Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Try Out

Kami terus bermain hingga pukul empat sore –diselingi dengan memesan dua piring ketoprak dan menyantapnya di ruang tunggu OPUS untuk makan siang. Saat aku sampai di rumah Jihan, Jihan mengeluarkan ekspresi seperti baru melihat ada serigala di depannya. Dari matanya aku bisa membaca, dan membayangkan ia bertanya padaku:

"Sof, lo ngapain bawa Romi ke sini? Lo nggak takut dijadiin siomai sama Kikan ya?"

Namun, Jihan tidak menanyakan hal itu kepadaku. Wajahnya masih terus terkejut sambil mempersilakan kami masuk. Saat kami membuka pintu, Dimas sontak berkata "Aih, mak..." yang langsung disusul dengan pukulan Sarah di bahunya –meminta agar pacarnya yang 'bocor' itu bisa lebih jaim sedikit.

Gilang melambai ringan pada kami. Aku menoleh kepada Romi, melihat wajahnya yang sangat santai.

Dua jam berikutnya, kami berenam mengerjakan soal-soal dari buku persiapan ujian nasional. Romi mengerjakannya dari buku milikku dan mengerjakan jawaban-jawabannya di atas kertas. Selama dua jam itu, Jihan dan Sarah tak berhenti melihat ke arahku dan Romi. Aku sudah tahu aku akan ditanya macam-macam setelah latihan ini.

"Sof, lo ngapain bawa Romi ke sini? Lo nggak takut dijadiin pecel lele sama Kikan ya?"

Lihat kan? Persis seperti yang sudah kuduga.

Hanya tinggal aku dan empat teman-temanku. Romi sudah pulang karena ada janji dengan orang tuanya.

"Idih, amis dong?" celetuk Dimas, sebelum akhirnya dipelototi Sarah.

"Kita abis latihan, guys. Kan gue udah cerita, gue mau apply beasiswa itu. Dan gue apply kategori four hands piano..."

"Hah? Nggak, kok. Lo nggak pernah cerita ke kita," sahut Gilang yang akhirnya menutup majalah remaja cewek milik Jihan.

"Lang, kok baca majalah cewek sih?" tanya Jihan yang tak bisa menahan tawanya dan bersila di samping Gilang.

"Aku mau lihat aja majalah kayak apa yang kamu baca, biar aku tahu isi pikiranmu dong," jawab Gilang sambil mengangkat-angkat alisnya dan tersenyum pada Jihan sebelum akhirnya Dimas yang sedang merebahkan dirinya di atas karpet berkata, "Belagu lo. Mau tau pikiran cewek mah tanya aja langsung..."

Gilang dan Dimas sibuk menimpuki satu sama lain dengan bantal-bantal kecil yang bertebaran di karpet seperti anak kecil sebelum akhirnya aku menghela napas dan berkata, "Oke, gue belum cerita rupanya ke kalian. Gue mau apply ke Juilliard untuk kategori four hands piano, bareng Romi."

Kata-kataku tadi membungkam Gilang dan Dimas yang heboh satu sama lain, juga membuat Jihan dan Sarah benar-benar terdiam.

"Tunggu, gue dari kemarin memang tahu lo mau apply beasiswa itu. Tapi buat sendiri kan?" tanya Sarah kembali, seolah ia salah mendengar kata-kata yang meluncur dari mulutku.

"Kita akan dinilai bareng-bareng, tapi dua-duanya harus bagus supaya kita bisa masuk..."

"Kenapa harus sama Romi, sih?" tanya Jihan sambil berdiri dan setengah bersandar pada lemari pakaian di samping karpet.

Kali ini giliran aku yang terdiam.

