🔞 Tertidur Dalam Pelukan
✧・゚: *✧・゚:*
Not safe to read this when you're fasting
✧・゚: *✧・゚:*
Aku dan Bai Junwu sedang duduk di dalam mobil, setelah berlabuh orangtua dan beberapa kerabat datang untuk menyambut keberadaanku sekali lagi sebagai pendamping Bai Junwu. Dan akhirnya hari ini, aku akan pergi ke tempat yang akan menjadi rumah bagiku dan Bai Junwu.
Gunung Wu adalah properti pribadi Bai Junwu yang dimilikinya di akhir umur dua puluhan, ia memilih gunung yang memiliki jalan masuk yang cukup jauh dan pemandangan yang indah. Rumah itu sangat berbeda dibanding Rumah Leluhur Bai, ini adalah bangunan dengan arsitektur yang terlihat seperti istana Inggris.
Aku turun dari mobil dan tiang marmer membuatku menahan napas beberapa kali, aku yakin seluruh tempat ini bernilai beberapa kali lipat dibandingkan Villa atau Manor yang dimiliki oleh keluargaku.
"Suami, itu apa?" tanyaku pada sebuah bangunan yang berada beberapa meter berdiri di dekat rumah utama.
"Kandang kuda, kau mengatakan suka berkuda bukan? Beberapa minggu yang lalu itu dibuat agar kau bisa membawa kudamu sendiri dan berlatih di bagian yang sudah disiapkan. Sesekali berkuda melewati hutan dan pantai di bawah sana akan memperbaiki mood-mu."
Aku terkejut akan hal itu, "ini benar-benar manis. Terima kasih Suami!"
Lengan kuat Bai Junwu menahanku dan membuatku sedikit salah tingkah. Karena aku sudah digendong jadi untuk apa memberontak? Akan lebih baik menikmati dada bidang dan otot suamiku sendiri bukan?
Kami naik ke lantai tiga menggunakan lift pribadi dan aku mencium bibir Bai Junwu begitu pintu ditutup.
"Paman Junwu, bisakah kau melakukannya dengan lembut di awal?"
"Hm?"
"Ya Tuhan dia seksi sekali!" batinku.
"Aku akan melakukannya sesuai keinginanmu."
Pintu terbuka, ada beberapa pintu lain di lantai ini, namun kurasa ini memang lantai khusus untukku dan Bai Junwu. Dengan santai Bai Junwu membuka pintu dengan pahatan rumit di depan kami dengan sebelah tangannya, lalu aku melihat kamar dengan pemandangan yang sangat indah. Jendela-jendela besar yang ada di ruangan itu menampilkan langit biru dan pantai yang indah, lalu di sebelah kiri ada kebun bunga dan hutan yang rindang.
"Indah sekali," gumamku pelan.
"Suka?" tanya Bai Junwu sambil menurunkan ku.
"Sangat! Ini sangat indah."
Lalu Bai Junwu mengulurkan tangannya dan memelukku dari belakang, aku menatap wajah tampan itu dengan senyuman geli, sebenarnya aku bisa merasakan sesuatu di antara paha Bai Junwu menusukku beberapa kali, namun aku merasa harus menyiapkan hati sekali lagi karena dari bayangan celananya aku bisa yakin kalau benda itu sangat besar dan panas.
"Apa ada sesuatu yang ingin kau tambahkan?"
"Hmmm mungkin sebuah ruangan meeting di sini? Aku akan menggunakannya apabila ada teman-temanku yang datang untuk mengerjakan tugas bersama atau apapun. Sebentar lagi aku akan menjadi Mahasiswa bukan?"
"Kita bisa mengaturnya."
"Terima kasih Paman Junwu!"
Aku melompat dan Bai Junwu menangkapku tanpa kesusahan, aku bisa merasakan aroma manis di mulut kami melumer keluar, napasku benar-benar kacau. Ini sangat mendominasi, belum lagi aku bisa merasakan salah satu tangan Bai Junwu melepaskan kancing bajuku satu persatu tanpa masalah.
"Pa-man Bai pe-lan ha... pe-lan."
Lalu Bai Junwu mencium kedua mataku dan menatapku dengan cara yang sama seperti seekor singa besar yang sedang mengincar mangsanya. Aku membuka kancing kemeja Bai Junwu juga dan tanganku bergetar, ini bukan karena aku ketakutan. Yang benar saja aku akan ketakutan dengan semua ini, aku hanya terlalu bersemangat!
"Santai saja," bisik Bai Junwu dengan pelan.
"Uhk ... aku tidak bisa Paman lakukan sesuatu!" ucapku frustasi.
"Baiklah," lalu aku kembali dikecup dengan manis.
Ya Tuhan, aku mungkin akan pingsan karena semua ini. Aku dibawa ke atas ranjang yang luas dan empuk itu, aku bahkan diletakkan dengan sangat hati-hati. Kami berciuman lagi dan lagi sampai-sampai aku merasa kalau desakan itu semakin membuatku ingin melepaskannya bahkan sebelum Bai Junwu melepaskan seluruh helai kain yang menempel pada tubuhku.
Aku menatap tangan besar itu yang kini menarik turun celana jeansku, rasa gerah dan keinginan untuk bergerak dengan buru-buru membuatku merasa kacau. Tanpa sadar tubuhku bergetar dan seluruh sendiku menjadi lemas seketika saat ini.
"Sayang ... apa kau menjadi sangat tidak sabar?"
"Maaf ... uhk ... aku ... tidak tahan."
"Tidak masalah," Bai Junwu mengecup dahiku sekali lagi dan membiarkanku mengambil napas panjang, sementara ia bergerak untuk mempersiapkan diriku.
Aku bisa merasakan kalau kondisiku saat ini seperti saat aku masuk ke masa heat, apa ini karena aku merasakan stimulasi luar biasa ini? Mungkin. Aku menatap Bai Junwu yang duduk di antara tungkai kakiku, ini adalah salah satu posisi yang paling membuatku malu. Namun juga merasa sangat intim dan seksi, aku bisa merasakan jemari Bai Junwu membuka jalan untuk masuk, gerakannya yang teratur itu beberapa kali mencapai titik yang membuatku menahan napas.
"E-eh kenapa dimasukkan lagi?" tanyaku bingung saat setelah tiga jemari masuk, Bai Junwu masih memasukkan satu jemari lagi.
"Hanya memastikan kau bisa menerimaku sepenuhnya."
"Ya Tuhan ... semoga saja aku kuat."
Kami melakukan persiapan selama dua puluh menit, sebelum akhirnya kakiku diangkat dan diletakkan di antara dua bahu lebar Bai Junwu. Bagian dalam pahaku digigit dan aku hampir saja melepaskan klimaks yang kutahan. Napasku naik-turun dengan cepat, aku bisa merasakan benda besar itu masuk dengan perlahan dan memenuhiku.
Tanganku terangkat dan aku menyentuh bagian menonjol yang tampak di perutku, sambil mengelusnya pelan. Padahal belum ada pergerakan lain, namun panasnya benda itu membuatku ingin merengek.
"Perhatikan baik-baik."
Lalu aku bisa merasakannya bergerak dengan ritme yang teratur, sebelum semakin cepat dan kasar. Benda itu menabrak beberapa titik yang membuatku menjerit dan menggenggam seprai dengan kuat, aku benar-benar berubah menjadi jalang.
"Paman ahk ah di sana."
Dan titik pergempuran itu berfokus pada bagian yang kusebutkan, aku merasa kabut tebal telah menyelimuti kepalaku sehingga aku tidak bisa mengerti apa isi racauanku. Ini adalah sesi bercinta yang membuatku bahkan tidak sanggup mengeluh atau merintih, hanya ada kenikmatan lagi dan lagi. Aku bahkan tidak ingat kapan aku telah melepaskan klimaksku dan saat aku mengubah posisi tubuhku sekali aku rasanya benda yang dimiliki oleh Bai Junwu menyentuh titik kenikmatan lain.
Saat itu matahari masih bersinar dengan semangat di langit, namun aku tidak peduli. Entah itu panas yang berasal dari cuaca di luar atau dari benturan kami, aku benar-benar tidak peduli, aku menyukainya. Benar-benar hebat belum lagi mentalitas dan stamina Bai Junwu yang tidak main-main, aku bisa merasakan kalau ini adalah bentuk dari kasih sayang yang selama ini aku ragukan. Bagiku, jika aku berumur sama dengan Bai Junwu sosokku adalah sebuah omong kosong yang tidak berarti.
Tetapi kini, saat aku direngkuh. Saat seluruh tubuhku menjerit menginginkannya untuk memberikan tetesan, sentuhan dan perasaanya di saat ini aku paham, bahwa ini adalah hubungan yang serius, bukan hanya aku yang menginginkan Bai Junwu namun ia juga menginginkanku.
"Paman Bai, jangan keluarkan! Aku mau semuanya."
"Sesuai perintah."
Dan aku bisa merasakan cairan hangat itu memenuhiku lagi dan lagi. Tubuhku ambruk setelah berapa kali mengalami beberapa perubahan posisi, aku menatap langit di luar dan matahari sudah lama pergi meninggalkan tahktanya di langit. Bai Junwu tidak langsung berbaring, namun mengambil kain dan tisu basah untuk membersihkan tubuh kami berdua. Aku belum kehilangan kesadaranku, meskipun ini seks yang gila, namun aku punya ketahanan yang cukup untuk memperhatikan bagaimana suamiku memperlakukanku dengan begitu baik.
"Lelah?" tanya Bai Junwu setelah ia menyeka wajahku dan menarik selimut.
"Sedikit ... Paman Junwu, tadi itu sangat hebat."
"Aku tidak berharap kau akan membuatku lepas kendali seperti ini ... kuharap kau akan baik-baik saja."
Aku tertawa pelan mendengarkan kecemasan suamiku ini, "aku pasti akan baik-baik saja, aku benar-benar merasa puas. Ini pertama kalinya aku merasakan seks sehebat ini ... Paman Junwu hebat sekali ... jadi tidak perlu menahan diri ya?"
"Aku akan mengingatnya, namun kau juga harus memastikan kalau kondisimu baik dalam hal ini."
"Pasti."
"Tidurlah, kau pasti lelah."
Aku meringkuk masuk ke dalam pelukan Bai Junwu dan memejamkan mata. Malam itu aku tidur sangat nyenyak dan aroma rosemary yang terbang ke udara itu membuatku sangat nyaman dan nyaman. Syukurlah aku terlahir kembali untuk memperbaiki semua kesalahan yang terjadi dahulu.
✧・゚: *✧・゚:*
Terima kasih sudah membaca updatean terbaru ini, aku ingin mengirimkan kabar kalau cerita ini akan mengalami masa hiatus selama sebulan bersama dengan cerita lain. Karena aku akan mengikuti Marathon Writting Month milik grup menulis ku, aku berharap pembaca bisa memberikan dukungan di ceritaku tersebut.
Bercerita tentang Tuan Muda Su yang memiliki banyak kekurangan dalam hidupnya yang kemudian menikah dengan Alpha dari keluarga Huang yang dingin dan egois.
Aku berharap cerita ini bisa mencapai target aku yaitu penghargaan platinum. Jadi mohon semangati aku ya! Kita akan mengambil jeda sebentar untuk kisah Bai Junwu dan Wen Yuye untuk menyapa Su Ming dan Huang Li.
Terima kasih atas perhatiannya dan dukungannya, sampai jumpa!
✧・゚: *✧・゚:*
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro