Menyakitkan untuk mengatakan aku mengalami depresi. Menyadarinya sendiri bahkan tanpa bisa menghindarinya.

Mungkin jika orang lain mendengar ini, mereka akan mengatakan betapa pengecutnya aku. Bagaimana ilmu yang kudapat dan kupelajari sama sekali tidak berguna saat ini.

Itu karena mereka tidak pernah tahu bagaimana perasaan seseorang yang sudah sangat tertekan hingga tanpa bisa dihindari, perlahan mereka mendekat pada sesuatu yang disebut sebagai depresi.

Pada tahap ini, aku merasa iri pada orang-orang yang berpikiran pendek. Bagaimana mereka menganggap semuanya akan selesai hanya dengan bunuh diri.

Dan aku sendiri, merasa tidak pernah berguna di dunia ini entah berapa kali aku berpikir untuk mencoba bunuh diri.

Saat depresi menyerang, bahkan ketika tidur aku berharap untuk tidak terbangun esoknya, atau berharap jika semua ini hanya mimpi. Saat aku mengendarai mobil, tidak jarang pikiranku kosong dan aku hanya ingin menabrakkan diri pada apapun yang ada di depan sana.

Pekerjaanku mendekatkanku pada obat-obatan yang mungkin saja bisa membubuhku dengan cepat, atau dengan cara yang tidak sakit. Gantung diri dan juga menyayat urat nadi bukanlah lagi sebuah pemikiran asing dalam impuls otakku.

Namun sekali lagi, aku iri pada orang berpikiran pendek yang mungkin akan memilih untuk mengakhiri semua ini ketimbang diriku yang masih berpikir...

Apakah ini akan sakit?

Tidak... ini tidak benar.

Apakah kau pikir kau bisa menanggung semua dosa yang kau lakukan selama ini?

Menurutmu, bahkan di dunia yang tidak selamanya ini saja kau sudah tidak diterima, bagaimana dengan di akhirat nanti jika Tuhan tahu kau mengakhiri dunia ini dengan semua  kebodohan ini?

Aku takut...

Aku tidak ingin merasa tidak berguna seperti sekarang, namun aku lebih takut untuk meninggalkan dunia ini dan membayar atas apa yang kebodohanku ini lakukan.

Lebih buruk merasakan kau tidak diterima di dunia ini, namun bunuh diri bukanlah sesuatu yang bisa menyelesaikan semua ini.

"Kau hanya tidak berusaha lebih keras!"

Itu kata mereka.

"Masih banyak yang menyayangimu. Dan kau tahu itu."

Aku berusaha untuk meyakini hal itu. Yeyapi percayalah, jika kau berada di tempatku, diserang oleh sesuatu yang kuat... menelanmu dalam kegelapan yang tidak pernah bisa dilihat orang lain, dan dalam ketakutan bagaimana orang lain memandangimu...

"How pathetic..."

"Itu kesalahanmu sendiri jika tenggelam dalam depresi yang bisa kau hindari."

"Kau hanya tidak ingin berusaha lebih keras..."

...dan kau hanya bisa mengatakan apa yang ada di pikiranmu.

"Bodoh, tentu aku tahu itu. Tenang saja, aku tidak apa..."

Senyuman miring, yang menutupi seluruh gemuruh di hatimu. Dan menutup rapat telingamu dari suara hati yang menjerit dibawah alam sadarmu.

("Seseorang, tolong aku...")

...dan kau hanya bisa terus hidup menyembunyikan semua rasa takut itu.

PREVIEW NEXT STORY
Title : Purnama Malam
Genre : Romance(wut)/Drama
Orifiction non Fantasy; sebagian cerita based on MY true story.

.
.

Aha, kapan di publish? Saya lagi cari cara untuk merangkai Prologuenya. Jadi, entahlah ;9

Dan iya, itu based dari cerita nyata yang aku alami sendiri.