*

Selasa, 5 Februari 2008

Hari ini, semua anak kelas tiga berkonsentrasi penuh pada try out. Aku menghabiskan pagiku bersama empat temanku itu. Aku bahkan tak menyempatkan diri untuk mampir ke ruang musik. Gilang dari kelas 3 IPA 1 dan Dimas dari kelas 3 IPA 2 datang ke kelas kami untuk mengerjakan beberapa soal latihan Bahasa Inggris yang menjadi mata pelajaran yang diujikan hari ini.

Ini adalah hari kedua try out. Kemarin, aku juga tak sempat mampir untuk bermain piano di pagi hari. Sore hari, aku sudah pergi ke Erasmus Huis untuk les Bahasa Belanda. Di malam hari, aku lanjut mengerjakan beberapa soal Bahasa Inggris hingga pukul satu pagi.

Ini baru hari kedua, dan aku sudah merasa lelah. Mengapa kemampuan seorang anak kelas 3 SMA untuk bisa lulus harus melewati lembaran-lembaran kertas lagi?

Meja-meja kami sudah diberi jarak satu sama lain. Guru pengawas sudah masuk dengan amplop coklat besar berisi soal-soal ujian. Waktu untuk mengerjakan selama dua jam kupakai sebaik mungkin. Namun sekitar satu setengah jam berkutat dengan soal-soal pilihan ganda, aku berhenti mengisi bulatan-bulatan lembaran soal.

Tanganku terasa panas. Aku belum menyentuh piano sejak hari Sabtu itu.

Aku membayangkan melakukan pemanasan dengan piece dari film Amelie yang pernah dimainkan Romi.

Romi. Romi lagi.

Bahkan di tengah ruangan tanpa dirinya, ia masih saja muncul. Di soal-soal ujian, di wajah Kikan yang serius mengisi lembar jawaban, dan di udara.

Bahkan ketika waktu sudah habis, aku memikirkan ruang musik tempat kami biasa berlatih. Jihan, Gilang, Sarah dan Dimas mengajakku ke kantin sekaligus mulai mengerjakan soal-soal latihan Bahasa Indonesia untuk try out besok.

"Panas banget kepala gue ngerjain soal-soal. Dua minggu lagi try out kedua. Mau apaan deh ini ujian akhir. Belum pakai ujian akhir sekolah juga..." Dimas mendumel sambil memotong-motong tahu dalam sepiring siomai pesanannya. Sarah menepuk-nepuk punggungnya sambil mencomot sepotong siomai dari piring Dimas.

"...Eh, beli sendiri dong, yang," potong Dimas sambil melirik Sarah dengan tatapan "I don't share food, even with my girlfriend".

"Ish!" Sarah memukul pelan bahu Dimas. Pemandangan seperti itu awalnya menggemaskan di mata kami, namun lama-lama hal ini sudah menjadi kebiasaan. Bahkan cenderung membuatku berpikir "mengapa Sarah sering sekali memukul bahu Dimas? Apa itu tanda sayang?"

Aku memilih untuk hanya terdiam dan melihat tingkah laku teman-temanku sambil mengerjakan beberapa soal Bahasa Indonesia. Tanganku terasa panas lagi. Rasanya aku ingin terbang ke ruang musik dan bermain dengan Bleki.

Ponselku bergetar. Sebuah pesan masuk.

Nggak mau ke ruang musik?

Dari Romi.

____________________

Hai guys,

Sebelumnya maaf sekali hari Sabtu kemarin aku belum sempat update. Ada beberapa hal yang belum diselesaikan (lagi). Phew.

Anyway, ini adalah update terbaru dari Recalling the Memory. Mohon comment dan votenya ya.

By the way, mau tanya sekali lagi, gimana nih menurut kalian dengan covernya? Apakah warnanya sudah cukup oke ? Atau terlihat kurang menarik?

DItunggu comment kalian tentang cerita kali ini dan cover Recalling the Memory juga ya. Jika kalian suka dengan cerita ini, please share dengan teman-teman kalian, supaya Sofia dan Romi bisa "hidup" di pikiran lebih banyak orang :)


Terima kasih! Happy reading!

-Sheva

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro