) Cukup soal diksi, sekarang soal pengulangan deskripsi situasi atau penggunaan kalimat yang persis sama. Ini terjadi beberapa kali, seakan penulis merasa harus sering-sering kasih tahu 'kondisinya begini loh, masih ingat kan?'
Berapa kali soal disorientasi waktu atau kondisi kurang cahaya/gelap disebut. Rhaf, kamu ketularan pikun Nenek, ya?
Soal penggunaan kalimat yang persis sama itu di chapter2 akhir, misalnya: 'cekatan masuk ke dalam rumah', menurutku letaknya terlalu dekat jadi mudah di-notice. 

Oh ya, ini kan POV 1. Ada yang agak ganjal mengenai penyebutan waktu. Jadi, narasinya udah bilang hilang orientasi waktu, tapi kadang si Rhaf malah dengan jelas bilang: Lima menit kemudian. Dia kan ga punya jam seingat aku. Sebaiknya disebut saja dalam narasi seperti 'kira-kira' atau apalah yang memberi indikasi waktu sudah berjalan.
Sama waktu Rhaf bahas Sekala waktu lagi ngobrol sama Nenek, itu menurutku perpindahan scene kurang smooth. Maksudnya, abis flashback, tau2 langsung dialog Nenek.
Lalu, dialog Vader soal makhluk terbang yang berubah wujud. Pas dibaca ulang, aku tidak ketemu bagian yang dimaksud, mungkin lupa ditulis.

Karakter:
Perkembangan karakter dialami oleh Rhaf dan Vader, tapi aku merasa walo masih sering sengklek, justru Vader yang perkembangannya lebih menonjol di antara mereka bertiga. Sepanjang cerita, Rhaf masih meraba-raba alias bingung dan kudu 'disepak' yang lain supaya bergerak. Mungkin naluri kepemimpinannya belum nongol aja. 

Anya ... tetap flat. Aku belum bisa relate ke dia. Karena (maaf) dia tipikal damsel in distress yang harus diselamatin sama (calon) love interest-nya. Jadi, kayak ditaruh supaya ada ceweknya gitu dan ga jadi petualangan dua bro. Dia ga menye-menye, tapi seperti belum kebagian peran berarti saja dalam cerita. 

Pablo dan Kanda, mereka rumit. Bisa dimengerti, tapi aku apresiasi sekali dengan segala keengganan dan cobaan hidup, mereka mau nolongin para MC kita yang tersesat. Semoga nasib mereka lebih baik, ngeliat kondisi mereka ... suram sih. 

Alea, walo muncul di akhir-akhir bab yang digantung (demo sama penulisnya aja karena udah chapter 25, statusnya masih on going), aku langsung suka sama dia. Penasaran sih apa dia bakal jadi love rival si Anya apa enggak. 

Nenek. Akh, Nenek Ada! Apa yang kau sembunyikan?! Sosok satu ini selalu jadi misteri, se Mr. Ius Bram sendiri. Sempet kepikiran Nenek sama Bram itu lover, tapi ga kesampaian. Entahlah, cuma teori saja. Soalnya, semua masalah sumbernya dari pilihan Nenek. 

WB, udah ok. Terlihat kontrasnya antara dunia Hurrah sama dunia Rhaf. Cerita ini berlatar Indonesia, tapi gado-gado karena penulis banyak mengambil referensi dari luar. Malahan terkadang aku lupa ini latarnya di Indonesia. Selain nama bule beberapa orang ya itu tadi, makhluk-makhluk khas Indonesia tidak--atau belum--ada. 

Maaf panjang. Semangat nulisnya, Bung! 

7. Ryo
 
Ryo sebenernya udah pernah baca cerita ini pas masih jadi cerpen, agak kaget juga tiba-tiba dijadiin novelet. Ryo itu tipe pembaca yang merhatiin karakter dan world building, dan Ryo mau applause karena dua hal itu dikemas dengan baik dalam Rigor Mortis. Ryo suka cara Sam membawakan narasi yang luwes dan ringan, atau cara karakter berinteraksi satu sama lain, atau humor yang bikin ngakak. Gak banyak orang bisa menggambarkan POV anak di bawah umur 15, Ryo yang masih 12 tahun aja susah buat nulis POV seumuran Ryo 👉👈 Jadi, ini patut diapresiasi.

Untuk cerita secara general Ryo suka, Rigor Mortis itu punya vibe Narnia yang digabung dengan Alice in Wonderland tapi versi gelapnya. Cuman, Ryo agak kurang sreg aja karena ada beberapa kalimat yang kurang efektif atau kata diulang-ulang. Yah, ini mah bisa direvisi pas udah tamat sih ~

Contohnya di bab pertama, pas nenek cerita soal Hurrah : Dia sering mengatakan hal-hal yang berada di luar kepala sela-sela obrolannya.

Bisa ditulis jadi : Dia sering meracau di tengah obrolan.

Itu saja dari Ryo, semoga bermanfaat dan makin semangat nulisnya, ya!

8. Sam

Rigor Mortis dibuka dengan cerita keseharian Rhafal, sang tokoh utama yang tinggal bersama neneknya. Cerita dibawakan dengan bahasa yang cenderung ringan, membuatku sebagai pembaca mudah mengikuti alur cerita. Dari bab 1 hingga bab 7, cerita dibawakan dengan alur yang santai dan setting di kehidupan sehari-hari. Terdapat selipan adegan komedi di sana sini yang membuatku senyum-senyum sendiri saat membacanya. 

Mulai bab 8 dan seterusnya, pembawaan cerita mendadak membawa suasana yang mengerikan dan menegangkan. Tokoh utama, Rhafal pergi ke Hurrah, sebuah dunia fantasi yang kelam. Penulis mampu menggambarkan betapa menyeramkannya Hurrah melalui perasaan Rhafal ketika tiba di Hurrah dan pemandangan yang menyambutnya. Di tambah dengan sudut pandang orang pertama yang digunakan, membuatku seolah olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Rhafal. 

9. Seren

Secara keseluruhan, menurutku ini cerita yang mengasyikkan. Aku sudah lama tidak membaca kisah fantasi petualangan yang tokohnya masih bocah. Jadi, ini seperti angin segar buatku.

Premisnya sudah terlihat dari awal bab, sehingga pembaca dibuat bersiap untuk ikut merasakan petualangan yang menanti.

Satu nilai plus dariku, cerita ini berlatar di Indonesia. ditambah istilah seperti jagat arwah membuatnya semakin menarik. 

Prolognya langsung menjanjikan petualangan panjang dan mencekam yang akan dilalui tokoh. Hanya saja perhatikan lagi kaidah penulisannya. Memang bertujuan untuk dramatisasi, tapi harus tetap memenuhi kaidah. Contoh, ada paragraf yang diakhiri tanda koma. Kemudian di bawahnya ada kalimat yang diawali kata 'atau' (tidak boleh di awal kalimat; dan, atau, tetap, sehingga, melainkan, sedangkan)

Alurnya berjalan dengan baik dan terstruktur, hanya saja pada beberapa bab awal sebelum Rhafal dkk memasuki Hurrah, latar waktu yang disampaikan terasa agak membingungkan. Dari yang aku tangkap, Rhafal berlibur ke rumah neneknya. Awalnya kupikir ada di luar kota, sehingga dia jadi harus libur sekolah 5 harian (termasuk hari meninggalnya nenek). Tapi ternyata rumah nenek hanya berjarak 30 menit dari rumahnya menggunakan sepeda. Kayaknya ga ada urgensi yang dapat membuat Rhaf libur sekolah jika ingin mengunjungi atau nginap di rumah nenek.

Lalu saat nenek meninggal, mereka pulang sehari kemudian. Ini agak janggal, apalagi sepertinya berlatar di Indonesia. Acara duka akan bikin rumah nenek terus ramai oleh sanak keluarga hingga minimal 7 harian.  Lalu saat Rhaf kembali ke rumah nenek bersama 2 temannya, dia seolah mendatangi rumah yang sudah tahunan ditinggal, padahal baru 3 harian sejak nenek meninggal.

Mungkin Hisam dapat memperhatikan kembali detail-detail ini agar pembaca ga bingung.

Sedangkan saat sudah memasuki Hurrah, semua diceritakan dengan rapi dan ketegangannya pun terasa. Konflik diperlihatkan dengan baik dan perlahan dari yang paling sederhana hingga makin besar dan mencekam. Adegan petualangannya tersampaikan dan menurutku seru. 

Sekian dariku. Semangat terus melanjutkannya, kasian Rigor Mortis, jangan diselingkuhi terus.

10. Yui

Prev: Kisah petualangan Rhafal bersama kedua temannya, Vader dan Anya di Hurrah---dunia tempat arwah-arwah baik bersemayam. Namun, kenyataan tidak seindah kabar karena begitu mereka masuk ke sana tidak akan mudah menemukan jalan untuk kembali. 

Rev: Pembukaan cerita singkat, tidak bertele-tele, tapi sangat menjanjikan plot anti-mainstrem yang bikin penasaran. Lalu diikuti dengan bab-bab yang diisi dengan antusias Rhafal saat mengobrol bersama nenek tentang Hurrah dan Bramachorah. Karena cerita ini menggunakan POV 1 dengan gaya bercerita yang ringan dan enak, aku jadi otomatis bisa masuk karakter menjadi Rhafal. Berasa kembali menjadi anak kecil yang bawel, tidak sabaran, selalu ingin tau dan terkadang juga gemas sama orang tua yang mungkin sudah agak pikun. Nuansa obrolan nenek dan cucu sangat mengalir dan apa adanya. Walaupun di lima bab awal world building-nya masih samar-samar karena dunia para arwah hanya masih sebatas disebut-sebut, tapi nuansa fantastis sudah bisa dirasakan, ditambah teka-teki di setiap akhir bab rasanya dunia di balik pintu kamar nenek sangat menjanjikan petualangan seru dan seram.

Ide: Untuk ide cerita bagiku pribadi sudah tidak baru lagi, ya, karena begitu baca aku langsung merasa kembali ke Narnia. Tapi, tetap saja ada kesan unik yang dipengaruhi oleh latar tempat dan bagaimana kisah dalam cerita ini bermula.

Kelebihan/Kekurangan: Untuk kelebihan sudah terangkum di bagian *rev* , sedangkan untuk kekurangan, sejauh ini yang cukup menonjol tampak pada PUEBI/EYD, KBBI.

Misalnya: penggunaan Di dan Ke sebagai awalan/kata depan. Di tumbuk-tumbuk [ditumbuk-tumbuk], kesana-kemari [ke sana-kemari] dan masih ada beberapa lagi kayaknya.

 Namun ditempatkan sebagai penghubung intrakalimat, padahal seharusnya sebagai penghubung antarkalimat.

Sesegukan tidak ada di KBBI yang ada sesenggukan. [tapi kupikir mungkin ini hanya typo]

[SEMANGAT LANJUT , KAK SAM]

Salam manis,
Fantaser

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro