BAB XVIII : Not We ARE
Berita hancurnya markas besar Battalion Windsteria membuat Nathuya bergejolak. Hal itu membuat Ibbhe merasa iba pada Luda juga pada Jacsah. Namun, nasi sudah jadi bubur. Ia tersenyum sambil berdeham menatap Luda yang menatapnya berdiri memegangi tangan kecil Jacsah.
“Jac, waktumu hanya lima menit,” kata Ibbhe sambil melengos. Di depan pintu, Takara hendak menarik tangan Jacsah, sayangnya Ibbhe menahan pria itu.
“Tuanmu sudah mengizinkannya. Jadi, jangan ikut campur!” Ibbhe mendelik ketus. “Lebih baik bersiaplah, kau mungkin akan menemui ajalmu!”
“Jacsah rindu Kakak!” pekik bocah itu.
Takara mengikuti Ibbhe, meskipun atensinya masih tertuju pada Luda. Sementara itu, Jacsah menyesap aroma tubuh sang kakak sambil mencium lehernya dengan rakus seperti biasanya, seperti anak anjing merindu induknya.
“Ibbhe akan membawaku lagi. Apa ini pertemuan terakhir bersama Kakak?” bisik Jacsah menyandarkan kepalanya di bahu Luda. “Aku tidak ingin menjadi anggota Battalion Windsteria. Kata Kak Souran tidak apa, aku bisa menjadi apa pun yang aku mau,” adu bocah itu sambil menangis.
Luda berdeham pelan membuat Jacsah menatap wajahnya. “Benar, Jacsah boleh jadi apa pun, jadi siapa pun, dan boleh memilih jalan mana yang Jacsah mau!” kata Luda. “Kakak setuju dengan Souran.”
“Jacsah akan sangat merindukan Kakak!” Bocah itu berseru sambil memegangi kedua pipi Luda. “Sampai jumpa di surga, Kak Souran menunggumu,” ucapnya.
Luda tersenyum tegar. “Jangan pernah mengingat semua tentang hari ini, tugasmu hanyalah hidup untuk masa depan. Bersemangatlah!” rintih Luda mengecup pipinya.
“Jac, waktumu habis,” lontar Ibbhe sambil menjulurkan tangan. Bocah itu pun melambaikan tangan pada Luda.
“Sampai jumpa di surga, Kak Luda. Aku akan menunggumu menjemputku!” serunya sambil melompat-lompat bahagia.
Di kejauhan pria dengan rambut jingga berdiri mengamati, ia menoleh pada Takara dan Reffaelle. Pria itu membiarkan Ibbhe membawa Jacsah. “Pastikan mereka tiba di sana, Taka!” ujarnya pada Takara yang berdiri di balik punggung.
“Baik.”
“Lindan, kirim beberapa orang untuk membawa Hayek ke Ango dan biarkan ia beristirahat dengan tenang.” Pria itu menatap tajam. “Setelah itu bawa Souran padaku!'
“Laksanakan!” jawabnya.
Pria berambut jingga itu memasuki ruangan. “Aku tidak ingin membuang waktuku, berikan semua data mengenai Battalion Windsteria, hasil penelitianmu dan semua yang kau tau!” desak pria itu membuat Luda tertawa.
“Tuan!” panggil Lindan sembari menggusur tubuh pucat Souran lengkap dengan tombak yang masih menancap di punggung dan menembus dada. Sekujur tubuhnya sudah tampak keriput dan menguarkan aroma tak sedap.
“Gabhrielle Jjenskins! Terkutuklah kau, Gabhrielle putra Reusellbah!” Luda menarik tangannya membuat rantai gemerincing, ia berteriak sekuat tenaga sampai buat otot lehernya menegang hebat.
Lindan menggusur tubuh Souran ke bawah kaki pria tersebut. Tangan Lindan dengan cekatan menarik tombak dari punggung Souran lalu menyodorkannya. “Selesai, Tuan.” Lindan berucap dengan santun.
“Tinggalkan kami berdua,” perintahnya mendelik. Lindan pun melengos, selagi pria itu melangkah ke dekat Luda sembari tersenyum meremehkan. “Jadi, bagaimana menurutmu? Setelah mengabaikan diriku kini Battalion Windsteria musnah, dua adikmu atau mungkin tiga adikmu mati. Sekarang tinggal dirimu,” katanya menggoda.
“Serahkan padaku atau aku yang akan memaksamu menyerahkannya?” todong pria itu sambil menarik rambut Luda sekuat tenaga hingga berhadapan wajah dengannya. “Jawab aku Luda!”
“Aku tak akan menyerahkan apa pun. Tujuanku melawanmu tak lain dan tak bukan adalah membuktikan pada dunia jika Jjenskins benar-benar layak dieksekusi mati dan dimusnahkan dari muka bumi ini!” teriak Luda seraya meludahi wajah pria itu.
“Kau selalu mengujiku,” ungkapnya seraya berjalan mengitari Luda, ia memutar tombak di tangannya.
“Haruskah kita tidur bersama dahulu untuk mendinginkan kepalamu!” Ujung tombak mendarat di tengkuk Luda. Pria itu terkekeh. “Seperti Ibbhe yang akhirnya melunak padamu?”
“Dengarkan aku Gabhrielle Jjenskins, Gabhrielle putra Reusellbah, berakhirnya Geniouse Blue adalah kehidupan baru bagi kami rakyat Nathuya. Kematian ayahmu … adalah yang terbaik meskipun kejahatan dari keturunannya masih berlangsung hingga saat ini!” ungkap Luda dengan suara gemetar.
“Ibbhe benar, kau sungguh keras kepala dan egois. Haruskah aku memaksaku pergi ke ranjang malam ini!” Ia membentak. “Agar kau bisa merasakan betapa lembutnya aku?”
“Kau pikir apa yang Ibbhe berikan padaku? Hanya cerita-cerita singkat yang bahkan setengahnya kebohongan. Kau tak akan pernah tau, jika ia berbohong, ia pasti bicara padaku sambil melukis, dan kami selalu bicara di tempatnya mengisi kanvas. Aku tau Ibbhe kecewa pada keluargaku.” Luda menarik rantai dengan frustrasi yang lagi-lagi gemerincing gaduh.
“Ayahku tak membunuh tanpa sebab. Hari itu, tanggal 24 musim dingin tahun 2006, Geniouse Blue kedua resmi dibuka secara tertutup oleh para petinggi dan Battalion Windsteria. Penyempurnaan SD sebagai upaya menekan angka kelaparan. Pemerintah beranggapan jika dengan mengkonsumsi SD orang-orang mungkin akan melupakan rasa lapar mereka. Semua dimulai dari inflasi dan moneter yang terjadi akibat keluarga Springer!”
“Ayahmu menyempurnakan formula SD yang sebelumnya kakekmu buat di tahun 60'an pasca tsunami besar di Nathuya. Namun, pemerintah menganggap Geniouse Blue hari itu gagal. Semua orang yang terdaftar sebagai kelinci percobaan menjadi gila, mereka memangsa satu sama lainnya. Pada puncak musim dingin, ayahmu menjadikan ayahnya Ibbhe, ayahnya Taka, juga keluarga Hayek imigran gelap dari Kashmir sebagai bahan percobaannya yang dilakukan sembunyi-sembunyi. Dan lagi-lagi gagal!”
“Ayahmu membunuh ayahku. Aku tak akan melupakannya!” Ia berteriak frustrasi. “Aku mendengarnya dari ayahnya Lindan, yang saat itu bekerja sebagai petugas keamanan. Ia melihat ayahmu berlumuran darah sambil memegangi kepala ayahku!”
“Kau memelintir faktanya! Ayahmu melakukan percobaan itu tanpa izin para petinggi bahkan tanpa surat kontrak!” bentak Luda sambil menjerit penuh kemarahan. “Ayahku membunuh karena ia tak bisa menyaksikan rekan kerjanya mati saling memangsa. Ia membunuh mereka untuk melepaskan penderitaan mereka—”
Luda memejamkan matanya. “Kau boleh membunuh Jacsah dengan cara apa pun, aku tetap akan melawanmu!” ucap pria itu dengan lirih. Iris marunnya bergulir penuh kesedihan. “Aku tak peduli, pembunuhan ini harus berhenti di keluargaku dan tak boleh ada kematian lainnya. Meskipun aku tau kaki tanganmu banyak, tapi jika kau mati mungkin semua berakhir.”
“Persetan Luda! Tutup mulutmu!” Ia makin frustrasi.
“Dalam buku ayahku tertulis jika ayahnya Ibbhe sekarat saat ayahmu menambah dosis SD pada tubuhnya. Ayahnya Ibbhe mulai berteriak sambil menggerogoti tangannya sendiri. Matanya gemetar sebelum akhirnya menghantam-hantamkan kepala ke dinding. Ayahku memanggal kepalanya dan memastikan ayahnya Ibbhe mati tanpa rasa sakit.” Luda mengembuskan napasnya sambil menunduk.
“Dalam buku itu juga tertulis, jasab ayahnya Ibbhe dan para kelinci percobaan ayahmu melepuh bahkan setelah ia tewas. Kau tau … buku itu mungkin terbakar bersama para Windsteria sekarang.”
“Pembual!”
“Ibbhe juga tau, ia membaca bukunya, ia juga mencuri rekaman audio visual Geniouse Blue milik Abraham Callinton.” Luda menatap nanar. “Ibbhe tau segalanya, kau mungkin terlena karena Ibbhe selalu memutar fakta-fakta krusial untukku, tanpa sadar Ibbhe mungkin bisa menusukmu dari belakang!”
“Sadarlah Gabhrielle!” lirih Luda menitikan air matanya sambil menundukkan kepala. “Kau tau, kenapa ayahmu berniat menyempurnakan SD? Itu berhubungan dengan praktik ritual Smis, kekayaan, dan jabatan. Pemerintah melegalkan SD pada mulainya demi uang, itu mengalir pada keluargamu sebagai pemilik formula utamanya. Keluargamu mendapat kekayaan lainnya dari pada pemuja Smis atas organ tubuh para kelinci percobaan, serta banyak lagi!” papar Luda dengan tatapan sendu berbalut iba.
Ia—Gabhrielle Jjenskins—memukuli wajah Luda dengan ujung tombak bagian tumpulnya. Pria itu tertawa lantang. “Kau hanya membual! Teruslah membual, bajingan!” pekiknya.
“Kau telah membunuh musuhmu yang sebenarnya. Ayahku telah mati, Gabhrielle! Ia telah mati!” Luda berteriak emosional. “Sejak kematian rekan-rekannya, ia selalu bekerja keras menyempurnakan peneliannya, ia bekerja dalam diam untuk mengejar Jjenskins. Di hari pembunuhannya, ia baru saja menyelesaikan bab akhir dari bukunya. Namun, kau dan Hayek membakarnya hidup-hidup bersama semua fakta yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun.”
“Kau mungkin tidak pernah tau kenapa SD sangat berbahaya, karena tanaman singe merupakan rekayasa genetik dari berbagai tumbuhan beracun. Seperti gympie gympie, atropa belladonna, biji jarak yang mengandung risin mematikan. Itu dikembangkan untuk menyelamatkan manusia katanya, aku pikir itu hanya untuk membunuh manusia secara halus,” papar Luda. “Mereka dibiarkan bersenang-senang dengan imajinya lalu mati mengerikan jika tubuh mereka tidak sanggup menerima lonjakan racun-racun tersebut.”
“Saat itu angka kelaparan sangat tinggi, angka kelahiran lebih tinggi sementara negara kita terua terjerat moneter. Para petinggi benar-benar membunuh rakyatnya dengan SD buatan keluargamu!” ungkap Luda memandang gusar.
“Nah, Gabhrielle putra Reusellbah, apa kau tau jau kenapa orang-orang Ango percaya pada ayahmu? Sebab mereka meyakini organ vital dari orang-orang yang mati dengan SD jauh lebih segar. Padahal, racun tetaplah racun. Sejauh mana ayahku menelitinya tak ada hasil yang mendukung. Ayahku lebih banyak menemukan organ vital yang rusak sebab efek mematikan SD. Ayahku menyakini doktrin yang keluarga Jjenskins usung, sungguh diterima dengan baik.”
“Atma yang mati dengan bahagia akan meninggalkan daksa yang sehat pula,” sindir Luda menyeringai tipis.
“Bajingan Barenbud, biadab biadab!” Ia memukuli wajah Luda lagi. “Padahal, ayahmu juga … ayahmu juga turut menuliskan formula Geniouse Blue kedua. Kau pikir kenapa ia bisa ada di sana padahal semuanya dibuat secara tersembunyi? Karena ayahmu juga bagian dari proyek tersebut. Ayahmu juga sama jahatnya.”
Publikasi 15 Oktober 2024
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro