Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

I Want To Become a "Soraru"

    Keesokan harinya, Soraru sudah siuman. Ia memandang sekitarnya. Ruangan yang nampak familiar baginya. Ia kemudian sadar akan sesuatu. Ketika ia ingin menarik tangannya, tangannya terasa berat. Ia pun menoleh ke arah tangannya. Ternyata Mafu sedang tertidur dengan menggenggam tangan Soraru. Diliriknya jam dinding kamar Mafu. Jam baru menunjukkan pukul empat pagi. Pantas Mafu masih belum terbangun.

    Soraru berusaha untuk mendudukkan dirinya. Ia melihat ke arah Mafu. Dia sendiri tak mengerti. Saat ia diusir oleh ibunya, ia benar-benar bingung akan pergi kemana. Tapi entah kenapa, kakinya itu mengarahkan jalan ke rumah Mafu. Seakan-akan kaki itu tahu bahwa Mafu sangat mengkhawatirkan Soraru.

     Soraru mengusap kepala Mafu dengan lembut menggunakan tangan lainnya. "Maaf aku udah bikin kamu khawatir, Mafu."

      Perlahan, manik ruby itu terlihat. Setelah matanya sudah benar-benar fokus, ia tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"S-Soraru-san?" Panggilnya.

"Ya, Mafu. Maaf udah bikin kamu khawatir ya." Kata Soraru dengan senyuman yang mengiris hati.

    Mafu dengan hati-hati naik ke atas tempat tidur dan memeluk Soraru dengan pelan-pelan. "Hiks! Maafin aku juga Soraru-san.. Aku gak sadar waktu itu kamu udah bilang kata perpisahan ke aku. Hiks, aku emang bodoh."

     Soraru membalas pelukan Mafu dengan sedikit meringis karena lukanya, lalu ia menepuk nepuk punggung sahabatnya itu. "Enggak kok. Mafu gak salah. Gak usah nyalahin diri sendiri ya."

"T-tapi.."

"Sssh.. pokoknya Mafu gak salah. Oke?" Kata Soraru sambil meletakkan telunjuknya di bibir Mafu.

"I-iya.."

"Oh ya, ngomong-ngomong barang-barangku ada dimana?"

"A-ada kok. Udah dirapihin di lemari."

"Eh?"

"Iya. Aku udah ceritain semuanya ke kaa-chan. Dan kaa-chan sendiri yang nyaranin supaya kamu tinggal disini Soraru-san."

"Apa gak ngerepotin? Padahal aku bisa aja tinggal diー"

Terjadi keheningan sejenak, sepertinya Soraru sedang bingung akan tinggal dimana. Tanpa sadar, air mata Soraru pun menetes.

"Dimana? Soraru-san gak punya pilihan lain selain tinggal disini kan? Udah, terima aja. Soraru-san gak usah sedih. Mafu bakal ada kok untuk nolongin Soraru-san. Gak cuma Soraru-san. Ama-chan, Urata, Sakata, ataupun Luz pasti bakal Mafu bantuin juga kok kalo ada masalah. Semua temen Mafu pasti Mafu bantuin kalo ada masalah. Karena temen itu susah seneng sama-sama kan?" Kata Mafu sambil tersenyum.

//Ya Allah, Mizu pengen punya temen kea gini nih TwT//

"Mafu.. makasih." Kata Soraru singkat sambil menunjukkan senyumnya. Mafu yang melihat Soraru tersenyum pun ikut tersenyum.

"Ah, ngomong-ngomong kemaren aku cuma ngobatin lukamu yang diluar aja. Kayaknya di balik bajumu juga banyak. Iya kan? Ayo sini, aku bantuin ngobatinnya." Tanya Mafu.

"A-aku bisa sendiri kok!"

"Hmm.. kalo di punggungmu gak ada luka, baru aku setuju kamu ngobatin sendiri. Jadi kamu buka bajumu dulu. Aku mau pastiin di punggungmu ada luka atau enggak."

"T-tapi.."

"Udahlah, Soraru-san gak usah nolak. Lagian kalo lukanya di punggung, emang Soraru-san bisa tau letaknya? Emangnya tangannya Soraru-san bisa nyampe ke titik luka tersebut? Enggak kan?"

    Soraru menghela nafas. Memang tak ada gunanya berdebat dengan Mafu. Hanya membuang-buang tenaga saja. Soraru pun membuka pakaian atasnya dan membalikkan badannyaーmenunjukkan punggungnya kepada Mafu. Setelah Mafu melihatnya, tanpa berbicara apapun ia pergi dari kamar. Soraru kebingungan. Apa mungkin di punggungnya tak ada luka sama sekali? Tapi rasanya tidak mungkin mengingat punggungnya yang terasa perih.

    Mafu yang baru keluar dari kamar segera menuju ruang tengah untuk mengambil kotak P3K dan menuju dapur untuk mengambil es. Namun saat di dapur, ia bertemu dengan ibunya.

"Mafu-kun? Kamu ngapain? Pagi-pagi begini jangan nyemilin es batu dong."

"Bukan kok, kaa-chan. Mafu mau obatin luka di punggungnya Soraru-san. Oiya kaa-chan, Soraru-san udah bangun loh."

"Begitukah? Syukurlah. Ya udah, kaa-chan buatin bubur dulu deh ya buat Soraru-kun. Dia pasti kemaren gak makan."

"Hmm.. kaa-chan yakin? Masih terlalu pagi loh buat sarapan. Masih jam setengah lima gini. Lagian Soraru-san emangnya mau bubur? Kenapa gak sop aja?"

"Ah, iya juga ya? Kalo sop kan kamu juga jadi bisa ikut makan. Ya udah, kaa-chan masak sop nanti. Entar kaa-chan belanja dulu bahan-bahannya. Sarapannya kayak jam biasanya ya. Nanti abis kaa-chan belanja, kaa-chan mau tengokin Soraru-kun ya?"

"Iya, kaa-chan."

    Mafu segera kembali ke kamarnya dan menemukan Soraru yang mengenakan celana pendek dan topless.

Wait, bukan toples. Tapi topless. Bedakan itu.

"S-soraru-san?!"

"Ma-mafu?!"

    Soraru yang terkejut pun menoleh ke arah Mafu dan melihat Mafu yang wajahnya agak memerah. Sudahlah, lupakan. Kamu terlalu lebay nak. Padahal setiap pelajaran olahraga kamu juga ngeliat Soraru pake celana pendek kok.

"A-ah ie. Ayo sini aku obatin punggungnya."

    Soraru pun memunggungi Mafu dan Mafu pun mengobati lukanya. Terlihat luka bakar di punggungnya.

"Soraru-san, ini gimana ceritanya bisa ada luka bakar? Kamu diapain?"

"...aku.. disiram air panas."

"...terus kalo luka lebam ini?"

"Ditendang kaa-san dan pas mau kesini, sialnya ketemu preman. Udah gitu, premannya itu pada ngeyel pas kubilang gak bawa uang. Karena kan aku memang gak bawa uang. Alhasil aku malah dikeroyok preman."

"...Nee."

"Hm?"

"Hidup jadi orang kayak Soraru-san susah ya? Terlalu banyak rasa sakit."

   Soraru terdiam. Mafu mengelus luka punggung Soraru. Kemudian ia menyenderkan kepalanya ke punggung Soraru.

"Padahal Soraru-san itu pinter, keren, berbakat. Aku pengen jadi orang kayak Soraru-san. Tapi.. apa terlalu sakit rasanya?"

Lagi-lagi tak ada jawaban. Mafu pun melanjutkan monolognya.

"Aku takut rasa sakit. Tapi.. kalo ngeliat Soraru-san yang kayak gini, aku gak tega. Aku jadi berperasaan kenapa harus Soraru-san doang yang ngalamin sih? Kenapa aku enggak? Bukan berarti aku pengen ngerasain rasa sakit. Tapi.. siapa tau itu jalan supaya aku bisa jadi orang yang kayak Soraru-san."

   Soraru membalikkan tubuhnya dan menghadap Mafu. Ia mengangkat tangannya untuk merubah arah pandang Mafu yang tadinya menunduk menjadi menghadap ke arahnya. Soraru menatap mata Mafu lekat-lekat. Seolah-olah ia ingin Mafu mendengarkannya dengan serius.

"Mafu, kamu gak perlu jadi orang kayak aku. Percayalah, kamu gak boleh iri sama apa yang dipunya orang lain. Yang kamu harus lakukan cuma berusaha mencari apa yang kamu punya tapi orang lain gak punya dan tonjolkan hal tersebut. Kamu gak boleh jadi orang lain. Kamu harus jadi diri sendiri. Banggalah terhadap dirimu sendiri. Sekeras apapun kehidupanmu, kamu harus tetep percaya kalo kehidupanmu itu juga bisa sehebat orang yang kamu idolakan itu. Bahkan kalau bisa sih lebih."

"Begitu.. ya?"

    Setelah Mafu selesai mengobati Soraru, jam sudah menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Pintu kamar Mafu terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya yang sangat dikenal mereka. Ya, itu ibunya Mafu.

//Wih, ibunya Mafu belanjanya flash :D//

"Soraru-kun, gimana perasaanmu?" Tanya ibu Mafu.

"A-aku.. suka anakmu bu."

//gggggggg

KESALAHAN TEKNIS PEMIRSA :V

"Soraru-kun, gimana perasaanmu?"

"Udah baikan kok, Tante."

   Ibu Mafu pun mengusap kepala Soraru dan mencium keningnya, setelah itu ia berkata, "Ya udah. Kamu istirahat aja ya, Soraru-kun. Tante mau bikin sarapan dulu ya. Mafu-kun, jaga Soraru-kun ya."

"Iya kaa-chan."

    Tak lama, ibu Mafu pun keluar dari kamar Mafu. Kemudian suasana hening. Kemudian Mafu sadar akan sesuatu. Wajah Soraru memerah dan ia mengusap sekitar yang dicium oleh ibu Mafu.

Oh, ternyata.

"Soraru-san kenapa? Mukanya kok merah? Soraru-san demam?" Tanya Mafu sambil meletakkan telapak tangannya di kening Soraru.

"E-enggak. A-aku sehat kok. Etto, kamu kok biasa aja sih, ngeliat kaa-san mu nyium anak orang lain? Kamu gak.. cemburu gitu?" Tanya Soraru malu-malu.

"Eh? Enggak lah. Kaa-chan emang gitu orangnya. Dia penyayang banget. Aku aja sehari bisa 7 kali dicium kaa-chan. Tapi aku gak pernah bosen sih dicium kaa-chan. Hehe~"

    Soraru ternganga atas pernyataan Mafu. Entah kenapa Soraru merasa iri, padahal tadi dia sendiri yang melarang Mafu untuk iri. Ah, tak hanya Soraru yang iri disini. Kamu juga iri kan? Ngaku! :v

Ini kok rasanya ambigu yaー

Mereka pun berbincang-bincang sebentar sambil menunggu sarapan siap.

Bersambung...

Wait, tadi aku udah nulis "Soraru pun memakai pakaiannya kembali," belum ya? :v

-Mizu-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro